Nishio – Jepang: Sholat Ied Dua Kali, Diancam Bubar oleh Polisi

Kota Nagoya di awal musim gugur, cuaca mulai dingin, sekitar 17 – 25 derajat Celsius dan hamper setiap hari hujan, mengingatkan suasana Balikpapan, orang Indonesia mudah ditemui, mengingat konsentrasi orang Indonesia terbesar di Jepang adalah di Kota Nagoya ini. Pelaksanaan Iedul fitri yang dadakan Ikatan Keluarga Muslim Ichikawa (IKMI), bekerja sama dengan Paguyuban Pasundan Jepang, Sariraya.co.ltd dan unsur masyarakat Indonesia lainnya di sekitar Nagoya, rencana akan diadakan di lapangan, namun pihak gedung kebudayaan Nishio menolak upaya kami untuk menyewa ruang terbuka tersebut dengan alasan,hal itu tak pernah ada sebelumnya di sini.

Akhirnya Udhin Santoso, ketua IKMI berinisiatif menyewa salah satu ruangan, di Gedung Kebudayaan Nishio, ruangan yang biasa digunakan untuk acara pesta. Tepat di hari lebaran, 1 Oktober 2008, sholat Ied yang direncanakan akan dimulai jam 09.00 waktu setempat (berhubung gedung memang baru dibuka jam 9 pagi) sempat tertunda setengah jam, karena kesibukan menata ruangan, dan jumlah orang indonesia yang hadir membludak sekitar 300 orang. Karena ruangan tidak cukup maka terpaksa pelaksanaan sholat ied dilakukan dua tahap, untuk kemudian digabung menjadi satu pada saat mendengarkan khutbah Iedul FIthri.

Hal yang menarik adalah protes dari pihak pengelola gedung kebudayaan, yang tak menyangka jumlahnya akan sebanyak itu,mereka mengkhawatirkan bakal ada ang pingsan karena tak seimbang antara ketersediaan udara di ruangan dengan jumlah orang yang begitu banyak. Menyikapi situasi itu bahkan direktur gedung kebudayaan Nishio sendiri yang turun tangan membuka semua jendela, agar udara masuk lebih banyak lagi.

Panitia dipanggil dan diancam bila kerumunan orang sebanyak ini berada diruangan itu terlalu lama, akan dibubar paksa dengan dipanggilkan polisi. Kata mereka, kalo sampai ada yang pingsan, bukan anda saja yang dipersalahkan, tapi kami juga pihak pengelola. Sempat juga disebut sebut kasus kematian karena orang berjubel mengambil uang zakat dipasuruan, yang juga mereka lihat di TV Jepang, dijadikan peringatan.

Ada rasa kagum atas perhatian mereka yang begitu besar pada keselamatan, ada rasa malu, karena mereka beranggapan kerumunan muslimin beribadah, bisa menimbulkan bahaya kecelakaan.

Padahal, Nabi Muhammad saw, jauh hari sudah memperingatkan hal ini, jangan sampai ada kecelakaan dalam melaksanakan ibadah: andaipun iqomat sudah dikumandangkan dan sholat berjamaah sudah dimulai, janganlah kalian terburu buru mengejar shaff untuk berjamaah, berjalanlah tenang, ikuti apa yang bisa kalian ikuti, dan sempurnakan yang tersisa.

Bukan Islam yang menimbulkan bencana, tapi sikap muslim yang mengundang beberapa hal tak menyenangkan terjadi. Peristiwa mushibah di musim haji, kematian akibat pembagian zakat di pasuruan, atau yang lainnya, bukanlah karena Islam tapi karena muslim. Sayangnya dunia internasional tak akan membedakan itu, karena muslim adalah duta Islam, maka apapun yang dilakukan muslimin, maka mereka akan melihat itulah agama Islam. Saatnya kita melakukan introspeksi dan bebenah diri.

Selesai sholat Idul fithri, kami berkumpul di salah satu pabrik tempe, yang presiden direkturnya orang Indonesia asli, pengusaha muda yang sukses berbisnis di negeri sakura.

Sariraya, Perusahaan Tempe, upaya wiraswasta mahasiswa Indonesia, yang digemari masyarakat Jepang

Teguh Wahyudi, Presiden Direktur Sariraya co. ltd adalah satu dari contoh mahasiswa Indonesia yang sukses membangun jaringan bisnis di negeri sakura. Bukan hanya aktif mengelola usahanya yang kian meluas, tetapi juga aktif dalam setiap kegiatan masyarakat Indonesia di Jepang, khususnya di Kota Nagoya. Bahkan untuk kegiatan Iedul Fitri kemarin, Teguh Wahyudi memiliki andil besar, member jaminan pada pihak kepolisian, bahwa kegiatan ini adalah murni ritual keagamaan dan tidak akan berdampak keributan. Maklum pihak kepolisian jepang, masih khawatir dengan berita di TV jepang, bahwa pelaksanaan pembagian zakat yang merupakan ritual keagamaan Islam, di pasuruan sempat menimbulkan banyak korban jiwa.

Ketika saya diundang datang ke pabrik tempe miliknya usai khutbah Iedul Fithri, Teguh Wahyudi menuturkan pengalamannya: semua ini berawal dari kegiatan pembuatan tempe untuk dikonsumsi sendiri (atau sebagai aktiviats di waktu luang/hari libur) . Kegiatan tersebut pertama kali dilakukan akhir Agustus tahun 2003, di tempat Kakak (Anjo-shi, Aichi-ken, Japan). Kegiatan tersebut bertahan sampe awal November 2003, dan sebagai akhir dari kegiatan, sempat produk tempe tersebut di promosikan ke Toko halal food yang ada di wilayah Anjo-shi dan sekitarnya, Alhamdulillah hasil produksi tempe sebagai pengisi waktu luang akhirnya bisa diterima oleh halal food dan masyarakat Indonesia yang ada di Mikawa dan sekitarnya.

Tanggal 30 Maret 2004 saya kembali lagi ke Jepang, saat itu saya membawa Visa study, waktu itu kakak berusaha membantu mencarikan sekolah sekaligus menguruskan Elegebilitynya. Tanggal 30 Maret 2004 yang ke dua kali saya datang ke Jepang, dengan tugas utama adalah belajar.

Disamping belajar saya juga ada kerja Partime (Arubaito), karena sabtu dan minggu saya libur saya memulai lagi untuk membuat tempe, ada usulan dari teman-teman, (Untuk menjual produk tempe tersebut ke Apato-apato atau tempat tinggal teman-teman Indonesia. Akhirnya usulan itu saya coba, dan mulailah keliling di (Nishio, Hekinan dan Anjo) dengan mobil Kakak, dan pertama kali keliling adalah kakak yang menemaninya. Kemudian ada usulan lagi dari temen supaya yang dikelilingkan jangan tempe saja, namun ditambah produk-produk Indonesia yang merupakan kebutuhan sehari-hari.

Berawal dari situlah, setiap hari Sabtu dan Minggu keliling dengan membawa tempe dan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian mulailah menjalin kerja sama dengan Nanyang Trading, Perusahaan Importir produk-produk Asian termasuk produk Indonesia. Semakin hari, semakin bertambah pelanggan dan permintaan, sebagai alternative adalah mengunakan mobil one box, untuk armada keliling. Sekitar bulan Juni 2004 saya mengunakan mobil one box untuk armada keliling. Karena Semakin hari jumlah barang semakin banyak, akhirnya pada bulan July 2004 hidjrah ke Hekinan, dan dihekinan itulah sebagai aktifitas keseharian. Supaya mudah di ingat oleh Masyarakat dan konsumen, Kakak mengusulkan nama SAHABAT.

Dengan nama SAHABAT itulah kami memiliki usaha kecil-kecilan, disamping setiap Sabtu & Minggu keliling juga ada toko kecil yang konsumennya temen-temen di di Hekinan dan Nishio. Karena ingin terus maju, sekitar bulan November 2004 sahabat pindah lokasi di Wilayah Nishio (pusat kota Nishio), dengan tempat baru itulah akhirnya nama SAHABAT berubah dengan nama SARIRAYA.

Karena Sariraya terus ingin maju dan berkembang, maka satu-satunya jalan supaya memiliki pondasi dan diakui keberadaannya oleh pemerintah Jepang, maka di daftarkan lah SARIRAYA sebagai Perusahaan Indonesia di Jepang pada bulan Desember 2004. Sebagai syarat untuk mengurus dokumen perusahaan diperlukan Bukti ke pemilikan rekening tabungan yang dikeluarkan oleh Bank setempat. Setelah beberapa Bank kami coba tidak satupun bank mau mengeluarkan bukti kepemilikan tanbungan untuk mendirikan perusahaan. Namun niat kami terus ingin mencoba dan berusaha, Alhamdulillah setelah 5 Bank kami masuki, yang terahkir Okazaki Bank bersedia mengeluarkan bukti kepemilikan rekening tabungan atas nama saya. Dengan kelengkapan yang sudah kami siapkan, untuk proses selanjutnya kami serahkan ke NOTARIS guna pengurusan selanjutnya. Oleh karena itu, Sariraya barangkali satu-satunya perusahaan di Jepang yang didirikan oleh Putra-putri Indonesia, dengan pendiri DR. Suyoto Rais, Teguh Wahyudi, Tri Umiati . Sariraya berusaha ingin selalu maju dan berkembang, dengan pengelolaan menegemen yang saat ini dibantu oleh sahabat-sahat Jepang pecinta untuk Indonesia. Sariraya berharap dengan melibatkan sahabat-sahabat Jepang pecinta untuk Indonesia, ini adalah sebagai langkah awal untuk SARIRAYA bisa diterima oleh Masyarakat Jepang pada umumnya, dan Sariraya bisa berkembang menjadi perusahaan dwi-nasional dan sekaligus media persahabatan antara rekan-rekan Indonesia dan sahabat-sahabat Jepang. Disamping bisnis, kami jugas mengadakan perkenalan musik/ budaya Indonesia, charity concert (misalnya Save Aceh di Aichi dan Osaka, Mei 2005) dan kegiatan amal/ persahabatan lainnya.

Bisnis SARIRAYA Co.,Ltd. meliputi: Produksi Tempe di Yonezu Nishio, Produksi Keripik Tempe di Yonezu Nishio, Produksi O-Bento di Nishio, Restoran di Nishio, Swalayan di Nishio, Impor Produk Indonesia.

Penuturan Teguh Wahyudi tadi member semangat baru pada saya, bahwa hidup adalah mudah ketika dijalani dengan penuh semangat, membangun kekuatan jaringan dan pantang menyerah. Sebelum pulang kami sempat berfoto dulu di pabriknya yang bersih, mungil dan tertata rapi, satu cirri khas Jepang yang dilakukan oleh orang orang Indonesia di sini.(Ivan Stevans/fq)