Invisible Hand In Cirebon

Bom kembali mengguncang Indonesia. Kali ini sebuah Masjid yang menjadi sasarannya. Tepatnya di Masjid Mapolresta Cirebon pada saat menjelang dilakukannya sholat Jumat 15/04 kemarin. Bom diledakkan oleh seorang pria berjaket hitam ketika imam sholat sedang melafadzkan takbiratul ihram.

Akibat kejadian ini, 1 orang dikabarkan tewas yang merupakan pelaku bom, 6 orang luka berat dan 24 orang luka ringan.Tanggapan beragam muncul dari berbagai pihak, AM Hendro priyono (kepala BIN) ketika diwawancarai Metro TV pada Jumat malam menyebut bahwa pelaku adalah jaringan teroris yang berpaham takfiriyah.

Sementara menurut Munarman, mantan ketua YLBHI, mengatakan pada eramuslim: “Kasus ini aneh menurut saya. Kalau orang mendalami fiqh jihad, tidak mungkin membom Mesjid. Semilitan-militannya mujahidin, merusak mesjid dilarang. Termasuk tempat ibadah umat lain. Bisa dipastikan, ini bukan mujahidin”. Munarman juga menambahkan bahwa motif-motif seperti ini seperti motif intelijen.

Sedangkan FUI menduga peristiwa Bom ini adalah upaya mengadu domba umat Islam dengan polisi. Sekjen FUI, Muhammad Al-Khatath, mengatakan: "Pelaku dan aktor intelektual yang ada di belakangnya adalah orang yg tidak paham fiqh jihad, sebab dalam fiqhul jihad sama sekali tidak dibenarkan melakukan penyerangan terhadap rumah ibadah, apalagi masjid." (detik.com 16/04).

Pelaku pengeboman sendiri diduga bernama M.Syarif setelah diidentifikasi gambar wajahnya yang masih utuh. Berdasarkan informasi diterima sejumlah wartawan di Cirebon, Syarif nekat melakukan bom bunuh diri karena dirinya sakit hati atau dendam pribadi kepada polisi yang tidak mengindahkan laporan orangtua Syarif.

Titik kritisnya, jika benar Syarif melakukannya atas dasar balas dendam, dan ingin sekali menghabisi polisi, maka sikap seperti inilah rentan untuk di manfaatkan, kecil kemungkinan operasi peledakan ini dilakukan sendirian, siapa yang merancang bom? kalaupun toh dia sampai bisa buat bom maka siapa yang mengajari? Sebab sepertinya perancang bom menginginkan adanya jejak pada pelaku, sehingga wajahnya masih utuh.

Belum lama ini juga mencuat isu terorisme berupa bom buku serta kasus misterius cuci otak Lian yang belum terungkap jelas siapa pelaku dan aktor intelektual dibelakangnya.

Negara Menang

Pada bulan Juni 2008 silam SBY mengatakan: “Negara tidak boleh kalah dengan perilaku kekerasan. Negara harus menegakkan tatanan yang berlaku untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia". Ansyaad mbai, kepala BPNT juga mengatakan serupa dengan SBY beberapa waktu lalu di TV One. Pertanyaanya, benarkah negara telah kalah? atau justru negara dalam hal ini pemerintah yang menang?

Dimaksud negara menang disini adalah ketika pemerintah telah berhasil memuluskan tujuan politiknya dengan cara memanfaatkan isu terorisme. Mengingat lazim terjadi isu-isu terorisme yang selalu janggal ini muncul ketika pemerintah sedang mendapat tekanan, dan selalu saja isu terorisme begitu efetif untuk mengalihkan isu utama.

Isu terorisme juga berhasil digunakan untuk menyerang ideologi Islam berupa upaya perjuangan penerapan syariah Islam secara kaffah. Seringkali teroris dikait-kaitkan dengan upaya penegakkan negara Islam/khilafah, termasuk salah satu bagian syariah yang mulia, yakni untuk mereduksi makna Jihad.

Demikian halnya Bom Cirebon, diketahui bersama sekarang ini pemerintah sedang menggodok RUU intelijen yang masih menjadi perdebatan. Boleh jadi kasus ini merupakan upaya untuk mengegoalkan RUU intelijen. Sebagaimana menurut Direktur JAT Media Center, Sonhadi yang menganggap jika Bom Cirebon adalah bentuk desain oleh kelompok tertentu yang memiliki kepentingan untuk segera merealisasikan Undang-Undang Intelijen yang saat ini masih dalam pembahasan di DPR. (okezone.com 16/4).

Terkadang memang umat Islam yang menjadi eksekutor, namun ternyata ada tangan-tangan tersembunyi (invisible hand) yang bermain, entah disadari atau tidak. Sebagai contoh adalah NII yang selalu diidentikkan dengan operasi intelijen.

Negara Kalah

Pengamat Intelijen, Pitut Soeharto pernah mengatakan bahwa kekuatan intelijen asing saat ini sudah masuk Indonesia dan tengah bekerja memecah belah Indonesia. Dan Indonesia harus waspada karena kekuatan-kekuatan intelijen asing berusaha menguasai negara ini. (matanews 12/2/10).

Bilamana yang bermain adalah inteligen asing, maka Negara benar-benar bisa dikatakan kalah. Sebab asing memang selalu membidik Indonesia, sejak jaman penjajahan fisik sampai sekarang. Sebagaimana dalam catatan sejarah, mereka memiliki 3 misi: Gold (emas/kekayaan), glory (kejayaan), gospel (menyebarkan agama Kristen).

Meski sudah bisa dikatakan berhasil dalam Gold, namun perlu di ingat bahwasanya orang-orang kafir belum puas sebelum umat Islam (mayoritas penduduk Indonesia) mengikuti agama mereka. Sebagaimana firman Allah:

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. al-Baqarah : 120)

Glory (kejayaan), hal ini terkait pertarungan ideologi Islam vs Kapitalisme, untuk kejayaan Negara-negara kapitalis barat. Merujuk pada besarnya potensi Indonesia akan tegaknya ideologi Islam, maka barat pun melakukan segala cara untuk mempertahankan kejayaan kapitalisme untuk menguasai dunia. Termasuk memberikan stigma-stigma negatif pada Islam dan kaum Muslim melalui isu terorisme.

Jika sudah begini, maka umat Islam perlu waspada. Perjuangan penegakkan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai Negara khilafah adalah merupakan kewajiban, sekaligus kebutuhan umat Islam agar tidak selalu menjadi bulan-bulanan musuh-musuh Islam.

Khilafahlah yang benar-benar membuat Negara Indonesia menjadi menang (mulia). Sekali lagi, Islam tidak membenarkan pengeboman seperti di Cirebon, maka jangan dikait-kaitkan dengan perjuangan Ideologi Islam yang akan menyelamatkan Indonesia. Jangan pula kemudian mengkambing hitamkan Umat Islam, Jihad, dan Khilafah. Wallahu a’lam.

Ali Mustofa Akbar, Ketua Riski Ngruki, Penulis Novel "Hari-Hari Indah Aktivis Dakwah"

Website: mustofa.web.id, Email: [email protected]