Indahnya Meniti Jalan Dakwah

Islam adalah agama dan negara (daulah), di dalamnya terdapat manhaj yang haq dalam bidang hukum, pengadilan, politik, kemasyarakatan dan perekonomian serta segala perkara yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan dunia mereka, dan dengan Islam nantinya mereka akan bahagia di kehidupan akhirat. (Dinul Haq, Abdurrahman bin Hammad Alu Muhammad).

Didalam kitab An-Nidhamu Al-Islam, Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani juga menjelaskan, setidaknya ada tiga konsep yang diatur oleh Islam:

Pertama : Mengatur segenap perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Khaliq-nya, hal ini tercermin dalam aqidah dan ibadah ritual dan spiritual. Semisal: Tauhid, sholat, zakat, puasa dan lain-lain. Kedua : Mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Yang diwujudkan berupa akhlak, pakaian, dan makanan. Ketiga : Mengatur manusia dengan lingkungan sosial. Hal ini diwujudkan dalam bentuk mu’amalah dan uqubat. (sistem ekonomi Islam, sistem pemerintahan Islam, sistem politik Islam, sistem pidana Islam, strategi pendidikan, strategi pertanian, dan lain sebagainya).

Namun saat ini Islam tidak diterapkan secara menyeluruh (kaffah), Islam tidak lagi menjadi ”way of life’ yang sempurna, masyarakat dipaksa untuk hidup didalam sebuah sistem sampah jahiliyyah. Dengan kondisi semacam ini, banyak diantara kaum muslim yang tergerus oleh keadaan, diantara mereka ada yang kondisi keislamannya cuma sebatas pada kartu identitasnya saja, Ada juga yang punya semboyan “ibadah yes maksiat yes”, alias ibadahnya jalan, maksiat juga tetap melenggang.

Ditengah hiruk pikuk kesenangan dunia yang sungguh menggoda ini, masih ada beberapa pihak yang tidak terpengaruh untuk berbuat sampai melanggar batas, mereka masih aktif beribadah, ditambah dengan sedekah, infak, juga haji maupun umrah, bagi mereka yang mampu. Namun disisi lain, mereka tidak mau ambil pusing dengan kondisi yang ada, kalaupun mau, maka hal itu cuma ala kadarnya, bagi mereka urusan dakwah ini tidak terlalu penting.

Padahal kalau mau menengok sirah nabi, disana ditemukan bahwa dahulu Rasulullah Saw dan para sahabat menjadikan aktivitas dakwah yang mulia ini sebagai poros dalam kehidupan mereka. Ada banyak sekali kisah dahsyat para sahabat yang tentunya bisa kita petik sebagai pelajaran.

Salah satunya adalah Ibnu Mas’ud r.a, seorang sahabat yang pertama kali membacakan Al-Qur’an secara terbuka di tempat berkumpulnya kaum Quraisy di dekat ka’bah. Ternyata apa yang terjadi?, ia dipukuli oleh orang-orang Quraisy sampai babak belur, hebatnya Ibnu Mas’ud setelah kejadian itu tidak menjadi ciut nyali, bahkan ia mengatakan ”mulai sekarang tidak ada lagi yang kutakutkan dari orang quraisy, berikanlah lagi ayat-ayat Al-Qur’an, pasti akan kubacakan dihadapan mereka”. Luar biasa!