Hamas, Mossad dan Operasi Desepsi

Seorang pemimpin militer Hamas, organisasi perjuangan Palestina Mahmoud Al-Mabhouhh tewas di Dubai. Tokoh ini adalah salah satu pendiri Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. Meninggal secara tiba-tiba dan misterius. Sampai saat ini belum terungkap penyebabnya. Sebagai tokoh militer, ancaman kematian memang selalu menghadang. Dan operasi pembunuhan tersebut telah berhasil dilakukan. Masalahnya adalah, siapa yang membunuh, dan siapa otak dibalik pembunuhan itu, dan untuk kepentingan apa?

Dahi Khalfan, Kepala Polisi Dubai memang telah membeberkan fakta-faktar dugaan keterlibatan Mossad dalam operasi pembunuhan tersebut. Berbekal kamera CCTV yang terpasang di hotel, diidentifikasi ada 11 orang yang terlibat. Kepolisian Dubai juga mengungkap beberapa orang lain yang terlibat dengan modus menggunakan paspor illegal. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa operasi Mossad gampang terlacak? Kebodohan Mossad ataukan memang “teknologi” dan ketrampilan intelijen Dubai lebih canggih?

Atas kasus ini, saya dan beberapa kawan di Forum Studi Kenegaraan (FSK) mencoba membacanya. Salah satunya dengan dugaan adanya operasi desepsi. Sebuah operasi di mata target, dalam hal ini salah seorang dari pihak Hamas tidak mengetahui kalau sedang “dibina” oleh Mossad. Sampai orang ini benar-benar menjadi orang kepercayaan Hamas. Bayangkan saja, kenapa kedatangan Mabhouh di Dubai sampai bocor? Tentu ada orang dalam yang membocorkannya. Ini pembacaan awal saya dan teman-teman lain.

Pihak Hamas memang telah melakukan penyelidikan internal untuk mengusut tuntas kasus ini. Tapi, tentu saja kasus ini menjadi pukulan yang tak bisa diabaikan begitu saja. Hamas memang telah memeriksa beberapa tokoh yang diduga membocorkan rahasia, tapi Hamas membantah telah disusupi oleh Mossad. Sementara, perang opini lagi-lagi berkembang.

Surat kabar Israel Haaretz menulis bahwa putra salah satu pendiri Hamas Syaikh Hassan Yusuf bernama Musab Hassan Yusuf (32 tahun) telah menjadi agen mata-mata Israel. Dari orang ini sumber-sumber informasi gerakan Islam didapatkan. Tentu, informasi dari surat kabar Israel ini dibantah Hamas. Dikatakan informasi menyesatkan tersebut sengaja dihembuskan untuk menutupi keterlibatan zionis dalam aksi pembunuhan kasus ini. Namun, entahlah. Mana informasi yang benar? Kita tidak pernah tahu.

Satu hal yang pasti, operasi ini akan membuat saling curiga. Terutama dikalangan Hamas sendiri, tentang siapa itu pembocor informasi yang sering dikatakan sebagai “pembunuh sebenarnya”. Bisa dikatakan ini adalah metode adu domba dari dalam. Belum lagi kalau dikait-kaitkan dengan faksi saingannya seperti Fatah. Lebih rumit lagi kalau membahas keterlibatan Mossad di dalamnya. Satu hal yang pasti, dalam kasus ini Hamas banyak dirugikan. Mulai dari kehilangan pemimpin militer, kecurigaan sesama tokoh, sampai waktu yang dihabiskan untuk mengurusi masalah ini.

Lalu, apa pelajaran dari kasus ini bagi gerakan Islam? Saya kira yang paling penting adalah proses kaderisasi gerakan. Jika di Palestina, dimana suasana perangan masih berlangsung, operasi yang demikian sering terjadi. Pembunuhan-pembunuhan yang sebenarnya dalam arti fisik terjadi. Sementara, di belahan dunia lain seperti Indonesia, walaupun masih lumayan aman, dimana peperangan tidak terjadi, tapi kewaspadaan tetap perlu dijaga. Sebab pembocor-pembocor informasi organisasi yang sarat kepentingan politik bisa terjadi, dan tentu saja bisa merugikan kepentingan gerakan.

Kasus nyata gerakan Islam di tanah air, gerakan semacam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) telah berkali-kali kecolongan disusupi intelejen. Dan, tak menutup kemungkinan saat ini gerakan lain semisal Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) atau gerakan mahasiswa Islam terbesar seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) jangan-jangan juga telah disusupi “orang lain” untuk kepentingan politik tertentu. Semoga saja hal ini tidak terjadi. Tapi kewaspadaan rasa-rasanya tetap perlu dijaga.[]

* Yons Achmad. Mantan Humas KAMMI Pusat. Ketua Forum Studi Kenegaraan (FSK). Saat ini tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai konsultan media.