Ramadhan di London dan sekitarnya

Pengajian Masyarakat Islam Indonesia bekerjasama dengan KBRI di London dan sekitarnya seperti biasanya telah siap mengkoordinir acara atau program Ramadhan yakni berbuka puasa bersama yang berlangsung setiap akhir pekan. Pekan pertama secara tradisi diselenggarakan diwisma Nusantara tempat kediaman Bapak Dubes Yuri Thamrin & keluarga di Hamstead, London utara.

Acara ini sangat di dinanti nanti oleh masyakat Indonesia, terutama untuk mereka yang baru saja tiba dari tanah air. Pada saat Ramadhan terasa kerinudan akan suasana puasa dengan keluarga ditanah air tentunya, nah dengn berkumpul dengan masyarakat Indonesia lainnya akan sedikit terobati rasa nostalgia ini sambil menjalin tali siltaurahim dan mengenyam makanan Indonesia seperti kolak dan manakan utama yang langka dan mahal didapat.

Selain acara berbuka bersama diselenggarakan di di KBRI, komunitas siswa yang tergabung dalam pengajian Al-Ikhlas yang jamaahnya terdiri dari para siswa yang sedang menuntut ilmu digabung pula dengan teman-teman pekerja sehingga ramailah rumah yang dijadikan mushola itu oleh puluhan keluarga untuk berbuka puasa bersama.

Tahun ini Ramadhan jatuh di penghujung musim panas, jadi lumayan panjang. Pada hari pertama Ramadhan mulai jam 4.06 dan berbuka pk 20.15 (total kl 16 jam). Agak kewalahan memang awalnya namun syukurnya di Inggris tidak sepanas seperti negara-negara lainnya. Setiap hari jam buka dan waktui sholat maju sehingga yang bedanya kini hampir satu jam perubahannya.

Berbuka puasa di Masjid Agung, London

Sabtu dan Ahad kami telah mencicipi buka puasa bersama dengan masyarakat Indonesia di London. Sahabatku Uni Ita Gibbons penasaran ingin berbuka di Mesjid Besar Regent Park. Beliau haus dengan berita dan cerita tentang Ramadan diseputar London. Akhirnya kami memutuskan Seninnya untuk berbuka puasa di masjid tsb.

‘Regent Park Mosque’ terletak di Park Road, jantung kota London itu selalu padat oleh Muslim dan mulsimah yang datang dari berbagai penjuru London. Masjid yang pembangunannya dimulai pada tahun 1974 baru rampung tahun 1977 yang bis menampung jamaah sampai 5000 orang. Uniknya arsitek dari masjid ini adalah seorang non Muslim bernama Sir Frederick Gibberd yang berhasil mengalahakna ratusan saingannya.

Kebetulan Senin itu bertepatan dengan hari libur di Inggris yang bernama ‘Bank Holiday, libur di akhir bulan Agustus jadi perjalanan menuju masjid cukup lancar. Namun karena libur itulah kami kewalahan mencari tempat parkir. Saat kami tiba disana sepanjang jalan sudah dipenuhi oleh mobil para jamaah masjid, walau kami harus berputar dua kali akhirnya kami temukan tempat untuk parkir yang cukup aman.

Masjid Agung yang terletak ditengah kota, satu-satunya masjida yang dikunjungi oleh orang-orang penting seperti para Kedubes di London, sekalgus mewakili umat Islam di UK juga selalu dipenuhi oleh jamaah regular yang datang dari berbagai negara, warna dan usia.

Tak pelak dimasjid ini pula banyak dikunjungi para observer, orang-orang yang mencari tahu dan belajar tentang Islam. Dibulan Ramadhan yang barokah ini banyak pula para observer, duduk bersimpuh bersma temannya, ingin tahu dan menyaksikan seperti dan apa itu ‘Ifthar…’ nama yang sudah menjadi merek dan diketahui oleh semua Muslim di Inggris yaitu berbuka puasa. Begitu banyak yang penasaran, keingintahuan mereka tentang Ifthar dn biasaya dari ikutan berifthar pada akhirnya mengikarkan syahadat dibulan ini.

Direktur masjid Regent Park ‘Dr Al-Dubayan’ mengatakan bahwa sudah saatnya kita berintegrasi dengan masyarkat disekitar kita. Artinya memperkenalkan Islam kepada masayarakat disekitar kita dengan memberi contoh dan row model yang baik terhadap orang-orang non Muslim, ‘ kita harus berintegrasi dengan mereka’ ujarnya. Tahun lalu program ‘Ifthar’ mulai dilakukan oleh masjid ini yakni mengundang para pejabat walikota London, tetangga yang non muslim, dan semua pengurus masjid untuk berbuka puasa bersama.

Sederhana dan praktis

Berbuka puasa di masjid ini sangat simple dan praktis. Hingga kini masih berlangsung. Bapak-bapak menyiapkan untuk berbuka puasa yakni buah-buahan seperti apel, pisang, anggur atau strawberry dimasukkan kedalam piring kertas, jamaah yang lalu-lalang dipersilahkan untuk mengambilnya, segelas susu atau air putih lengkap dengan korma.

Kami dibagian perempuan biasanya tidak ada apa-apa. Sunyi dari suara piring dan gelas. Para muslimah biasanya membawa makanan sendiri dari rumah, atau kalau berkenan saling berbagi menawarkan. Begitu azan berbunyi masing menikmati makanan bawaan sendiri lalu disambung dengan sholat maghrib berjamaah.

Begitu usai sholat (anehnya tanpa berdoa)..saya agak terperangah karena jama’ah muslimah tsb berlari kearah meja. Setelah saya mengucap salam hati bertanya..ada apa sih mereka ko berlari-lari..? lalu saya menengok kebelakang ternyata mereka bergegas antri makanan. Astaghfirullah. sebegitu seriusnya siih.

Masjid Regent Park menyediakan makanan gratis sebagai sumbangan untuk para jama’ah yang datang berbukan puasa dan sholat di masjid itu. Sambil menelpon Ita, sayapun ikutan antri. Tak lama kerumunan jama’ah nampak tambah panjang, datang dari arah lantai atas, oh rupanya mereka ikutan antri pula.

Antrian maju pelan sekali, mulailah suara teriakan si ibu yang membagikan nasi bungkus itu terdengar..’ Come on sister mooove…move along..!’ hentaknya. Dia ulang terus. Sambil menunggu Ita, teriakan terus menggema digedung….ah membuat saya rada sebel’ ‘You don’t need shouting, so unnecessary…be quite’ ujarku, menggerutu. Apa perlu dia teriak-teriak? Wanita disebelahku sepakat. ‘Iya ya kenapa sih pake teriak teriak begitu?

Teriakan mengingatkan saya di kota Mekkah sana, seakan mereka tidak bisa bicara dan berbahasa kecuali ya teriak itulah. Kebetulan pula ia berwaran coklat tua, ‘waah pasti niih dari Afrika..’ sifat jugmentalku dan prejudisku mucul…ooops stop it.

Giliran saya tiba ditempat, ’ya satu kotak plastik kudapat terdiri dari nasi biriyani kambing berikut kuahnya, padat dan penuh, plus satu botol air minum dan sendok plastik…’ .Alhamdulillah. Uni Ita tidak sreg makan nasi berlauk kambing, ia memilih nasi goreng bawaan ibu-ibu asal Malaysia yang ikutan duduk bersama kami. Mereka mengira kami dari Malaysia, ‘ oh bukan kami dari Indonesia..’ Ohhh…saye kire dari Malaysia aa, ujarnya.

Kami tidak bisa berlama-lama menikmati makan disitu karena para pengurus masjid mulai bebenah, menggulung tikar sebagai isyarat agar segera kami hengkang meniggalkan tempat. Tak ayal nasipun tak habis kami makan dan bersegeralah kita meniggalkan masjid.

‘Gimana Ita..kesannya?’ tanya saya. Ita memilih diam, walau saya tahu hatinya agak sedikit kecewa, hampir tidak mendapat kesan apa-apa, jangankan mau mendapatkan teman baru, muslimah baru melebar luaskan silaturahim, kita tak sempat saling menegur karena seperti itu keadaanya. Kalau saya berfikir bagaimana kesan muallaf yang ingin menikmati ifthar bersama, kalau dapat perlakuan seperti itu? Allah hu alam.

‘Kita ngopi yuu the..dimana ke’ ajaknya. hayuu, ‘ kata saya sambil meluncur kejalan Baker Street lalu belok kekanan ke Marylebone Rd lalu kekiri kearah Edgward Road, sebuah jalan yang selalu dipadati oleh orang-orang dari Arab ataua Timur Tengah.. Tanpak merrka tengah duduk menikmati rokok ‘Shisha’didepan restoran (trotoar) atau kedai kopi dan jus. Disepanjang jalan itu tampaklah wajah-wajah dari Timur Tengah yang tengah menghabisi uang dan malamnya di London. Malam itu keinginan untuk singgah dikedai kopi urung, karena sukarnya parkir, akhirnya kami pulang ke Bromley.

Kegiatan Sosial mencari dana bagi yatim

Pada bulan yang penuh barokah ini tidak kami lewatkan kesempatan untuk mengumpulkan sadaqah atau Zakat. Kami diberi kesempatan oleh koordianator mushola di kawasan CanaryWarf untuk ‘fundrasiing’ pada hari Jumat, pekan kedua Ramadhan. Awalnya hati agak was-was untuk menemukan gedung atau Aula yang digunakan untuk Jumatan.

Begitu kami berada ditrotoar gedung, kami sempat bingung mencari gedung, tiba-tiba seorang ibu Inggris menawarkan kebaikannya , ‘are you looking or building for praying?’ Kami bilang iya, beliau menunjukan dimana gedung tsb. Begitu kami sampai didepan gedung, seorang bapak Satpam keren berdasi’ ‘ ‘Yes ladies…are you going to pray…come in please’ dengan gentlemannya dibukakan sang pintu dengan sopan dan hormatnya..’ menilahkan kami masuk.

Lalu seorang wanita pengelola aula meyakinkan kalau kami dapat ijin oleh imam untuk melakukan fundraising. ‘Tapi imam sudah kasih ijin khan? Tanya beliau, kami meyakinkan beliau. Saat itu aula baru disiapkan untuk sholat Jumat. Ruang utama di gedung Eastwintergarden, Canari Wharf yang begitu luas, megah dan bergengsi itu baru pertama kalai digunakan unutk sholat Jumat. Kiranya pegawai Muslim di Canari Wharf kian membengkak sehingga mereka memerlukan ruangan atau aula yang lebih besar unutk sholat Juma’at.

Nampak dua orang tengah membeberkan kain lebar untuk sholat. Saya terharu dan berkesan dengan mereka, walau bukan muslim mereka mau menyiapkan aula ini untuk sholat Jumat, untuk para jama’ah yang kebanyakan proffesional bekerja disekitar gedung Canary Warf yang megah dan bergengsi itu. Tak lama berdatangan para jamaah untuk melakukan sholat, ada yang langsung menaruh uang diember atau kotak uang sambil mengambil leaflet. ‘ This is for orphan in Indonesia’ ujar sigadis cilik hitam manis, Yasmin, sambil mengucap terima kasih.

Jama’ah terus berdatangan, aula kian dipenuhi dan khotbahpun mulai lalu dilanjutkan dengan sholat Jumat. Kesempatan ini tak kami lewatkan, kami sholat dimana kami berada tanpak kain atau sajadah karena sang gedung berlantaikan marmer yang sejuk dan bersih. Usai sholat kami siap dengan ember dan leaflet dan menjegat para jamaah…sambil mengucap salam dan melempar senyum, tak ayal kertas bergambar kepala Ratu Elizabeth atau uang receh/coin bergantian masuk ke ember..Allah Akbar.

Ber-ifthar di ‘ Woking Mosque’ Surrey

Woking terletak di county Surrey, terletak di pinggiran orbital jalan Tol M25, sekitar 30 mil dari London. Kebetulan salah seorang sahabat yang tinggal dikota ini mengundang untuk berbuka puas disana. Saya fikir kebetulan sekali, selain memang kami saling rindu, saya juga ingin sekali berbuka puasa di masjid yang dikenal cantik, paling tua dan pertama di England.

‘Masjid Shah Jahan Woking’ demikian namanya namun lebih dikenal sebagai ‘Woking Mosque’. Masjid ini merupakan mesjid pertama yang sengaja dibangun untuk masjid dibangun pada tahun 1889. Masjid dibangun oleh seorang orientalis bernama Dr Gottlieb Wilhelm Leitner, lahir dari keluarga Yahudi asal Hungaria. Sebagian besar dari pembangunan masjid ini didanai oleh Ratu Begum Shah Jahan, kepala negara bagian Bhopal, India. Indah sekali masjid tak ubahnya bagai ‘Taj Mahal di India.

Sekitar jam 6 kami memasuki pelataran masjid. Nampaklah beberapa pria berpakaian koko ala Pakistan tengah sibuk membawa makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Kami dipersilahkan masuk keruang wanita. Baru ad 3 orang, masih sunyi. Meja kecil memanjang telah disiapkan dengan piring-piring plastik berisikan makanan kecil ala Asia seperti pokara (semisal ba’wan tapi berbumbu), samosa lengkap dengan saus yoghurt, korma dan buah-buahan yang dipotong dadu dan air putih.

Seorang wanita Inggris berkerudung warna hijau terang (warna jeruk nipis) datang bersama temannya, saya persilahkan duduk disamping, saya agak ragu bertanya apakah dia muslim atau masih belajar, namun alhamdulillah ia memperkenalkan dirinya : ‘ I am Katherine, I am a preacher from a church..’ saya kira inilah program yang tengah dilakukan yakni ‘integrasi antar agama (interfaith) untuk saling berkenalan, berdialog dan saling mengenal agama masing masing. Ia mengakui bahwa ini merupakan yang pertama kali ikutan ifthar.

Semenatara bapak-bapak diruang sebelah begitu riuhnya, masing-masing duduk dikursinya, jumlahnya mungkin ada sekitar 200-300 orang. Bahasanya kalau tidak Urdu atau Punjabi. Menjelang berbuka puasa saya mendengar sebuah alunan..menurut Seema sahabatku, itu merupakan shalawat dan doa menjelang buka puasa sedang aku mengira itu sebuah nyanyian, tak ubahnya lagu-lagu India yang kita dengar di film India..begitulah lain ilalang lain belalang.

Didepanku ada seorang remaja Inggris bernama Rosy, yang sedang belajar agama Islam. Ketika saya tanya bagaimana rasanya duduk bersama kami dan menikmati berbuka bersama bersama, ‘I really like it very much’ ujarnya. ‘ I like muslim people, they are very kind and friendly’ tambahnya. Ia bercerita bahwa ia sedang belajar bahasa Arab dan belajar agama Islam.

Ketika aku tanya apa yang membuat dia tertarik dengan bahasa Arab…’entahlah, aku suka saja, aku tinggal di daerah Westminster, saya punya tentangga orang Lebanon dan Arab…mereka itu baik sekali, selalu menegur dan mengajak saya singgah kerumahnya, aku fikir mereka ini ko baik sekali ’ Dikepalanya tersampir kerudung putih, kecantikannya menyeruak diiring matanya yang kelabu warna asap uuh nampak anggun sekali’ ‘Rosy, moga engkau mendapatkan hidayah dari Allah swt’ gumam aku..

Tak lama makanan terhidang berupa kare ayam ditemani capati (mirip roti), kami nikmati makanan yang menurut aku sangat lezat (maklum lapar) sambil berbincang kebarat ketimur dengan ibu-ibu yang seratus persen Pakistan, India atau Bangladesh akhirnya tiba saatnya pulang, kami saling mengucap selamat tinggal dan bersalaman.

Demikian segelintir kegiatan Muslim di London dan sekitarnya yang bisa saya ikuti dan nikmati tahun ini. Memang kami terlalu disibukkan dengn kegiatan ifthar disetiap akhir pekan, atau dihari-hari biasa baik secara pribadi, kegiatan organsasi dan kegiatan social lainnya. Buat aku pribadi selain meningkat taqwa kita kepada Allah swt, fokus saya senantiasa memikirkan nasib anak-anak yatim korban konflik/musibah dan dhuafa lainnya tsb yang yang entah dengan apa mereka makan hari ini dan esok dan nasib mereka yang terus didera oleh kemiskinan yang tak berujung.

Kini Muslim dan Islam di UK berkembang dengan pesatnya. Jumlahnya hamper mencapai 3 juta yang berada di Inggris, Scotland, Wales dan Irlandia Utara dengan jumlah penduduk sejumlah 54 juta. Di London itu sendiri jumlah muslim ada 1 juta dan jumlah mesjid di UK menurut survey berjumlah 1689. Aku berharap Islam akan lebih berkembang dan menjadi pusat di Eropa karena rasa toleran dan kebebesan unutk melakukan syariatnya. Simon, mengatakan bahwa tanah Inggris sebetulnya sangat subur untuk unutk ditanami bebijian’ yang artinya Islam akan berkembang pesat dan mudah diterima di Inggris. Demikian Simon, yang memilih nama Islamnya menjadi Syarif.

London, 16 September 2009

——

Profil Penulis:

Ibu Nizma Agustjik; Alamat: 32 Ash Row, Bromley, BR2 8Y, England, UK; Email: [email protected], tel: +447908791400; Pekerjaan: Pendiri & Direktur Chariots For Children, lembaga philantropi (www.chariots4children.org)