Derita Tanpa Kesudahan

Laki-laki dan wanita bergegas. Mereka menuju satu tujuan. Masjid al-Aqsha. Tempat suci ini mempunyai daya tarik luar biasa. Mereka tinggalkan segala derita. Meraka hadapi kepongahan serdadu-serdadu Zionis itu. Mereka ingin masuk ke tempat suci itu, Masjid al-Aqsha. Tapi, mereka hanya bisa menatap dibalik pagar. Tak diizinkan masuk. Tak diizinkan menginjak tempat yang mulia, tempat lahirnya para nabi itu.

Ribuan orang hanya bisa melihat dari jauh. Melihat warisan Khalifah Umar Ibn Khaththab. Al-Faruq yang mewariskan kepada generasi berikutnya, yaitu Masjid al-Aqsha. Tempat suci umat Islam, yang dibebaskan dari tangan penjajah Salibis ini, dan kini diduduki para pendzalim, Zionis Israel. Umat Islam hanya sedih. Perlahan-lahan tempat suci ini, Masjid al-Aqsha, terancam ambruk, karena dibawah telah digali terowongan, di mana orang-orang Zionis Israel ingin menghancurkan al-Qud, dan digantikan dengan kuil Sulaiman.

Zionis Israel berusaha menghancurkan secara total Masjid al-Aqsha. Masjid al-Aqsha sudah dibakar oleh seorang Zionis asal Australia. Seorang ektrimis lainnya pernah menembaki orang-orang yang sedang melaksanakan shalat Subuh, yang mengakibatkan puluhan jamaah yang sedang shalat tewas. Pembunuhan dan pengrusakan tempat-tempat suci umat Islam tak pernah henti. Mereka kaum Zionis terus melakukan apa saja, yang tujuannya ingin menghapus semua warisan dan peninggalan Islam, yang mempunyai pengaruh bagi kehidupan umat.

Masjid-masjid yang dirusak di Palestina tidak hanya masjid suci al-Aqsha, tapi masjid at-Thobariyah ikut dibakar, dan masjid Umar yang sudah diubah menjadi sinagog. Orang-orang Zionis Israel mengatakan : “Allah fakir, dan kami kaya”. Kaum yang terlaknat itu mengatakan : “Tangan Allah terbelenggu”. Ungkapan yang mereka lontarkan itu, menunjukkan kesombongan dan kepongahan mereka. Mereka sepanjang sejarahnya adalah orang-orang yang sombong.

Kesombongan yang tak ada batasnya. Kesombongan yang akan menghancurkan mereka. Kesombongan yang akan memusnahkan mereka. Kesombongan yang segera akan berakhir. Mereka tak ada lagi kesombongan yang dapat mereka banggakan. Hari-hari ini kesombongan mereka telah ditentukan batasnya.

Kini, mereka tak dapat bertindak secara leluasa. Rakyat Palestina yang dulunya lemah telah berubah. Berubah menjadi bangsa yang kuat dan mandiri. Tak takut dengan embargo yang dilakukan kaum Zionis Israel dan para pendukungnya. Olmert, mengakui kekalahannya. “Mimpi tentang Israel-Raya sudah tamat”, ujar Olmert. Ini menggambarkan ambisi Israel yang ingin meluaskan negara Zionis Israel mulai dari Iraq sampai ke sungai Nil, tinggallah impian. Israel tidak mungkin lagi melaksanakan impiannya.

Rakyat Palestina, yang tinggal di Gaza, yang diembargo, tak juga menyerah. Mereka lebih kuat lagi. Mereka tak mempan diembargo.Mereka bisa bertahan. Mereka memiliki kekuatan militer yang tangguh. Pasukan Zionis Israel tak berani lagi masuk ke wilayah Gaza. Pejuang-pejuang Palestina memiliki senjata yang cukup. Mereka berhasil mengambil alih senjata-senjata yang dimiliki al-Fatah. Mereka juga bisa membuat roket sendiri. Dan, terus dikembangkan. Roket yang dibuat oleh para pejuang Palestina itu, sudah mempunyai daya jelajah mencapai Tel Aviv. Kemampuan militer yang dimiliki Hamas, yang sudah menguasai Gaza itu, memaksa Zionis Israel mau berunding. Hamas tak pernah mau mengakui eksistensi (keberadaan) penjajah Israel. Sampai hari ini. Hamas hanya mau mengadakan senjata terbatas. Perjanjian itu sewaktu-waktu bisa batal. Tergantung bagaimana sikap Israel. Jika Israel masih terus melakukan agresi ke wlayah Palestina, maka secara otomatis gencatan senjata itu batal.

Semua ini adalah buah dari semangat jihad mereka. Semangat jihad yang sudah ditanamkan para pendahulu mereka. Seperti Syeikhul Islam, Dr.Abdullah Azzam, yang mewariskan nilai-nilai jihad kepada bangsa Palestina. Salah satu gerakan jihad di Palestina menggunakan nama, seorang tokoh yang sangat terkenal yaitu Izzuddin al-Qassam. Hanya dengan kekuatan dan semangat yang dapat menghapi tindakan Israel yang dzalim di Palestina. Masjid al-Aqsha yang suci itu, yang kini dibawah ancaman Zionis Israel, dan nyaris hancur, harus ditegakkan dengan jihad. Perlawanan bangsa Palestina, yang sekarang ini merek gelorakan, tak lain adalah warisan Umar Ibn Khaththab.

Kehancuran Zionis Israel ini makin nyata. Negara yang menjadi alat Zionis Israel, yaitu Amerika, mengalami krisis yang amat dalam. Amerika kalah di Iraq. Seperti yang dikemukakan oleh Menhan AS, Robert Gate dan Panglima Komandan Pasukan AS di Iraq Jendral David Petraeus : “Amerika telah kalah dalam perang di Iraq”. Ini pernyataan dua pejabat penting AS, yang sekarang ini, berusaha keluar dari Iraq, tanpa harus kehilangan muka.

Kini, Amerika menghadapi krisis ekonomi, di mana hampir semua lembaga keuangan mereka ambaruk. Terakhir peristiwa yang menimpa perusahaan jasa keuangan Lehman Brothers, yang dampaknya secara global, ikut menyeret ekonomi AS, menuju ke arah resesi. Semuanya ini hanya ‘sympton’ dari ekonomi kapitalis, yang mendewakan materialisme. Kehancuran itu tak dapat lagi dihindari. Secara sistemik, kehancuran ekonomi Amerika, termasuk akibat tindakan Presiden Goerge Walker Bush, yang sangat ambisius di luar negeri, yang ingin menegakkan supremi Amerika dengan cara-cara yang bersifat unilateral (sepihak), seperti agresi yang dilakukannya terhadap Iraq dan Afghanistan.

Pantai-pantai Amerika juga diporak-porandakan oleh badai tropis, yang mengakibatkan kerugian mencapai puluhan miliar.

Israel yang menggunakan proxy (tangan) Amerika sudah tidak ampuh lagi. Nampaknya, supremasi Amerika dan Israel sudah akan berakhir. Bangsa Palestina yang shabar dengan keimanan yang dimilikinya, akhirnya akan mencapai kemenangan.

Kita akan melihat kemenangan bangsa Palestina dalam menghadapi Zionis Israel. Seperti, ketika Khalifah Umar Ibn Khaththab mengalahkan kaum Salibis di Palestina dulu. Dan, umat Islam akan dapat bebas memasuki Masjidi al-Aqsha, dan dapat melaksanakan ibadah dengan tenang. Tanpa lagi diganggu oleh tentara Israel dan ektrimis Yahudi. Wallahu ‘alam.