Tobatnya Khalifah al-Makmun

Eramuslim.com – Udara panas menyengat. Angin gurun disertai badai samun. Terasa sangat mendera. Debu-debu berterbangan. Membuat dinding-dinding tembok menjadi kusam. Terkena debu. Jalan lengang di siang hari. Hanya satu dua orang yang pergi. Karena sangat perlu. Tak tahan menghadapi udara gurun yang panas. Menyengat. Kala itu, putra Khalifah al-Makmun, yang bernama Pangeran Ali sedang berada di tangsi militer.

Tiba-tiba seorang pelayan datang. “Tuanku Amirul Mukminin memanggil. Ia memanggil untuk jamuan makan, dan sekarang menunggu tuan”, ujar pelayan itu. Mendengar panggilan itu, Pangeran Ali, lalu berkata: “Sungguh. Cuaca sangat panas dan terasa gerah, membuat diriku malas keluar. Maka, kembalilah dan beritahukan kepada Amirul Mukminin, bahwa kamu mendapatkanku sedang tidur”, ucap Pangeran Ali. Tapi, pelayan itu kembali lagi, dan mengatakan : “Amirul Mukminin memerintahkan untuk membangunkan. Beliau sudah tidak sabar lagi walau sekejap saja”, tambah pelayan itu.

Mendengar perintah itu, Pangeran Ali segera bangun, dan menghadiri jamuan makan dengan perasaan tidak senang. Disaat itu, Amiru Mukminin duduk-duduk, sambil minum-minum bersama teman-temannya. Melihat suasana seperti itu, Pangeran Ali meninggalkan jamuan, tanpa minum sedikitpun.Ia kembali ke istananya, dan memerintahkan agar digelarnya permadani di balkonnya yang berada di pinggiran sungai Tigris, lalu disiram dengan es. Kemudian Pangeran Ali duduk diatas pembaringan beratap kain sambil memandang orang-orang, dan sungai yang terus mengalir.

Dari kejauhan Pangeran Ali melihat seorang kuli datang. Kuli itu menggunakan baju dari bulu putih yang sudah kumal. Ia membungkus kedua kakinya dengan kain perca untuk menahan sengatan panas yang membakar. Dilihatnya, kuli itu mengeluarkan bungkusan, yang berisi makanan, yang tidak seberapa, hanya sekedar menahan laparnya. Roti yang ditaburi garam, dan diberi sejenis bahan tumbuhan yang berbau harum. Lalu, dari kejauhan Pangeran Ali melihat kuli sedang makan makanannya yang ada. Dan, ketika usai makan, kuli membungkus kembli barang makanan yang ia bawa. Lalu, kuli menggelar kain, dan melaksanakan shalat Dhuhur.

Pangeran Ali berkata kepada pengawal yang berdiri didekatnya. “Bawalah dia kemari, dan perlakukanlah dengan lembut”, ucapnya. Pengawal itu berkata, ‘Bangun, dan ikut saya’, tegasnya kepada kuli. Tapi, kuli menolak, karena ia sudah merasa letih. “Carilah orang lain, badanku sudah sangat letih”, ujarnya. “Tempatnya dekat”, sahut pengawal. Tetapi, kuli tetap menolak, dan tidak mau ikut pengawal, yang ingin membawanya kepada Pangeran Ali. Dan, pengawal Pangeran Ali terus menekannya, dan akhirnya kuli itu ikut ke istana Pangeran Ali.

Ketika bertemu dua manusia yang berlainan status itu, tapi tak menghalangi keduanya menjadi dekat. Pangeran Ali, kemudian menggandeng tangan kuli itu, dan membawanya masuk ke dalam kamarnya, tanpa disertai orang lain. Lalu, Pangeran Ali bekata : “Lihat ini, kamu telah mengetahui keadaan, dan kedudukanku. Namun, apa artinya kerajaan ini dengan segala kenikmatan dunia itu bagiku. Maka, berdoalah kepada Allah Subhana wa Ta’ala agar aku bisa hidup bersahaja di dunia serta senang di akhirat”, pinta Pangeran Ali.

Kuli itupun berkata : “Wahai saudaraku tercinta, saya tidak punya kedudukan disisi Allah untuk bisa aku panjatkan doa, hanya saja sebahagian orang bijak berkata, ‘Barangsiapa takut terhadap sesuatu, maka ia akan bangun sepanjang malam. Karenanya, wajibkanlah terhadap dirimu setiap hari walaupun hanya sejenak untuk melakukan yang jelas bagi-Nya.Jika kamu mendahulukan yang demikian itu, maka dengan pertolongan Allah akan timbul suatu tekad yang kuat, dan akan selalu melakukannya. Kamu harus bertaqwa kepada Allah, mentaati dan menjauhi larangan-Nya”, ucap kuli itu.

Kemudia kuli itu mengangkat tangannya, dan sambil menengadahkan wajahnya, ‘Wahai Zat yang mengangkat langit dengan kekuatan-Nya, yang membentangkan bumi dengan kehendak-Nya, yang menciptakan makhluk dengan kemauan-Nya, yang bersemayam di Arsy dengan kekuasaan-Nya. Wahai raja di raja, yang Maha Perkasa, Tuhan bagi alam semesta, dan penguasa hari kiamat, aku memohon kepada-Mu dengan limpahan rahmat-Mu, kedermawanan-Mu dan kekuasaan-Mu,agar sudilah Engkau mengeluarkan rasa cinta duniawi dari hati hambamu, Abdullah Ali, berilah dia taufiq untuk dapat berbakti kepada-Mu dengan melakukan amal-amal yang Engkau tetapkan dapat memperoleh keridhaan-Mu, jauhkanlah dia dari maksiat-Mu, akhirilah kami dan dia dengan kerelaan-Mu, dan maaf-Mu, wahai Zat yang Maha Pengasih”, tambah kuli itu.