Kisah Sejarah Pangeran Diponegoro (13)

Ustadz Taftayani mengangguk. Dia bergegas keluar masjid untuk memanggil pemuda yang dimaksud. Tak lama kemudian guru ngaji itu datang bersama seorang pemuda berkacamata bulat yang mengenakan baju koko dan songkok putih.

“Ahmad…,” ujar Diponegoro setelah menjawab salam pemuda itu, “…Saya akan tulis surat. Nanti tolong antarkan langsung ke Residen Smissaert. Pastikan dia yang menerimanya…”

“Inggih, Kanjeng Gusti Pangeran.”

“Tunggu sebentar disini.” (Bersambung)

[1] Bahasa Jawa: Tanah atau Lapangan yang cukup luas.

[2] Panglima Besar.

[3] Bahasa Jawa: Utara.