Di Balik Kunjungan Menlu AS ke Indonesia

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton, dijadwalkan mengunjungi Indonesia pada 18-19 Februari mendatang. Kedatangannya ke Indonesia, antara lain, melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan pertemuan bilateral dengan rekannya, Menteri Luar Negeri Indonesia Hasan Wirayuda.

Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengatakan, Presiden AS Barack Obama telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Hillary R.Clinton untuk datang ke Indonesia pada awal masa jabatannya. “Tadi Wapres Joe Biden mengatakan (kepada saya) sebenarnya Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton hanya akan berkunjung ke China, Korea Selatan dan Jepang. Tapi, Presiden Obama perintahkan, jangan lupa kunjungi Indonesia,” kata Wapres Jusuf Kalla saat bertemu dengan masyarakat Indonesia di Wisma Indonesia, Washington DC, AS. (4/2) Wapres AS Joe Biden menceritakan perintah Obama itu, saat menerima Wapres Jusuf Kalla di kantornya di West Wing Gedung Putih.

“Itu artinya, Indonesia memiliki peran yang penting di kawasan Asia, dan pasti Indonesia jadi prioritas,” kata Wapres Jusuf Kalla. Lebih lanjut, Kalla menjelaskan bahwa AS dengan kepemimpinan Barack Obama tentu memberikan perubahan yang berarti.

Tampaknya, Wapres Jusuf Kalla percaya, di bawah kepemimpinan Presiden Obama, telah terjadi perubahan besar di AS, terutama pendekatan terhadap negara-negara Islam. “Sekarang tinggal bagaimana Amerika Serikat melakukan pendekatan dengan negara-negara Islam,” tambah Wapres. Di masa pemerintahan Presiden George W.Bush, AS selalu menganggap lawan negara-negara lain, khususnya Islam. Presiden Obama justru mengubah pendekatannya sebagai kawan.

Ketika berlangsung pengambilan sumpahnya di Gedung Capitol dan menyampaikan pidatonya, secara ekplisit Presiden Obama menyatakan ingin memperbaiki hubungan dengan negara-negara Islam, dan melakukan dialog yang lebih konstruktif. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, sejak melakukan konfirmasi di depan Senat, juga menyebut Indonesia sebagai negara yang memiliki kemampuan ekonomi yang strategis.

Yang menjadi tanda tanya, mengapa Indonesia menjadi tujuan utama (prioritas) bagi Washington, dan Hillary akan melakukan kunjungan pertama ke Indonesia, khusus dalam lawatannya ke Asia, mengalahkan Cina, Jepang dan Korea.

Hubungan bilateral Indonesia-AS telah berlangsung sangat lama. Boleh dibilang, Indonesia pernah menjadi kekuatan strategis bagi AS untuk melakukan politik ‘contaiment’ (pembendungan) terhadap ancaman komunis, di mana ketika itu kawasan Vietnam dan Kamboja jatuh ke tangan komunis.

Ketika Soeharto berkuasa, ia mendapatkan ‘perintah’ dari Presiden AS, Gerald Ford, yang melakukan lawatan ke Jakarta beberapa jam untuk  melakukan ‘aneksasi’ (pencaplokan) terhadap Timor-Timur.  Dan,  sesudah terjadi perubahan politik di AS, Timor-Timur ikut lepas.

AS telah menguasai tambang emas terbesar di dunia, Freeport, minyak di Aceh, dan sekarang Exxon di Cepu, dan sejumlah sumber daya alam lainnya, yang mempunyai nilai strategis. Hingga hari ini, sumber daya alam Indonesia masih tetap berada di tangan AS.

Selama pemerintahan Presiden Soeharto, telah berlangsung kerjasama dibidang ekonomi, dan militer. Banyak perwira militer Indonesia yang belajar di AS. Salah satunya adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. AS juga memberikan bantuan militer kepada Indonesia dalam bentuk peralatan militer yang signifikan, seperti pesawat F.16, pesawat pengangkut jenis Hercules.

Benarkah Indonesia mempunyai nilai strategis bagi AS? Dengan jumlah penduduknya 230 juta, dan mayoritas beragama Islam, menganut sistem demokrasi, dan Indonesia dipandang negara muslim yang moderat; tampaknya AS ingin menjadikan Indonesia sebagai mitra, khususnya untuk menggalang kekuatan moderat di dunia Islam. Barangkali itulah makna kunjungan Hillary Clinton ke Jakarta.

Pendapat Anda?

***
Redaksi menyampaikan terima kasih atas pendapat dan pandangannya di rubrik dialog sebelumnya, yang membahas tentang sikap Erdogan terhadap Israel.