Teks Khutbah Iedul Adhha 1431 H (Fathuddin Jafar, MA)

بسم الله الرحمن الرحيم

خطبة عيدالأضحى المبارك عام 1431 هـ

KHUTBAH IEDUL ADH-HA 1431 H VISI PEMBANGUNAN NABI IBRAHIM Disampaikan di Masjid Asy-Syukur, JL Keb. Lama Selasa 10 Dzulhijjah 1431 H.

الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر كبيرا, و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله وحده , صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده , لا أله الا الله والله أكبر , الله أكبر و لله الحمد. إن الحمد لله وحده نحمده و نستعينه و نستغفره و ونستهديه و نعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل الله فلن تجد له وليا مرشدا. أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة و نصح للأمة وتركنا على محجة بيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك و اللهم فصل وسلم على حبيبنا المصطفى محمد بن عبد الله وعلى آله وصحبه و من اتبع هداه واستن بسنته واهتدى بهديه و جاهد في سبيله إلى يوم الدين. أما بعد : فيا أيها لمسلمون, أوصيكم ونفسي الخاظئة المذنبة بتوقوى الله وطاعته فقد فاز المتقون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ(آل عمران : 102)

Sekilas Tentang Ibrahim alaihissalam..

Setiap musim haji tiba, kita teringat akan seorang manusia bernama Ibrahim. Karena berliaulah yang merintis ibadah haji dengan segala rangkaiannya. Bahkan beliaulah yang membangun Ka’bah dan kota Mekkah yang sekarang sudah menjadi kota metropolis dunia.

Ada pertanyaan mendasar yang selalu muncul dari dalam hati kita yang dalam saat kita menunaikan ibadah haji atau saat kita merayakannya di kampung halaman kita masing-masing. Pertanyaan tersebut ialah: Pelajaran apa yang sudah kita dapatkan dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang message yang tersimpan dalam ibadah haji, alangkah baiknya kita menelusuri sejenak jalan hidup yang ditempuh Ibrahim alaihissalam agar kita mengenal kepribadian Beliau dari dekat.

Nabi Ibrahim terkenal dengan sebutan Abul Anbiya’ atau Bapak Tauhid. Lahir di Selatan Irak di zaman seorang raja zhalim bernama Namrud. Ayahnya bernama Azar adalah ahli pahat/ukir yang sekaligus sebagai pembuat patung-patung yang disembah masyarakat saat itu sebagai tuhan.

Setelah diangkat menjadi Rasul, Ibrahim mengajak masyarakatnya meninggalkan pola keyakinan syirik yang amat berbahaya itu. Ia mengajak untuk menganut paham Tauhid, yakni mengesakan Allah sebahai Tuhan Pencipta (Tauhid Rububiyyah), Tuhan yang berhak disembah dan ditaati (Tauhid Uluhiyyah) dan Tuhan yang memiliki nama dan sifat yang amat luar biasa (Tauhid Asmak dan Sifat).

Tanpa ragu sedikitpun, Ibarahim menjelaskan kekeliruan dan kesesatan Bapak dan kaumnya, seperti yang dijelaskan Allah :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (الأنعام : 74)

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada Bapaknya; Azar: Mengapa kamu jadikan patung-patung itu tuhan yang disembah? Sesungguhnya aku berpendapat kamu dan kaummu dalam keadaan sesat yang nyata. (QS. Al-‘An’am [6] : 74)

Sebagai akibat dakwah Tauhid yang disebarkan Ibrahim, konflikpun tak terhindarkan. Sejak dari penguasa sampai kepada Bapaknya ikut murka. Mereka tersinggung berat karena menyentuh tradisi syirik yang tidak logis dan tidak didasari ilmu serta akal sehat. Syirik dianut hanya karena tradisi nenek moyang. Berbagai cara dilakukan untuk menghentikan dakwah tauhid nabi Ibrahim. Puncaknya ialah sebuah konspirasi jahat yang mereka lancarkan terhadap Ibrahim. Mereka ingin membunuhnya dengan cara membakar Ibrahim dalam sebuah api unggun besar. Berkat pertolongan dan kekuasaan Allah, konspirasi tersebut kandas. Allah memperlihatkan kebesaran-Nya dan keagungan-Nya dengan menyelamatkan Ibrahim dari terbakar dan bahkan merasakan kedinginan. Hal ini dijelaskan Allah dalam surat …..

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (67) قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آَلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69) وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ (70)

Ia (Ibrahim) berkata : Apakah kalian menyembah selain Allah yang tidak bisa memberi manfaat sedikitpun pada kalian dan tidak pula dapat memberi mudarat kepada kalian?(66) Celaka kalian dan tuhan yang kalian sembah selain Allah. Apakah kalian tidak berakal? (67) Mereka berkata : bakar dia dan tolonglah tuhan-tuhan kalian jika kalian ingin melakukannya (68) Kami berkata : Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan atas Ibrahim(9) Mereka hendak melakukan konspirasi padanya (Ibrahim) maka Kami jadikan merekalah orang-orang yang merugi (70) (QS. Al-Anbiya’ [20] : 66 – 70).

Setelah masyarakat dan penguasa tempat kelahirannya tidak mau menerima dakwah Tauhid, maka Allah memerintahkan Ibrahim hijrah ke Palestin dan tinggal di sana beberapa waktu. Kemudian Alah perintahkan Hijrah kembali ke sebuah lembah bebatuan yang tidak ada sama sekali air, pepohonan dan sumber kehidupan lainnya. Kawasan tersebut kemudian terkenal dengan sebutan Bakkah atau Mekkah seperti yang kita kenal sekarang.

Di sanalah Ibrahim merancang sebuah masyarakat dan kominitas baru yang bertauhid. Di sanalah Ibrahim membangun sebuhah negeri dan peradaban baru yang mentauhidkan Tuhan Pencipta mereka dan Pencipta alam jagad raya. Di sana pulalah Allah takdirkan sebuah negeri yang menjadi pusat peradaban Tauhid sampai hari kiamat nanti; sebuah negeri yang paling aman di dunia dan melimpah dengan buah-buahan kendati kawasannya hanya bebatuan. Dari sana pulalah memancar mata air zamzam yang tidak pernah kering kendati diminum dan dimanfaatkan oleh milyaran manusia sepanjang zaman. Sebuah negeri yang penuh berkah sebagai hasil perencanaan Ibrahim yang mengikuti petunjuk dan skenario Allah; Tuhan-Nya dan Tuhan alam semesta.

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ

Ya Robbana… Sesungguhnya aku membangun tempat tinggal anak cucuku di sebuah lembah yang tidak memiliki pepohonan, di samping rumah-Mu yang terhormat itu… (QS. Ibrahim [14] : 37)

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا

Ibrahim Alaihissalam adalah Bapak Pembangunan Peradaban Dunia dan Akhirat

Nabi Ibrahim sadar untuk membangun sebuah negeri yang baru, apalagi tidak ada sumber kehidupan seperti air dan tumbuh-tumbuhan, bukanlah perkara mudah. Bahkan kalau ditinjau dengan akal manusia biasa adalah hal yang mustahil. Bisa saja dalam pandangan manusia biasa bahwa menyebarkan dakwah tauhid di tengah masyarakat yang sudah ada, kendati keranjingan menganut syirik mungkin lebih mudah. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Bila syirik telah menjadi budaya dan sistem sebuah kekuasaan dan pemerintahan seperti yang terjadi pada negeri tempat kelahiran Ibrahim yakni Selatan Irak, maka menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai Tauhid jauh lebih sulit. Namun demikian, kedua pilihan tersebut adalah sama-sama sulit.

Karena hijrah ke Mekkah itu adalah petunjuk dan perintah Allah, maka Ibrahim tidak ragu sedikitpun dan bahkan jauh lebih optimis dakwahnya berhasil ketimbang di negeri tempat kelahirannya sendiri, kendati harus melewati perjalanan di atas padang pasir sekitar 2.000 km . Ibrahim meyakini betul, selama dalam perintah dan petunjuk Allah, tidak ada yang mustahil.

Visi Pembangunan Negeri Mekkah

Sebelum menjalankan berbagai syari’at Islam, sebelum anak cucunya menyebar dan sebelum masyarakat terbentuk, nabi Ibrahim terlebih dahulu menetapkan visi pembangunan negeri Mekkah. Visi tersebut ialah bagaimana Mekkah menjadi “ NEGERI YANG AMAN”. Negeri yang Aman. Itulah visi yang dirancang Ibrahim ‘alaihissalam sebelum memulai berbagai aktivitas kehidupan di Mekkah. Sebab itu, untuk mewujudkan sebuah negeri yang aman, landasannya tidak mungkin dengan materi atau dimulai dari pembangunan ekonomi dan teknologi canggih. Sebuah negeri yang aman hanya akan terwujud jika dibangun sejak hari-hari pertama berdirinya dengan di atas landasan TAUHIDULLAH. Mentauhidkan atau mengesakan Allah dalam rububiyyah-Nya, dalam semua sistem hidup (uluhiyyah/ubudiyyatullah) dan dalam segala bentuk simbol, nama dan ornament yang digunakan (Tauhid asma’ dan sifat-Nya).

Tauhid adalah landasan utama membangun sebuah negeri yang aman. Nabi Ibrahim menyadari betul hal ini, setelah melalui berbagai pengalaman dalam menyampaikan risalah Tauhid di tengah masyarakatnya di selatan Irak dan juga di Palestina. Ibrahim melihat betapa rusak dan kacaunya negeri yang dibangun di atas syahwat kekuasaan dan syahwat dunia lainnya. Di negeri yang tidak bertauhid, semua neraca menjadi terbalik. Yang hak dianggap batil dan yang batil dianggap hak. Yang baik dianggap buruk dan buruk dianggap baik. Dan bahkan hamba bisa bertingkah laku bagaikan tuhan. Kesesatan menjadi jalan hidup. Sedangkan petunjuk Allah dijauhi dan diperangi, termasuk Ibrahim sebagai Rasul Allah, tak luput dari dari konspirasi para pembangkang Allah itu.

Berdasarkan fakta tersebut, Nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar Allah berikan ia kesempatan membangun sebuah negeri visioner. Negeri yang aman yang akan menjadi pusat lambang Tauhid hingga akhir zaman. Beliaupun berkata sambil berdoa’ :

وإذ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata : Ya Robb (Tuhan Pencipta).. Jadikanlah negeri ini (Mekkah) sebuah negeri yang aman. Sebuah negeri yang aman, bukan negeri yang makmur, atau maju dan sebagainya… Sebab, kemakmuran, kemajuan ekonomi dan teknologi tidak akan banyak manfaatnya bagi masyarakat luas jika negeri itu tidak aman. Kemajuan dan kemakmuran itu hanya akan menjadi sapi perah dan ajang korupsi dan kejahatan bagi para politisi, pengusaha dan pejabatnya jika negeri tersebut belum sampai ke peringkat aman.

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا, لا اله الا الله وحده صدق و عده و نصر عبه و أعز جنده وهزم الأحزاب وحده, لا اله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.

Kriteria Negeri Yang Aman. Adapun kriteria sebuah negeri yang aman ialah, aman dari bahaya dan ancaman internal (dalam negeri) dan pada waktu yang sama aman pula dari bahaya dan ancaman dari luar atau eksternal.

Di antara bentuk bahaya dan ancaman yang datang dari dalam negeri ialah : Disorientasi ideology yang mengakibatkan disorientasi hidup. Sedangkan Disorientasi ideology yang mengakibatkan disorientasi hidup itu akan melahirkan berbagai ancaman serius lainnya seperti :

1. Misperception terhadap Allah (Tuhan Pencipta), alam semesta, manusia, kehidupan dunia dan risalah para Nabi, khususnya nabi Muhammad Saw. dan risalah Islam yang dibawanya.

2. Mismanagemen pemerintahan.

3. Keliru memilih pemimpin, para menteri dan para penanggung jawab lembaga-lembaga tinggi negara lainnya, baik di tingkat eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

4. Lahirnya sistem dan aturan yang buruk, tidak efektif dan tidak menjamin keselamatan dunia dan akhirat. Maka mavia hukum dan kasus akan semakin subur dan merajalela.

5. Lahir Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak berkualitas dan bermental korup, karena sistem pendidikan yang dirancang hanya berorientasi materi dan kehidupan dunia yang fana.

6. Pengelolaan sumber daya alam yang buruk, tidak amanah dan tidak profesional serta monopoli oleh sekelompok kapitalis yang berkolaborasi dengan penguasa. Hal tersebut terjadi karena tidak mengaitkan Allah dengan alam, manusia dan kehidupan dunia, serta tidak menganggap sumberdaya alam itu adalah nikmat Allah yang diberikan-Nya secara cuma-cuma kepada semua masyarakat yang tinggal di atasnya, bukan spesial untuk penguasa dan pengusahanya. Penguasa hanya sebagai pemegang amanah Allah semata untuk dipelihara dan dikelola dengan amanah. Sedangkan pengusaha berhak menjadi partner pemerintah untuk mengelola dan mengembangkannya berdasarkan hukum dan peraturan yang adil. Tidak ada hukum dan aturan yang adil selain dari hukum dan aturan yang diciptakan Penciptanya, yakni Allah Ta’ala.

7. Lahir perbudakan dan penjajahan yang dilakukan oleh kaum dan bangsa sendiri, dengan bahasa dan warna kulit yang sama, sebagaimana yang dilakukan Namrud di zaman Ibrahim ‘alaihissalam. Tidak ada perbudakan yang lebih sadis dan zalim melebihi penjajahan ideologi yang dilakukan oleh bangsa sendiri terhadap kaum dan masyarakatnya. Sebagaimana ungkapan sya’ir : Sesungguhnya kezaliman orang-orang yang memiliki hubungan dengan kita jauh lebih pedih ketimbang dilukai anak panah India yang beracun ular kobra….

Ketika penguasa memaksakan ideologi peninggalan nenek moyang terhadap masyarakat dan kaumnya dan melarang serta memerangi setiap ideology dan para penyeru ideology yang dibawa para Rasul, seperti yang dilakukan Namrud terhadap kaumnya dan terhadap nabi Ibrahim, maka saat itulah perbudakan, kejahatan dan kezaliman terjadi oleh manusia terhadap manusia lainnya.

Adapun bahaya dan ancaman dari luar ialah imperialisme atau penjajahan dengan segala bentuknya, seperti ideology, ekonomi, politik, pemikiran, budaya, pendidikan dan sebagainya. Imperialisme ini pada umumnya akan terjadi bila suatu negeri itu sedang mengalami berbagai ancaman dari dalam seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pintu Imperialisme itu akan terbuka lebar di saat negeri sedang dirong-rong oleh berbagai bahaya dan ancaman dari dalam seperti yang dijelaskan di atas. Jika negeri itu sehat, kuat dan terbebas dari berbagai ancaman internal tersebut, maka imperialisme yang menjadi ancaman dari luar itu tidak akan berhasil.

Sebagai fakta kebenaran teori tersebut ialah umat Islam. Tiga belas abad lamanya umat nabi Muhammad Saw. eksis di atas muka bumi ini. Baru satu abad belakangan mereka kedodoran dan hancur berkeping-keping menjadi 52 negera yang diperebutkan oleh berbagai kekuatan imperialisme Barat maupun Timur. Semua terjadi karena kita sedang dirong-rong oleh berbagai ancaman dan penyakit dari dalam, sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا, لا اله الا الله وحده صدق و عده و نصر عبه و أعز جنده وهزم الأحزاب وحده, لا اله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.

Syarat Menjadi Negeri Aman

Untuk menjadi sebuah negeri yang aman dan telepas dari berbagai ancaman dari dalam dan dari luar, nabi Ibrahim menjelaskannya seperti yang Alllah abadikan dalam firman-Nya :

وإذ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36) رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37) رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (38) الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39) ( سورة ابراهيم )

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala (35) Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(36) Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(37) Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit (38) Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.(39) (QS. Ibrahim [14] : 35–39).

Dari doa dan dialog Ibrahim dengan Allah tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi sebuah negeri yang aman persyaratannya adalah sebagai berikut :

  1. Pemimpin dan masyarakatnya harus mampu menjauhkan diri dari mengabdi kepada berhala-berhala, baik dalam bentuk patung yang diukir, maupun dalam bentuk materialisme lainnya seperti harta, pangkat, status sosial, kedudukan dan sebagainya.
  2. Adanya pemimpin dan masyarakat ahli ibadah, tidak melakukan aktivitas apapun kecuali hanya mengharap ridha Allah, baik dalam ibadah yang bersifat individual, sosial, politik, dan pemerintahan. Semuanya dijalankan berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
  3. Adanya semangat takaful ijtima’I (gotong royong) yang timggi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Untuk itu, pola feodalisme harus dikikis habis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
  4. Penguasaan terhadap sektor pertanian secara komprehensif dengan penerapan sains dan teknologi pertanian, sejak dari teknologi pupuk organic, pembibitan, pengolahan produk sampai ke pemasarannya, baik tingat lokal maupun global.
  5. Para pemimpin, pengusaha, ulama, penegak hukum dan masyarakatnya memiliki sifat muroqobatullah (rasa monitoring Allah).
  6. Selalu bersyukur pada Allah atas segala nikmat yang dianugerahkan-Nya agar terhindar dari sifat kufur ni’mat.

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا, لا اله الا الله وحده صدق و عده و نصر عبه و أعز جنده وهزم الأحزاب وحده, لا اله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Kaum muslimin rahimakumullah… Bila enam poin tersebut dapat kita wujudkan seperti yang lakukan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kita yakin negeri yang bernama Indonesia ini juga akan menjadi negeri yang aman dan penuh berkah. Kita yakin, berbagai krisis yang berkepanjangan yang melilit negeri ini dan berbagai musibah yang menimpa negeri ini, tidak lain adalah akibat kita menjauh dari konsep para Nabi Allah, khususnya Nabi kita Muhammad Saw. Sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

مَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآَيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127)

Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an) maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sulit dan kami kumpulkan mereka pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta. (124) Dia berkata : Ya Robb… Kenapa Engkau kumpulkan saya dalam keadaan buta, dan sungguh saya dulu di dunia melihat? (125) Dia (Allah) berkata : Yang demikian itu ialah karena ketika ayat (Kitab) Kami datang kepadamu, maka kamu lupakan (tidak menjadijadikannya the way of life) dan demikian pula hari ini kamu dilupakan (126) Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang melampaui batas dan tidak mau beriman pada ayat-ayat Robb-nya dan sungguh azab akhirat itu lebih dahsyat dan lebih kekal (127) (QS. Thaha [] : 124–127)

Sebaliknya, jika kita mau mengikuti sistem dan metode yang Allah turunkan dalam menata hidup dan kehidupan ini, sejak dari tingkat individu, sampai kepada negara dan pemerintahan, maka negeri kita akan dijamin keselamatan dan berlimpah keberkahan, sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka menolak (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri.(96) Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan azab Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? (97) Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan azab Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? (98) Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi(99) (QS. Al-A’raf [] : 96–99).

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mari k ita berdoa’a kepada Allah agar Dia bukakan pintu hati dan pikiran kita untuk bisa menerima, memahami dan mengamalkan jalan hidup yang Dia turunkan pada para nabi dan rasul-Nya, khususnya Nabi Muhammad Saw. hanya itu jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita dari berbagai azab dan kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat kelak…

Doa’ :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Yaa Allah, Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta!!! Melalui Kitab Petunjuk-Mu, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Mu Muhammad saw, dan juga melalui nikmat akal yang Engkau anugerahkan kepada kami, kami telah mengetahui dan mengakui bahwa alam jagad raya ini Engkaulah Penciptanya. Tiada sekutu bagi-Mu dalam penciptaannya. Sebab itu, tidaklah pantas dan tidak logis pula jika kami menyekutukan-Mu dalam ibadah dan ketaatan…. Alam dunia ini Engkau ciptakan dari ketiadaan, maka pasti juga akan berakhir kepada ketiadaan serta Engkau akan ganti dengan alam Akhirat yang kekal abadi. Oleh sebab itu, berikanlah kepada kami ilmu, hikmah dan kefahaman, kesadaran dari lubuk hati yang ikhlas untuk meyakini Keagungan dan Kebesaran-Mu agar kami mampu menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah yang Engkau telah tetapkan. Kami sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara sebagai tempat kami berkarya, menegakkan kebenaran, keadilan dan memakmurkan bumi ini, serta menyelamatkan manusia agar tidak tersesat dari jalan-Mu yang benar.

Yaa Allah yang Maha Rahman!!! Rahmatilah kami melalui Al-Qur’an-Mu, jadikanlah ia pemimpin, cahaya dan petunjuk hidup bagi kami. Yaa Allah, Ingatkan kami apa yang kami lupa dari Al-Qur’an. Ajarkan kepada kami kandungan Al-Qur’an yang belum kami ketahui. Berilah kami rezeki membaca dan menelaahnya di tengah malam, di awal dan di akhir siang… Jadikanlah Al-Qur’an itu hujjah (argumentasi), hiasan hati kami, penghapus kesedihan dan kepedihan kami dalam kehidupan di dunia ini, wahai Tuhan Pencipta alam semesta.

Yaa Allah yang Maha Baik!!! Perbaikilah pemahaman kami terhadap Islam (sistem hidup) yang Engkau turunkan untuk mengatur tata cara kehidupan kami di dunia ini. Perbaiki pula kondisi kehidupan duniawi kami. Dan perbaiki juga bagi kami bekal untuk Akhirat yang akan menjadi tempat tinggal akhir kami. Jadikanlah kehidupan ini bagi kami sebagai ajang berlomba menggapai segala kebaikan. Hindarkan pula kami dari berbagai prilaku buruk dalam kehidupan ini. Dan jadikanlah kematian itu sebagai cara menghentikan kami dari segala kejahatan.

Yaa Allah yang Maha Rahim!!! Jadikanlah sebaik-baik umur kami adalah akhirnya, sebaik-baik amal kami adalah penutupnya dan sebaik-baik hari kami adalah ketika kami berjumpa dengan Engkau…Yaa Allah!!! Perbaiki akhir segala urusan kami… Hindarkanlah kami dari kehinaan dunia dan kesengsaraan Akhirat…

Yaa Allah Yaa Rahmaan… Anugerahkanlah kepada kami rasa takut pada-Mu yang menjadi dinding pemisah antara kami dengan maksiat kepada-Mu… ketaatan pada-Mu yang menyampaikan kami ke syurga-Mu… keyakinan pada-Mu yang meringankan kami dalam menghadapi musibah dan berbagai persoalan hidup kami…Anugerahkan pula kepada kami kenikmatan penglihatan, pendengaran dan kekuatan fisik selama kami masih Engkau berikan jatah hidup di dunia ini…Jadikanlah kenikmatan itu sebagai kekayaan warisan kami… Balaslah dendam kami pada orang yang menzalimi kami… Tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami… Dan janganlah Engkau jadikan kehidupan dunia ini sebagai tumpuan harapan kami yang paling utama, dan tidak pula konsentrasi utama ilmu kami… dan jangan Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami dan tidak pula takut kepada-Mu…

Yaa Allah yang Maha Pengampun!!! Janganlah kiranya Engkau biarkan dosa-dosa kami yang hadir pada sholat Eid hari ini dan dosa kedua orangtua kami, kecuali telah Engkau ampunkan…demikian pula dengan dosa dan kesalahan seluruh umat Islam kapan saja dan di mana saja mereka berada. Tiada kesedihan kami kecuali Engkau hapuskan… Tiada hutang kami kecuali Engkau lunasi…Tiada kebutuhan duniawi dan ukhrawi kami kecuali Engkau penuhi…Yaa Arhamarraahimiin…

Yaa Allah Tuhan semesta alam, penguasa jagad raya dan berkuasa atas segala sesuatu. Perbaikilah pemimpin negeri ini, bimbing mereka ke jalan-Mu. Perbaiki pula kondisi SDM, ekonomi, politik, akhlak, budaya dan pendidikan negeri kami agar kami bisa segera keluar dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini. Kalau tidak Engkau limpahkan kepada kami kasih sayang-Mu, cepat atau lambat, pasti kami dan negeri kami mengalami kehancuran. Kami sadar, betapa besarnya dan banyaknya tanda dan fakta yang mengisyaratkan bahwa negeri kami sedang menuju kehancuran…. Sebab itu, di hari kemenangan seperti ini sepantasnya kami bergembira. Namun kami tidak bisa bergembira, melainkan berduka dan bersedih hati sebagai bukti kami menyadari kondisi kami dan kondisi negeri kami yang sesungguhnya, kendati di antara kami dan di antara pejabat negeri kami dan pengusaha Muslim negeri kami masih saja tertawa terbahak- bahak, tanpa menyadari sistuasi dan kondisi yang sesungguhnya…

Yaa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang… Terimalah semua amal ibadah kami. Jadikanlah ibadah haji saudara-saudara kami menjadi haji yang mabrur. Terimalah amal ibadah shalat dan qurban kami. Jadikanlah semua amal ibadah itu sebagai timbangan kebaikan kami di akhirat kelak, di padang mahsyar di mana di sana Engkau akan tentukan nasib terakhir kami apakah kami pantas masuk syurga-Mu atau ke neraka-Mu. Kami sadar amal kami tidak sebanding dengan nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Namun kami juga berharap Engkau hindarkan kami dari neraka-Mu dan dengan ridha-Mu Engkau masukkan kami ke dalam syurga-Mu. Yaa Allah Tuhan yang berhak disembah dan dicinta… Ampunilah segala dosa kami, dan juga dosa kedua orang tua kami. Limpahkan kasih sayangmu kepada mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kami masih kecil.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan Pencipta kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".

آمين يارب العالمين, والحمد لله رب العالمين ولسلام عليكم ورحمة الله وبركاته