School for Mother

School like at home, konsep inilah yang kutawarkan pada banyak orang yang tertarik untuk menitipkan anaknya di JISc. Buatku tidak ada sekolah yang terindah selain di rumah. Ya, sebenarnya sekolah yang sesungguhnya adalah di rumah, karena dari rumahlah, pertama kali seeorang anak mengenal bahasa, seorang anak mengenal arti cinta dan berbagi, serta bagaimana mereka bersikap adalah hasil dari pembelajaran dari rumah.

Dalam suatu pertemuan dengan orang tua dan guru, suatu hari aku menjadi pendengar, dan dalam sebuah dialog, ada seorang ibu yang mengungkapkan seperti ini : “Pak Auf, saya ini ibu yang bekerja, dan saya sudah menyerahkan seluruhnya kepada sekolah dan saya sudah memenuhi semua administrasi sekolah ini tanpa pernah sekalipun saya terlambat atau terlupa, jadi tolonglah anak-anak, ketika pulang jangan bebani mereka lagi dengan PR, karena saya tak ada waktu menemani mereka buat PR.

Masya ALLAH, seringkali orangtua lupa, bahwa sebenarnya tugas mendidik adalah ditangan orangtua. Sekolah hanyalah membantu suatu proses pendidikan yang terbingkai aturan dan bersifat formal, dan sesungguhnya pengajaran dan pendidikan yang utama adalah dari seorang ibu : al madrastul ummahat; pendidikan yang utama adalah dari seorang ibu.

Siapakah didunia ini makhluk yang paling sayang pada anaknya? Siapakah di dunia ini orang yang paling tahu mengenai sifat anaknya, kesukaan anaknya dan juga kebiasaan anaknya? Semuanya adalah ibu, dia yang paling kenal anaknya, setelah 9 bulan dalam kandungan, melekat bersama dan kemana–mana dibawa, bahkan ke kamar mandi sekalipun. Tentu saja setelah lahirpun, anak-anak tetap mengenali ibunya sebagai bagian terdekat dalam hidupnya setelah dirinya sendiri.

Maka salahkah aku bila aku pada siang hari itu berfikir untuk membuka "school for mother," karena sesungguhnya yang perlu belajar adalah ibu.

"karena ibu selalu tahu apapun yang kumau"….begitu bisik anakku, ketika pulang sekolah aku menyambutnya dengan segelas susu.