Pelajaran Hidup dari Kisah Kaum Saba’ (1)

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آَيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ (17) وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آَمِنِينَ (18) فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (19)

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman. Maka mereka berkata: “Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami”, dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS Saba’ [34]: 15-19)

Di dalam kisah keluarga Daud, al-Quran membahas secara panjang lebar keimanan kepada Allah dan syukur kepada-Nya atas limpah karunia-Nya, dan di lembaran sebelahnya ia membentangkan kisah kaum Saba.

Di dalam surah An-Naml telah disebutkan cerita-cerita yang terjadi di antara Nabi Sulaiman a.s. dengan ratu kerajaan Saba (Ratu Balqis) dan di sini pula disebut sekali lagi cerita kaum Saba’ selepas kisah Nabi Sulaiman a.s. Ini menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang disebut di dalam ayat ini adalah terjadi sesudah kisah yang telah terjadi di antara ratu itu dengan Nabi Sulaiman a.s.

Asumsi ini berdasarkan alasan bahwa kisah di dalam ayat ini menceritakan perihal kesombongan kaum Saba terhadap nikmat Allah dan terhapusnya nikmat itu dari mereka, serta keadaan mereka yang porak-poranda dan bergelimangan di sana sini, sedangkan mereka di zaman Ratu Balqis yang diceritakan dalam Surah an-Naml sebagai sebuah kerajaan yang besar, mewah dan makmur, seperti yang diceriterakan oleh burung hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s.

“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.” (QS An-Naml [27]: 23-24)

Cerita ini dilanjutkan dengan cerita keislaman Ratu Balqis dan keimanannya kepada Allah Rabb semesta alam. Kisah yang diceritakan di dalam surah ini terjadi setelah keislaman Ratu Balqis, yaitu setelah kaum Saba’ enggan bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang dikaruniakan kepada mereka.

Kisah ini diawali dengan cerita kesenangan dan kemewahan mereka dan bagaimana mereka diseru supaya bersyukur kepada Allah sebatas kemampuan upaya mereka:

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.’” (23)

Saba’ ialah nama satu kaum yang mendiami selatan Yaman. Mereka tinggal di satu kawasan yang subur, dan sebagiannya masih ada hingga hari ini. Mereka telah mendaki tangga peradaban yang tinggi sehingga mereka dapat mengendalikan air-air hujan yang lebat yang mengalir dari sebelah laut di Selatan dan di Timur.

Mereka telah membangun sebuah bendungan air alam yang diapit oleh dua buah bukit, dan di muka lembah di antara dua bukit itu mereka bangun sebuah pembendung yang bisa dibuka dan ditutup.

Mereka dapat menyimpan air yang banyak di belakang bendungan itu dan mereka dapat mengendalikannya sesuai keperluan mereka. Dan dengan bendungan ini mereka mendapat persediaan air yang amat besar yang terkenal dengan nama Bendungan Saba’.

Kebun-kebun yang terletak di kanan dan kiri negeri itu melambangkan negeri yang subur, makmur, sejahtera dan penuh kenikmatan. Karena itu kebun-kebun itu merupakan bukti yang mengingatkan mereka kepada Allah Pemberi Yang Maha Pemurah. Kaum Saba’ telah disuruh menikmati rezeki-rezeki yang dikaruniakan Allah itu dengan bersyukur:

“Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS Saba’ [34]: 15)

Mereka diperingatkan dengan nikmat negeri mereka yang makmur terutama nikmat ampunan Allah yang memaafkan kelalaian mereka dari bersyukur, serta kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan.

“(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Negeri mereka adalah sebuah negeri yang mendapat nikmat kemakmuran di bumi dan mendapat keampunan di langit. Oleh karena itu, apa yang menghalang mereka dari memuji dan bersyukur kepada Allah? Tetapi mereka tidak bersyukur dan tidak pula mengingati Allah:

“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (16)

>> BACA JUGA: Pelajaran Hidup dari Kisah Kaum Saba’ (2)