Agar Ramadhan Tahun Ini Berharga (Bagian dua)

Sukses Ramadhan, tergantung seberapa jauh kita mempersiapkan diri. Persiapan fisik, pikiran dan mental insya Allah akan membuat Ramadhan kita berkualitas.

Mengapa saya menulis tentang Ramadhan saat sekarang, padahal Ramadhan masih 2 bulan lagi. Karena biasanya, kita baru tersadar kalau Ramadhan sudah diambang mata. Apalagi bagi para pekerja kantoran yang selalu dihiasi target deadline setiap harinya. Pastinya mereka seperti terseret arus putaran waktu, hingga dilarutkan dengan pekerjaan kantor yang tak ada habisnya. Dan tiba-tiba, Ramadhan datang, lewat dan pergi tanpa kita sadari.

Ramadhan bulan mulia, bulan suci yang kita analogikan sebagai tamu. Bagaimanakah biasanya kita mempersiapkan tamu agung yang akan berkunjung ke rumah kita? Ibarat seorang pejabat tingkat tinggi dari negara lain yang berkunjung ke Indonesia, maka sejumlah persiapan diadakan dari jauh-jauh hari. Mulai dari persiapan penyambutan oleh sekompi pasukan angkatan darat maupun udara, persiapan acara untuk sang tamu, hingga acara penutupan. Semuanya harus dipersiapkan dengan baik agar tidak meninggalkan kesan buruk di mata sang tamu.

Ramadhan adalah tamu agung yang Allah telah memuliakannya di banding bulan-bulan lainnya. Ayat dan hadist tentang beberapa kemuliaan Ramadhan tentu sudah sering kita baca dan dengar melalui kajian internet dan ceramah-ceramah agama. Salah satunya adalah hadis berikut :

Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah saw -pada suatu hari, ketika Ramadhan telah tiba- bersabda: Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah swt memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan do’a. pada bulan itu Allah swt akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt”. (HR Ath-Thabarani) .

Bulan Ramadhan, bulan dilipatgandakan pahala dan bulan diampuninya dosa-dosa. Beribadah sunnah di bulan ini pahalanya sama dengan mengerjakan pahala ibadah wajib. Kemudian Allah juga memberikan kemuliaan berupa tiga hal yaitu 10 hari pertama adalah rahmat, 10 hari kedua adalah ampunan, dan 10 hari terakhir adalah terbebas dari api neraka. Dan dibulan ini ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Jika melihat istilah saya pada tulisan bagian pertama, Ramadhan adalah bulan obral pahala, Ramadhan is Great Sale. Maka, siapa yang tak ingin menyiakan bulan penuh rahmat itu?

Karenanya, sedini mungkin kita melakukan persiapan untuk menyambut Ramadhan. Persiapan itu alangkah baiknya dimulai dari bulan Rajab, bulan yang juga merupakan salah satu bulan yang Allah muliakan.

Mengapa ada hadist Nabi : “Allahumma ballighna fii Rajaba wa Syaban wa ballighna Ramadan”? Artinya : Ya Allah, sampaikan kami pada (bulan) Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami pada (bulan) Ramadhan. Hal ini secara tersirat dimaksudkan agar kita mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan melakukan amalan ruhiyan sejak bulan Rajab tiba.

Amalan-amalan yang bisa dilakukan bisa berupa amalan yang bersifat fikriyah (pikiran/wawasan), jasadiyah (fisik), maupun ruhiyah (mental). Untuk persiapan fikiran, kita bisa menggali ilmu dengan membaca buku-buku tentang keutamaan Ramadhan dan buku lainnya yang memperluas wawasan. Seperti buku-buku sejarah nabi, mukjizat Al Quran, dan juga buku tentang fikih yang membahas tentang tata cara solat dan puasa sunnah, dan lain-lain. Bagi seorang muslim, fikih itu sangat penting dipelajari. Karena, pepatah mengatakan : “Amal tanpa ilmu akan sia-sia.” Dan ilmunya amal adalah Fikih.

Begitu pula, dengan persiapan jasadiah/fisik, bisa dilakukan dengan banyak mengonsumsi makanan bergizi seperti buah dan sayur. Tujuannya untuk membantu mengeluarkan sisa-sisa pembuangan berupa kotoran dan racun dari dalam tubuh. Atau bisa juga ditambah dengan suplemen atau berbekam yang membantu proses detoksifikasi. Sehingga ketika memasuki Ramadhan, kondisi tubuh benar-benar dalam keadaan sehat sempurna, sehingga terhindar dari lemas, lelah apalagi sakit.

Sedangkan untuk amalan ruhiyah/mental bisa dengan berpuasa sunnah Rajab (lihat keutamaan berpuasa di bulan Rajab). Atau bagi yang belum melunasi hutang-hutangnya di bulan Ramadhan, kesempatan untuk melunasinya sejak bulan Rajab. Karena alangkah baiknya kita mendahulukan amalan wajib dengan melunasi hutang di bulan Ramadhan, baru setelahnya melakukan amalan sunnah.

Selain mendapat keutamaan dan pahala, dengan banyak melakukan puasa di bulan Rajab, secara tak langsung kita akan terbiasa dan tak canggung lagi untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Artinya fisik kita sudah ‘welcome’ untuk berpuasa ketika Ramadhan tiba. Bagi yang sering mengalami kelelahan fisik atau lemas ketika puasa di bulan Ramadhan, apalagi ditambah pekerjaan di kantor yang menguras tenaga dan pikiran, bisa jadi karena tidak membiasakan diri dengan puasa sunnah sebelum Ramadhan.

Dengan ketiga persiapan di atas, insya Allah kita bisa menyambut dan ‘memperlakukan’ Ramadhan –sang tamu- dengan sebaik-baiknya. Sehingga kita bisa meraih banyak kemuliaan (lailatul Qadr) dari Ramadhan. Dan yang paling penting, seperti yang Allah maksudkan untuk orang-orang berpuasa adalah agar kita bertakwa (QS 2; 183).

Ana Mardiana

http://ana165.multiply.com

Email : [email protected]