Hari-hari Emas Itu (1)

Tiga tahun pertama. Para ahli pendidikan anak sepakat itu masa emas seseorang.

Pada masa 3 tahun pertama dia sedang mengukir dirinya dengan segala apa yang ia miliki dan apa yang datang padanya.

Ia mengukir kepribadiannya dari batu demi bantu pondasi pembentuknya. Ia membutuhkan rasa aman yang cukup dari segala ancaman.

Sejak detik pertama ia menghirup udara dunia ia berjuang menghadapi tantangan. Jika ia berhasil, maka rasa aman mulai terbangun. Ia berjuang menyesuaikan diri dengan udara, cuaca, Asi (sebagai bentuk intake makanan yang baru setelah tali pusat diputus).

Seluruh inderanya diuji, kulit merasakan panas, dingin, keras, lembut; telinga menyesuaikan diri mendengar suara keras dan lemah, dibandingkan dengan filter suara dalam rahim maka suara di dunia ini bagaikan menggunakan pengeras suara.

Mata harus menyesuaikan diri dengan terang dan gelap bahkan mulai mengenali bentuk. Bentuk manakah yang diasosiasikan dengan suasana menyenangkan? Itukah IBU?

Lidahnya mulai mengecap ASI, rasa pertama yang ia ketahui. Apapun yang dimakan bunda akan menjadi ramuan baru bagi lidahnya.

Hidungnya juga mulai mengenal berbagai bau-bauan dan mulai mengasosiakan bau-bauan tertentu dengan suasana enak dan tidak enak. Jika sesaat setelah ia mencium bau badan bunda ia kemudian merasakan suplai ASI dilidahnya, dan ASI itu menyebabkan perutnya tenang, maka bau badan bunda telah membentuk memori asosiasi dengan sesuatu yang menyenangkan. Apalagi ditambah dengan pelukan hangat lembut yang menentramkan.

ASI, makanan terbaik yang dapat kau persiapkan dengan mudah bagi buah hatimu, jangan sia-siakan kemampuan yang dianugerahkan Sang Pencipta kepadamu.

Beberapa penelitian modern menyataan bahwa pemberian ASI jauh lebih menguntungkan bagi bayi maupun orangtuanya dari pada pemberian susu formula. Mungkin pertama terlihat repot sebab berarti atau sang bayi harus selalu bersama bundanya atau harus ada sistem tambahan untuk membuat suplai ASI bunda tidak terputus.

Sekarang ini ada beberapa produk pompa ASI yang sudah memilki teknologi pengaturan isapan seperti ritme isapan bayi. Selain nyaman digunakan oleh sang ibu, pompa seperti ini merangsang produksi ASI sehingga suplai tetap terjaga. ASI yang sudah di keluarkan dapat disimpan di kulkas dengan aturan tertentu. Begitulah, di zaman modern ini seorang ibu bekerja masih dimungkinkan tetap memberikan ASI kepada bayinya.

Dokter menganjurkan jika bayi terpaksa tidak diberi ASI, maka pemberian susu botol sebaiknya tetap dilakukan dengan dipangku seperti menyusui.

Tahukah dikau wahai bunda mengapa bayimu senang dipeluk?

Dalam pelukanmu ia bisa mendengar suara yang amat familiar (amat dikenal) yang telah mendampinginya sejak ia dapat mengenal getaran suara. Suara itu adalah detak jantungmu. Selama sembilan bulan lebih dalam rahim, bahkan sebelum telinganya terbentuk untuk menangkap suara, jabang bayi mungil itu dulu sudah mengalami getaran detak jantung itu. Detak jantung ritmik yang tak bosan berdetak dangan ritme yang khas. Jika dulu suara detak jantung itu terdengar jelas, kini menjadi lebih sayup sebab jika dulu ia berada dalam rongga perut bunda, maka sekarang ia berada di luarnya.

Mungkinkah ia rindu suara itu? Mungkin sekali, sebab itulah suara yang asosiatif dengan hangat dan nyaman dalam rahim.

Rasa aman buah hati kita mulai membentuk kepribadiannya lewat serangkaian rasa keterikatan batin (attachment) denganmu wahai bunda.

Jika engkau mengangkatnya dengan sayang dan lembut, ia akan tahu. Jika engkau mengangkatnya dengan kasar karena sedang lelah atau kesal, iapun akan merasakan. Jika engkau bersuara lembut, telinganya akan menerima dengan baik dan hatinya akan senang. Sementara jika engkau bersuara keras dan kasar di dekatnya, ia akan terkejut dan merasa takut…jika engkau tidak segera menenangkannya ia akan menangis tanda tak nyaman.

Jika ia merasa nyaman denganmu, ia akan merasa semakin terikat hati padamu…”kamaa rabbayaani shoghiiroo” (Sebagaimana mereka menyayangiku ketika kecil).

Semua itu direkamnya dalam jiwa sebagai rangkaian asosiasi terhadapmu. Rangkaian itu ikut menentukan seberapa kuatnya keterikatan hatinya padamu.

Siapapun yang menjadi pengasuhnya, orang itulah yang ikut membentuk kepribadiannya. Seberapa banyak engkau mendampinginya, sebanyak itulah pengaruh dirimu terhadap dirinya.

Hari-hari perkenalannya dengan sakit. Sakit merupakan sunnatullah yang dialami siapapun manusia. Bayi mungil buah hati kita mungkin merasakan demam pertamanya. Apa yang kita lakukan untuk mengurangi penderitaannya?

Ibu yang bijak akan banyak belajar dari berbagai bahan bacaan tentang serba-serbi mengurus bayi. Ibu yang bijak akan berusaha dengan segala daya untuk mengurangi penderitaan buah hatinya melalui berbagai kiat. Namun satu hal yang paling penting, pelukanmu-lah yang utama. Bayi yang sakit perlu diberi rasa tenang yang ekstra. Bukan dengan obat, tapi dengan suasana nyaman di sekelilingnya dan pelukan yang menentramkan.

Penderitaan merupakan sunnatullah hidup manusia di dunia. Dengan kearifan seorang bunda, ia mampu mengajarkan sikap hidup yang baik dalam menghadapi kesulitan. Rumus lima huruf itu : SABAR.

Bagaimana cara kita memperkenalkan kesabaran kepada seorang bayi? Saat sakit, tentramkanlah dia dengan belaian dan pelukan cinta, rayulah dia dengan kata-kata jujur yang tidak menggelisahkan: “Sakit ya sayang? Oo, sabar ya, bunda mengerti, bunda sayang padamu nak.”

Jujur, sakitnya tidak dinafikan justru di-empati, namun penekanannya pada “apapun yang kau rasakan, bunda sayang padamu.”

Belum lagi perkenalan pertamanya dengan makanan seain ASI, perkenalan pertamanya dengan aksi dan reaksi senyuman, dimana ia mulai beriteraksi sosial dengan wajah-wajah di sekelilingnya. Ingatkah engkau senyuman pertamanya? Senyuman pertama buka senyuman sosial. Yang Maha Mencipta telah Menciptakan senyum pertama seorang bayi hanya karena ia merasa nyaman, tetapi Dia juga Telah Menyediakan “tombol klik” yang akan menghubungkan senyuman tak bermakna sosial tersebut dengan reaksi yang didapat si bayi dari yang melihat senyumannya.

Siapapun yang melihat wajah mungil tersenyum akan segera merasa takjub dan bergembira. Senyuman dibalas ekspresi gembira, wajah, suara dan gerak tubuh penonton yang kagum dengan senyum sang bayi. Reaksi lingkungan inilah yang dikenali si kecil sabagai rangkaian aksi reaksi sosial yang membuat ia mulai tahu bahwa senyumnya dapat menyebabkan orang lain semakin mencintai dirinya. Bukankah ketika kita bergembira dengan senyum lucu itu kita akan segera menggendong atau minimal menciumnya?

Itulah kesan-kesan pertama si kecil terhadap dunia ini. Apakah engkau sudah menyadarinya?

(SAN 26032009)