Indonesia Dan Da’i Bijaksana

Judul diatas akan penulis uraikan melalui dua titik pembahasan, informasi, ilmu pengetahuan dan kebijakan serta signifikansinya terhadap dakwah.

Informasi, ilmu pengetahuan dan kebijakan.

Sebenarnya apa kaitan antara informasi, ilmu pengetahuan dan kebijakan? Demi menjawab pertanyaan tersebut, disini penulis akan menceritakan kembali sebuah anekdot yang dilontarkan oleh Jalaluddin Rumi dalam Al-Matsnawinya.

Empat orang sahabat menemukan sekeping mata uang. Orang pertama, seorang Persia berkata, “dengan mata uang ini, aku akan membeli anggur.” Orang kedua, seorang Arab, menyatakan keberatannya, “tidak, kita harus membeli ‘inab.” Orang ketiga, seorang Turki mengatakan, “aku tidak
menginginkan ‘inab aku menginginkan uzum. Sementara itu yang terakhir, seorang Yunani, mengatakan bahwa ia tidak tertarik pada apa yang ditawarkan oleh 3 orang sahabat sebelumnya, “aku”, katanya, “ingin stafili.”

Maulana Rumi menceritakan bahwa karena keempat orang sahabat itu tidak mengetahui arti di balik apa yang dikatakan masing-masing, mereka kemudian terlibat dalam pertengkaran. Mereka disini memiliki informasi, tetapi tidak memiliki pengetahuan.

Ketika pertengakaran sedang memuncak, lewatlah seorang yang bijaksana. Orang ini kemudian mendamaikan para sahabat yang sedang bertengkar itu, dan berkata, “aku bisa memenuhi keinginan kalian semuanya dengan uang yang kalian temukan itu. Syaratnya, kalian harus percaya dengan sepenuh hati. Sekeping uang ini akan menjadi empat,dan kaian berempat akan rukun kembali.”

Demikianlah orang bijak itu kemudian pergi dan membeli buah anggur. Begitu ia kembali, keempat orang sahabat itu menjadi gembira. Ternyata semua mereka , dengan bahasanya masing-masing, telah menyatakan kebutuhannya akan hal yang sama, yaitu anggur.

Zainuddin Sardar (1988) menjelaskan bahwa anekdot dari Maulana Rumi ini merupakan satu upaya yang jelas untuk membeda-bedakan tiga konsep: informasi, ilmu pengetahuan, dan kebijakan. Informasi digambarkan disini sebagai keinginan empat orang shabat itu untuk makan anggur inab, uzum dan stafili. Keingin ini dapat diartikan sebagai “fakta-fakta” yang tidak tertata dan tidak berhubungan satu sama lain. Orang bijak yang bisa meredakan pertengkaran mereka itu mampu menyusun fakta-fakta ini menjadi sebuah kesatuan informasi yang tertata berkat berkat pengetahuan yang dimilikinya – dengan informasi yang sepenuhnya telah diasimilasikan – untuk menghasilkan keputusan yang adil dan penuh pengertian.

Dari penjelasan Zainuddin Sardar tadi kita bisa menyimpulkan bahwa kebijkan sangatlah diperlukan untuk menghimpun fakta-fakta yang ada menjadi sebuah informasi sehingga kemudian dapat menghasilkan sebuah pengertian yang utuh.

Signifikansi Informasi, ilmu pengetahuan dan kebijakan terhadap dakwah.

Islam sebagai agama langit (samawi) yang turun ke bumi tentunya membawa konsep-konsep,
ajaran-ajaran, keterangan-ketarangan yang semua itu bisa kita kategorikan sebagai fakta. Sudah begitu banyak fakta-fakta tentang Islam yang bertebaran di muka bumi ini. Tapi sesungguhnya fakta-fakta tadi tidak akan berarti banyak jika kita tidak menghimpunnya menjadi sebuah informasi. Untuk dapat menhimpun fakta-fakta yang ada menjadi sebuah informasi, kita butuh orang bijaksana yang dapat memberikan kita satu pandangan yang utuh tentang Islam.

Ajaran-ajaran yang terkandung dalam Islam adalah fakta.
Fakta-fakta yang ada sampai kepada masyarakat melalui dakwah. Dakwah hanyalah sarana untuk menyampaikan yang dilakoni oleh para da’i. Oleh karena itu kita butuh da’i-da’i bijaksana yang dapat mengolah fakta tadi menjadi sebuah informasi sehingga dapat meredakan “pertengkaran-pertengkaran” yang terjadi di masyarakat lantaran mereka tidak mendapatkan pandangan yang utuh tentang Islam.

Sesungguhnya realita “arogansi teologis” yang terjadi di Indonesia, sejatinya berujung kepada pandangan masyarakat yang incomplete bahkan kabur tentang Islam. Hal ini membuktikan betapa Indonesia sesungguhnya membutuhkan “da’i-da’i bijaksana.”

Profil Penulis :

Fazlul Rahman; Mahasiswa pascasarjana UIN SYAHID konsentrasi Dakwah dan Komunikasi
email : [email protected]