Kisah Perdana Menteri Natsir Teladani Al-quran

 

1980-Dr-Muhatmet-NatsirTidak ingatkah bagaimana Perdana Menteri Mohammad Natsir meneladani isi Alquran? Perdana Menteri RI tahun 1950-1951 ini, menjadikan Alquran sebagai jalan hidupnya. Karena itu Natsir selalu hidup dalam kesederhanaan. Natsir tak punya barang mewah dan selalu memberikan teladan. Lebih baik tampil dengan jas bertambal daripada makan hasil korupsi.

Wakil Perdana Menteri Mohammad Roem, mencatat bagaimana Alquran benar-benar mendasari kehidupan Natsir. Ternyata Natsir adalah seorang penulis tafsir Alquran. Sudah jelas Natsir sangat memahami isi Alquran.

“Menafsirkan Alquran menghendaki ketelitian dan ketekunan. Dari guru itulah rupanya Natsir mendapat sifat teliti dan tekun,” tulis M Roem dalam Bunga Rampai dari Sejarah Jilid III yang diterbitkan NV Bulan Bintang tahun 1983 di Jakarta.

Tutur kata dan tulisan Natsir pun terpuji. M Roem menyangka itulah berkah menafsirkan Alquran bagi Natsir.

Bagi Natsir, menjadi pemimpin berarti melayani rakyat. Tak ada sedikit pun niat Natsir untuk memperkaya diri apalagi korupsi. Natsir bahkan pernah menolak hadiah mobil dari koleganya. Padahal di rumahnya hanya ada sebuah mobil yang sudah butut.

Kesederhanaan Natsir tercermin dalam berbagai hal. Kemeja lusuhnya yang cuma dua helai, jasnya yang bertambal dan sikapnya yang santun. Para pegawai kementerian penerangan pernah urunan membelikan Natsir kemeja baru. Hal itu dilakukan agar Natsir tampak pantas sebagai menteri penerangan.

Seperti apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, Natsir juga sangat menghormati tamu. Dari pegawai rendahan, guru ngaji kelas kampung hingga duta besar, semua diterimanya dengan ramah.

Natsir dihormati di seluruh dunia. Tak terhitung penghargaan berkelas internasional yang diterimanya. Pada tahun 1957, ia menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia. Lalu Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada tahun 1980. Natsir mendapat penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A’la Maududi.

Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi. Dia juga memperoleh gelar doktor kehormatan di bidang politik Islam dari Universitas Islam Libanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991, ia memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia.(fq/mdk)