Pengkhianatan Terbesar adalah Pemimpin Yang Berkhianat

Eramuslim.com – Kota Madinah menjelang Ashar. Langit cerah. Orang-orang bergegas menuju ke masjid. Ingin bertemu dengan Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam. Mereka para sahabat Anshar dan Muhajirin, yang senantiasa setia bersamanya.

Di waktu suka dan duka. Mereka dalam satu ikatan aqidah Islam, yang menjadi tali ‘buhul’, yang kuat bagi kehidupan mereka bersama. Para sahabat Anshar dan Muhajirin, senantiasa berpaut dalam ikatan ukhuwah, dan saling mencintai, atau ruhul mahabbah.

Usai shalat Ashar Rasulullah Shallahu alaihi wa salam menyampaikan khotbahnya, “Amma ba’du. Sesungguhnya dunia itu indah dan manis. Allah menjadikan kalian khalifah di sana untuk melihat apa yang kalian perbuat. Waspadalah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita,karena fitnah pertama Bani Israel berawal dari wanita.

Ketahuilah, Bani Adam diciptakan dengan bertingkat-tingkat. Ada yang dilahirkan sebagai mukmin,hidup sebagai mukmin, dan mati sebagai mukmin. Ada pula yang lahir sebagai kafir, dan hidup sebagai kafir, dan mati sebagai kafir. Ada yang dilahirkan sebagai mukmin, dan hidup sebagai mukmin, dan mati sebagai kafir. Tapi, ada orang yang dilahirkan kafir, dan hidup sebagai kafir, dan mati sebagai mukmin.”

Maka, kehidupan manusia itu sangatlah relative, tergantung manusia, bagaimana dalam menghadapi proses kehidupan ini. Jika seseorang selalu menjaga hubungannya dengan Allah Azza Wa Jalla, melalui cara-cara yang sudah disyariatkan, maka niscaya ia akan mengakhiri kehidupannya sebagai seorang mukmin. Tapi, betapa banyaknya manusia yang lahir sebagai mukmin, dan hidup sebagai mukmin, tapi ketika mati menjadi kafir. Karena, ia diakhir hidupnya meninggalkan syariat, ketentuan-ketentuan yang telah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla.