Potret Orang yang Meninggalkan Ayat-ayat Allah Demi Memperturutkan Hawa Nafsu (3)

Ini adalah perumpamaan bagi ilmu yang tidak dapat melindungi pemiliknya dari memperturutkan hawa nafsu dan keinginannya. Lantas, melekat ke bumi (cenderung kepada kehidupan dunia) tanpa dapat melepaskan diri dari beban dan daya tariknya, dan memperturutkan hawa nafsunya. Lalu, dikendalikan dan dibimbing oleh setan dengan kekang hawa nafsu.

Ilmu saja, ternyata, tidak cukup untuk melindungi pemiliknya. Alquran menggunakan metodenya sendiri untuk membentuk jiwa muslimin dan kehidupan Islami. Ilmu bukan semata-mata pengetahuan. Tetapi, semestinya ia dapat menciptakan akidah yang hangat, bersemangat, dan bergerak untuk mengimplementasikan petunjuknya di dalam hati dan alam kehidupan.

Manhaj Alquran tidak menyuguhkan akidah dalam bentuk ‘teori’ untuk kajian. Karena, ini hanya semata-mata pengetahuan yang tidak menimbulkan sesuatu pu di dalam hati dan alam kehidupan. Dan, itulah ilmu yang beku yang tidak dapat melindungi pemiliknya dari hawa nafsu. Juga tidak menghilangkan beban syahwat sedikit pun, dan tidak dapat menolak setan. Bahkan, kadang-kadang malah menjadikannya mengikuti jalannya dan menjadi budaknya.

Alquran juga tidak menyuguhkan agama Islam ini sebagai kajian-kajian dalam ‘sistem islami’, ‘fikih islami’, ‘ekonomi islami’, ‘ilmu alam’, ‘ilmu jiwa’, dan bentuk-bentuk kajian ilmu pengetahuan lainnya.

Alquran menyuguhkan agama ini sebagai akidah yang memiliki daya dorong (motivator), memancarkan cahaya, menghidupkan, menyadarkan, mengangkat, dan meninggikan. Juga mendorong manusia untuk bergerak mengaplikasikan muatan petunjuknya begitu telah mantap di dalam hati.

Alquran juga menghidupkan hati yang mati sehingga dapat menggeliat, bergerak, dan tampil ke depan. Juga membangkitkan perangkat-perangkat dan potensi dalam fitrah untuk menerima dan mrespon. Dengan demikian, ia kembali kepada perjanjian Allah yang pertama, dan meninggikan cita-cita dan keinginan. Sehingga, tidak terikat oleh daya tarik tanah (kehidupan dunia) melulu dan tidak melekat di bumi selamanya.

Alquran juga menghidangkan agama sebagai manhaj untuk dinalar dan direnungkan, yang berbeda dengan manhaj-manhaj buatan manusia. Karena, Islam datang untuk menyelamatkan manusia dari keterbatasan, kesalahan, dan penyimpangan manhaj-manhaj mereka di bawah permainan hawa nafsu, beratnya badan, dan tipu daya setan.

Alquran menghidangkan Islam sebagai timbangan untuk menimbang kebenaran agar menjadi pedoman bagi akal dan pikiran manusia. Ia menjadi timbangan untuk menimbang dan mengukur arah mereka, gerakan mereka, dan persepsi mereka. Maka, apa yang diterima oleh timbangan ini adalah benar unutk dilaksanakan, dan apa yang ditolaknya berarti salah dan harus dicabut.

Alquran menyuguhkan Islam sebagai manhaj untuk bergerak. Juga untuk memandu perjalanan manusia langkah demi langkah mendaki puncak tertinggi, sesuai dengan program dan ketentuan-ketentuannya.

Di tengah gerak riilnya, Islam membentuk sistem kehidupan bagi manusia, membangun prinsip-prinsip syariatnya, dan kaidah-kaidah ekonomi, sosial, dan politik mereka. Kemudian, dengan akalnya yang berpedoman pada Islam, manusia menciptakan aturan-aturan hukum fikih, ilmu-ilmu kealaman, ilmu jiwa, dan semua kebutuhan hidup praktis mereka yang riil.

Mereka menciptakannya, sedang di dalam jiwanya terdapat kehangatan dan motivasi, akidah, keseriusan melaksanakan syariah dan merealisasikannya, dan kebutuhan-kebutuhan hidup riill dengan arahan-arahannya.

Inilah manhaj Alquran di dalam membentuk jiwa muslimin dan kehidupan Islami. Ada pun kajian teoritis yang semata-mata hanya kajian, maka yang demikian iniilah ilmu yang tidak dapat melindungi pemiliknya dari kecenderungan kepada kehidupan dunia, dorongan hawa nafsu, dan godaan setan. Juga tidak menyuguhkan kebaikan bagi kehidupan manusia. (bersambung)