Hatta Tarji’u ila Dinikum

Hingga kalian semua kembali kepada agama kalian. Begitulah arti kalimat di atas. Kalimat ini bukan sembarang kalimat. Bukan kalimat ulama, apalagi kata mutiara. Bukan kesimpulan dari analisa, bukan pula ijtihad dari seorang ahli.

Kalimat tersebut datang langsung dari wahyu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang menyampaikan dalam sabda beliau. Berikut ini kalimat lengkap Nabi SAW tentang kalimat tersebut,

“Jika kalian telah bertransaksi dengan cara al-‘Inah, mengambil ekor sapi, ridho dengan tanaman dan meninggalkan jihad. Maka Allah akan meliputi kalian dengan kehinaan, yang tidak akan dicabut hingga kalian kembali ke agama kalian.” (HR. Abu Dawud no. 3462. Al-Albani berkata: shahih)

Berikut ini penjelasan Syekh al-Albani terhadap dua kosa kata dalam hadits di atas:

  1. Transaksi cara al-Inah: isyarat tentang macam muamalah ribawi untuk mengelabuhi syariat
  2. Mengambil ekor sapi: isyarat tentang perhatian terhadap urusan dunia dan nyaman padanya, serta tidak perhatian terhadap syariat dan hukumnya. (Fikih al-Waqi’ 1/22, MS)

Asy-Syaukani rahimahullah dalam Nailul Authar (5/268, MS) menjelaskan mengenai mengambil ekor sapi dan ridha dengan tanaman, “Yang dimaksud adalah sibuk dengan tanaman pada waktu jihad.”

Selanjutnya Asy-Syaukani menyampaikan analisa menarik, “Sebab kehinaan adalah —wallahu a’lam— saat mereka meninggalkan jihad fi sabilillah yang menyebabkan kemuliaan Islam dan kemenangannya di atas semua agama, Allah memberikan mereka hal yang sebaliknya yaitu berupa datangnya kehinaan. Mereka kini berjalan di belakang ekor sapi setelah dahulu mereka berada di atas punggung kuda yang merupakan tempat paling mulia.”

Agar lebih utuh pembahasan tema ini, kita harus melihat riwayat lain. Dalam riwayat Ahmad di musnadnya ada 3 tambahan yang lebih memperjelas masalah ini.

  1. Musnad hadits no. 4593 : tambahan di awal hadits (ضن الناس بالدينار والدرهم/manusia sangat bakhil terhadap dinar dan dirham)
  2. Musnad hadits no. 4593 : kalimat (Allah meliputi kalian dengan kehinaan) diganti dengan kalimat (أنزل الله فيهم بلاء/Allah menurunkan kepada mereka bala’)
  3. Musnad hadits no. 5304 : tambahan di akhir hadits (حتى ترجعوا إلى ما كنتم عليه وتتوبون إلى الله/Hingga kalian kembali kepada hal yang pernah kalian jalankan dan kalian bertaubat kepada Allah)

Dari penggabungan beberapa riwayat ini bisa kita simpulkan sebagai berikut :

Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam menyampaikan untuk kita agar muslimin berhati-hati bahwa 2 hukuman akan menimpa, jika 5 hal telah terjadi. Hanya dengan 3 tebusan, hukuman itu baru bisa dihilangkan.

2 hukuman yang akan menimpa muslimin:

  1. Kehinaan
  2. Bala’/Musibah

5 hal penyebabnya adalah:

  1. Manusia sangat bakhil terhadap dinar dan dirham
  2. Transaksi ribawi
  3. Sibuk dengan urusan dunia dan lupa urusan akhirat
  4. Nyaman dengan dunia bahkan walau harus menggeser akhirat
  5. Meninggalkan jihad

3 tebusan yang harus dilakukan muslimin agar hukuman itu hilang:

  1. Kembali kepada agama
  2. Kembali kepada jalan yang pernah ditempuh muslimin dahulu
  3. Bertaubat kepada Allah

***

  1. Jika manusia telah menggenggam uang sedemikian rupa. Hingga begitu berat harta untuk dikeluarkan. Yang justru ada adalah syahwat menumpuk harta sebanyak mungkin. Hingga syetan menggelincirkan dan hasilnya adalah menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Maka, kewajiban syariat yang berhubungan dengan harta terabaikan. Mencari uang dengan cara haram dijalani.
  2. Jika transaksi ribawi adalah merupakan kelaziman yang terjadi. Al-‘Inah sesungguhnya adalah jenis transaksi yang mencoba mengelabuhi syariat. Di mana, dikesankan bahwa transaksi ini bukan riba. Tetapi sesungguhnya riba. Maka, transaksi muamalah riba telah subur. Mencari harta dengan cara haram. Dan mencoba menipu syariat di wilayah muamalah ekonomi sudah biasa dilakukan.
  3. Jika kesibukan dunia benar-benar menyita waktu. Sehingga menuntut ilmu akhirat tidak mendapat sisa waktu. Melaksanakan perintah Islam menggunakan sisa tenaga dan waktu. Maka, alasan sibuk untuk urusan akhirat biasa didengar. Urusan akhirat dinomor duakan dan disepelekan.
  4. Jika kesibukan dunia itu benar-benar dinikmati. Hingga telah dirasakan kenyamanan yang luar biasa. Seluruh potensinya habis dituangkan di sana. Bahkan seluruh hidupnya. Maka, akhirat dikorbankan. Akhirat, jika masih ada sisanya. Akhirat, hanya mengganggu kenikmatan dunia.
  5. Jika jihad telah ditinggalkan. Bahkan dimusuhi. Para mujahid dianggap perusak. Para perusak dianggap pembawa kedamaian. Jihad merupakan bab fikih yang sudah dianggap tiada. maka, masyarakat menjadi tidak mengerti jihad. Tidak mempunyai semangat jihad. Memandang negatif jihad. Dan musuh Islam leluasa mengobrak-abrik opini dan kekuatan muslimin.

Jika 5 hal ini telah terjadi, kehinaan akan merayapi seluruh persendian muslimin. Dilecehkan. Tidak bermartabat. Tidak didengar. Diabaikan. Ditindas tanpa perlawanan. Dicaci maki tanpa pembela. Mencium tangan dan kaki para penjajah aqidah dan negeri muslim.

Tak hanya itu, musibah akan datang silih berganti menghantam seluruh ruang kehidupan muslimin. Seakan tak ada barang secuil pun lubang untuk sekadar bernafas lega dari musibah. Belum selesai bangkai diangkat, musibah lain telah terjadi. Semua hanya bisa menganalisa. Saling menyalahkan. Solusi coba dibicarakan dan dibicarakan. Tetapi tidak kunjung mereda.

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un…

Saat muslimin merasakan itu semua. Dan tak kunjung mengerti bagaimana dan siapa yang bisa mendatangkan solusi. Bahkan banyak yang hanya menyalahkan alam atau cuaca. Maka, sudah saatnya semua sadar, ini bukan sekadar musibah.

Tidak akan pernah diangkat semua musibah dan kehinaan itu. Tidak akan pernah pergi. Sebelum kita kembali.

Kembali kepada Allah dengan sebenar-benarnya kembali; taubatan nasuha.

Kembali menapaki jalan salafus shalih yang telah mengukir peradaban aqidah, ibadah dan akhlak.

Kembali kepada agama ini. Kembali kepada Islam!