Felix Siauw : Toleransi itu Menghormati dan Bukan Melibatkan Diri

img_20161225_165537Oleh: Ustadz Felix Siauw

1. walau masih berbeda aqidah dengan kedua orangtua | alhamdulillah saya dikaruniai kemudahan dalam keluarga

  1. di tahun 2002 saya menjadi Muslim setelah 18 tahun merayakan Natal | banyak yang berubah setelah saya memahami agama Islam
  1. proses berpikir yang mengantarkan saya pada Islam | agama logis yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah
  1. prinsip tauhid di dalam Islam itu sederhana dan mengena | prinsip satu Tuhan itu menenangkan dan menentramkan
  1. setelah menjadi seorang Muslim tentu banyak penyesuaian yang harus saya lakukan | aqidah Islam tentu mengubah banyak prinsip hidup
  1. salah satu prinsip yang terpenting adaah penjagaan terhadap aqidah | pengakuan bahwa Allah itu satu dan tiada yang menyamai-Nya
  1. saya memasuki Islam sekira bulan Oktober 2002 | maka ujian pertama ada di bulan Desember 2002 saat perayaan Natal keluarga
  1. sulit sekali pada waktu itu untuk menyampaikan pada orangtua saya sudah menjadi seorang Muslim | apalagi menjelaskan tentang Natal
  1. terbayang sudah selaksa bantahan dan omelan yang bakal diterima | apalagi menjelaskan bahwa saya tidak lagi ikut-ikutan Natalan
  1. hanya saja saya tahu persis apa itu Natal | bagi kaum Nasrani itu perayaan terbesar | yaitu _kelahiran Yesus, Tuhan Juru selamat_
  1. maka perayaan Natal itu bagi saya memiliki *konsekuensi aqidah* | yang takkan pernah saya sampaikan selamat padanya apalagi saya ikuti
  1. terbayang lagi respon yang saya terima nantinya? | dimarahi? diamuk? diusir? | bagaimanapun juga ini prinsip aqidah yang harus sampai
  1. benar saja, orangtua saya tentu tidak terima | dengan perdebatan alot 3 hari akhirnya ke-Islam-an saya bisa mendapat tempat
  1. saat itu ayah saya berucap | “papi tidak bisa melarang kamu Muslim, tapi papi juga tidak bisa menerima kamu Muslim”
  1. sementara isak tangis ibu saya menjadi latar diskusi alot kita sepanjang 3 hari | hati anak mana yang tak sedih melihat airmata ibunya?
  1. tapi sekali lagi ini adalah aqidah yang tidak bisa ditawar | saya menguatkan hati sambil mengingat perjuangan Saad bin Abi Waqqash
  1. saya hanya berharap pada Allah bila saya bertahan dengan aqidah ini | Allah memperkenankan suatu saat kelak ayah-ibu saya Muslim
  1. namun ada hal yang benar-benar sulit mereka terima | “mengapa juga tidak boleh hanya sekadar mengucap Natal atau ikut merayakan?”
  1. saya pahami cara pikir orangtua saya tentu tidak sama dengan apa yang saya pahami | menjelaskan prinsip aqidah bukan mudah
  1. bagi mereka “selamat Natal” itu cuma sekedar ucapan | bagi saya _kata-kata “cuma” itu seringkali hasutan setan yang paling laris manis_
  1. _walau “cuma” ucapan selamat | saya tidak ingin mengingkari keyakinan utama | bahwa Allah itu satu dan tiada yang bersekutu dengan-Nya_
  1. dengan berat hati dan kelu lidah karena beratnya amanah ini | saya mencoba menjelaskan pada kedua orangtua saya…
  1. “Islam itu sangat menghormati Yesus (Isa) | namun kami memuliakannya sebagai Nabi bukan sebagai Tuhan”
  1. *”Isa Ibnu Maryam disebut lebih banyak dari Muhammad di dalam Al-Qur’an* | namun kami tidak bisa menerima bahwa dia dianggap Tuhan”
  1. “sedang ibunya Maryam itu wanita terbaik di dunia tersebab kesuciannya| namun kami tidak bisa menganggapnya ibunda dari Tuhan”
  1. “sedang kelahiran dari Isa Ibnu Maryam tertulis mulia di dalam Al-Qur’an | dan keselamatan padanya selalu sepanjang masa”
  1. “dan salam dilimpahkan kepadaku ( _Isa putra Maryam –red_ ), pada hari aku lahir, pada hari aku wafat dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS 19:33)
  1. *”kami menghormati Isa sebagaimana kami memuliakan ibunya | juga keluarga Imran, Daud, Musa, dan Ibrahim”*
  1. “sulit kami merayakan atau mengucapkan yang dianggap sebagai hari lahir (natal) Tuhan Yesus (Isa) | tidak mampu kami menyelisihi Isa”
  1. sedang Isa bin Maryam berpesan | “sungguh aku ini *hamba* Allah, Dia memberiku AlKitab (Injil) dan Dia menjadikan aku *Nabi*” (QS 19:30)
  1. amanah sudah kami sampaikan bahwa kami tidak bisa ikuti perayaan Natal | *tidak juga mengucap selamat pada satu hal yang batil*
  1. _kami mengakui dan memberi salam pada kelahiran Isa Ibnu Maryam Sang Nabi yang disucikan (sebagaimana dlm surat Maryam ayat 33 di atas) bukan salam pada hari kelahiran Tuhan_
  1. begitulah saya jelaskan dengan baik | dengan perkataan lembut lagi menghormati kedua orangtua sebagaimana perintah Allah
  1. alhamdulillah, sampai saat ini mereka memahami dengan baik | bahwa _toleransi Muslim adalah membiarkan perayaan mereka_
  1. alhamdulillah pula mereka melihat perubahan saya setelah menjadi Muslim | yang tentu lebih menghargai, menyayangi, menghormati orangtua
  1. *tiada kebencian pada orang selain Islam* | justru karena sayang kita ingin mengajak mereka menuju cahaya Islam | termasuk orangtua saya
  1. tidak pernah hubungan saya-ayah, saya-ibu lebih baik dari hari ini | bercanda bergurau, berkisah | tak pernah ada ini sebelum Muslim
  1. Islam mengajarkan saya menghormati dan memuliakan orangtua sepenuh jiwa | maka tak pernah ada cerita mereka protes tentang toleransi
  1. karena orangtua saya tahu persis hanya karena Islam saya bisa berkasih dengan mereka | Allah yang ajarkan saya menyayangi kedua orangtua
  1. alhamdulillah, Allah memudahkan saya menjaga aqidah saya | _bukan terombang-ambing tak jelas atas alasan toleransi_
  1. *bila kita selalu baik pergaulannya setiap saat pada saudara kita non-Muslim | tidak mengucap Natal tak menjadi soalan dan masalah*
  1. alhamdulillah Allah sudah menunjuki kita Islam | mudah-mudahan kita selalu menjaganya | wallahu a’lam.. [TMJ/manjanik]