Bercermin Pada Salaf

Ulama yang senantiasa begitu akrab dengan Masjidil Haram ini dikenal dengan nasihat-nasihatnya yang begitu menyentuh hati. Matanya memancarkan cahaya keteduhan dari kedekatannya kepada Allah swt.

Ulama yang lahir pada tahun 88 Hijriyah ini biasa disebut dengan Al-Auza’i. Dialah anak yatim yang tumbuh di sekitar wilayah Damaskus yang kemudian menjadi panutan masyarakat sezamannya.

Abu Abdillah atau Urwah bin Zubair bin Al-Awwam adalah di antara sederet tabiin yang memiliki kucuran mata air hikmah untuk generasi umat sesudah beliau. Adik dari Abdullah bin Zubair ini memberikakan pelajaran tentang nilai sebuah kesabaran.

Banyak penguasa gagah, memiliki peran besar, dan nampak berwibawa dihadapan rakyatnya. Rakyat mengantungkan harapan kepada sang penguasa. Tetapi, kegagahan, peran yang besar, dan wibawanya, justru menjadi malapetaka.

Sebuah kisah yang sangat mengharukan. Mengarukan bagi siapa saja, yang masih memiliki setetes iman. Hanya setetes iman, itu sudah cukup untuk memahami perubahan kehidupan yang terjadi. Peristiwa yang penuh dengan keniscayaan.

Apa yang menjadi penyebab kesediaan Hubaib Abi Muhammad menghadapi kematian adalah kehadirannya di majelis ilmu Hasan al-Basry. Di mana nasihatnya itu berhasil masuk ke dalam relung-relung  hati sanubarinya.

Entah bisikan siapa, yang mendorongnya meninum arak itu? Barang yang masa sesudah Islam masuk, diharamkan, karena menghilangkan ingatan. Tetapi lekaki itu tetap meminumnya.

Sejarah mengisahkan, sebuah cerita nyata, yang berasal dari Marwan bin Muhammad, Izzah teman wanita dari Katsir datang  menemui Ummul Mukminin (ibu negara) binti Abdul Aziz bin Marwan, saudara wanita dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Sangat cantik. Di seluruh kota Kufah. Mungkin di Bagdad. Tak ada lagi yang membandinginya. Mungkin batas kecantikannya hanya ada dalam angan-angan dan kisah-kisah.

Ajakannya tak pernah mereka lupakan. Karena, ajakan itu senantiasa membawanya kebahagiaan, kemuliaan, dan kuatnya ikatan persaudaraan.