Mempertahankan Pola Pikir Kaum Muslimin

Baru baru ini, pada sebuah milis “islam” tersebar sebuah pemikiran lama yang mempersoalkan mengenai “campur tangan” MUI dalam mengharamkan gerakan gerakan sesat seperti ahmadiah dan lain lain. Pengirim email ini secara lansung menyatakan bahwa MUI tidak berhak dalam mengharamkan aliran aliran sesar seperti itu karena dapat memancing terjadinya kekerasan.

Pengirim email ini juga menyatakan bahwa islam mengajarkan untuk bersikap lemah lembut dan tidak mengajarkan untuk berbuat kekerasan. Jadi fatwa MUI yang mengharamkan aliran sesat yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap, misalnya, pendukung Ahmadiyah, sesuatu yang seharusnya disesali. Pengirim email ini juga mengambil dalil dari sikap Rasulullah saw dengan menafsirkan Rasulullah saw tersebut seenaknya.

Setiap ada email balasan dari anggota milis, selalu dijawab dengan “lemah lembut” oleh pengirim email ini dan seolah olah dengan uluran tangan persahabatan sambil menyarakan kepada para “pemrotes” untuk membuka blognya dan membaca sendiri maksud dari email yang dia kirim di blog itu. Untunglah ada anggota milis yang mengingatkan bahwa jika blog tersebut selalu dibuka, akan meningkatkan ratingnya di search engine sehingga blognya yang menyebarkan pemikiran pemikiran liberal makin mudah untuk diakses oleh siapapun. Termasuk oleh orang awam.

Ada beberapa hal yang patut dicermati dari email ini, pertama, tidak diragukan lagi, pemikiran seperti ini merupakan pemikiran kaum liberal yang kembali, bahkan selalu, mencoba membelokkan pemikiran kaum muslimin. Memecah belah kaum muslimin dengan membuat mereka (kaum muslimin) ragu terhadap kebenaran agamanya dan fatwa ulama mereka.

Salah satu caranya ialah dengan menggunakan akses internet dan fasilitasnya seperti blog dan milis. Tidak hanya gratis, fasilitas itu memiliki jangkauan luas, sulit untuk disaring serta bisa di akses oleh siapapun. Selain itu, kita juga tidak benar benar tahu siapa sebenarnya ”orang” yang berada di balik blog atau milis tersebut. Dengan kata lain, mereka berada dalam posisi aman dalam menyebarkan pemikiran pemikirannya.

Jaringan internet dan segala fasilitasnya memang dapat menjadi sarana sekaligus tantangan bahkan masalah bagi kaum muslimin. Satu sisi, kaum muslimin dapat menggunakan jaringan tersebut untuk mendakwahkan kebenaran dan kemuliaan islam, namun disisi lain, internet dapat juga menjadi sarana untuk menyebarkan pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Selain itu, internet juga bisa digunakan untuk melakukan tindak kemungkaran dan kemaksiatan lainnya.

Karena tidak mungkin untuk menolak keberadaan internet, maka hal terbaik yang kita lakukan ialah memanfaatkan internet tersebut sebaik baiknya, karena hal yang sama juga dilakukan oleh ”orang lain” dalam ”mendakwahkan” pemikiran atau milah mereka.

Kedua, cara yang mereka (kaum liberal) pakai selalu tidak jauh berbeda. Menyalahkan cara berpikir kaum muslimin dan menyodorkan sebuah pemikiran yang mereka anggap lebih benar dan lebih modern. Pemikiran yang mereka anggap sangat cocok dengan masa sekarang, meskipun harus meninggalkan prinsip prinsip dasar dalam islam.Pemikiran itu selalu dihiasi dengan kata kata lembut dan penuh bahasa kasih. Sehingga jika kita tidak cermat dalam mencernanya, maka bisa jadi kita akan terpengaruh oleh pemikiran tersebut.

Sebagai seorang muslim, kita seharusnya bercermin kepada kehidupan generasi salaf, terutama sekali Rasulullah saw dan para sahabatnya, kemudian para tabi’in, tabi’it tabi’in serta para ulama yang hanif, yang Allah telah menitipkan cahaya ilmu dan hikmah dalam hati mereka. Sudah seharusnya bagi setiap kaum muslimin untuk senantiasa meluangkan waktu mempelajari dan membaca kisah mereka, atau setidaknya mengingat mereka.

Selain itu, liberalisme bukanlah hal yang modern dan bukanlah sebuah pembaruan. Liberalisme islam mencontek dan bertaklid kepada barat, tanpa pernah mau menyaring pemikiran barat tersebut dan mengkaji, menghayati serta bersikap jujur untuk mengakui, mengapa barat memilih sekuler liberal.

Dalam sejarahnya, kekecewaan yang dirasakan oleh masyarakat barat terhadap agama mereka, tidak pernah dirasakan oleh kaum muslimin terhadap agamanya. Islam tidak pernah menjadi penghambat kemajuan kaum muslimin.

Ketiga, bahasa cinta kasih dan kelembutan plus keramahan selalu digunakan untuk melemahkan sikap kaum muslimin yang tegas terhadap kemungkaran.

Jika kia runut ke sejarah, Snouck Hurgronje pernah memopulerkan pemikiran ini untuk melemahkan perjuangan kaum muslimin aceh dalam menghadapi kaum penjajah. Pernyataannya hampir sama, agama islam tidak mengajarkan kekerasan dan mengutamakan kelembutan. Jadi tidak seharusnya bagi umat islam untuk berbuat keras dan kasar kepada kaum penjajah. Tujuan Snouck hurgronje dalam menyatakan hal ini bukanlah untuk mendakwahkan islam, mengajarkan pemikiran islam yang benar, namun untuk, sekali lagi, melemahkan perjuangan kaum muslimin aceh agar penjajah bisa dengan mudah menguasai mereka.

Bukan hanya di Indonesia, pemuka ahmadiyah di India atau Pakistan pernah juga ”menfatwakan” kepada kaum muslimin untuk tidak melawan penjajah dengan kekerasan dan mengutamakan sikap lemah lembut karena kekerasan tidak sesuai dengan syari’at islam. Tujuannya sama, untuk melemahkan perjuangan kaum muslimin.

Rasulullah saw memang mengajarkan sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada kaum muslimin. Kasih sayang ini bukan hanya kepada sesama manusia, namun juga kepada hewan. Karena memang Rasulullah saw diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Bukti terkuat dalam hal ini ialah ketika peristiwa fathu mekah. Rasulullah saw dengan ”gampangnya” memaafkan orang atau kaum yang dulu telah mengusirny dan menolak dakwahnya.

Namun dalam beberapa hal Rasulullah saw juga bertindak tegas. Seperti mengusir bani Qainuqha dan bani Nadhir dari Madinah, serta menghukum bani Quraizha. Laki lakinya dibunuh dan perempuan serta anak anaknya ditawan. Hal ini karena mereka selalu berlaku khianat terhadap janji yang mereka sepakati dengan kaum muslimin. Begitu juga Khalifah Abu Bakar ra yang mengutus kekuatan militer penuh untuk menumpas nabi palsu Musailamah Al Kadzab dan menyerang orang orang yang tidak mau membayar zakat.

Islam mengajarkan bahwa ada saatnya bagi seorang muslim untuk bertindak tegas dan ada waktunya untuk bersikap lemah lembut, ada saatnya untuk mengalah dan ada saatnya menolak untuk kalah.

Keputusan yang dilakukan rasulullah saw terhadap bani Qainuqa diatas, bukanlah karena mereka non-muslim, namun karena mereka berkhianat dan memerangi kaum muslimin, terlebih lagi hal ini tidak hanya satu kali mereka lakukan.

Maka sikap MUI yang mengharamkan pengikut ahmadiyah atau semisalnya merupakan sebuah bentuk dari ketegasan ini. Sebuah bentuk ketegasan yang dilakukan MUI untuk menjaga akidah kaum muslimin agar tidak di rusak oleh ajaran ajaran sesat. Disamping bahwa, hal ini merupakan kewajiban mereka dalam hal kelembagaan serta tanggung jawab mereka terhadap kaum muslimin.

Perlu digaris bawahi, bahwa tulisan ini bukanlah sebuah bentuk pembenaran atas penyerbuan terhadap markas aliran sesat dan kekerasan terhadap pengikut mereka, karena ketegasan tidak harus diaplikasikan dengen kekerasan. Apalagi jika dengan kekerasan itu, menjadikan ”orang lain” mencela islam dan umatnya. Menjadikan ”orang lain” memiliki alasan untuk menghambat dakwah kaum muslimin. Meskipun sebenarnya, sikap aparat berwajib yang terkesan lamban dalam menindak aliran sesat ini, lebih patut untuk disesali.

Maka dari ketiga hal diatas dapat ditarik benang merah bahwa kita harus selalu hati hati dengan pemikiran pemikiran yang menjauhkan umat islam dari kemurnian akidahnya. Menjauhkah umat islam dari kebenaran agamanya. Rasulullah saw telah meninggalkan dua wasiat kepada kita, yang jika kita berpegang teguh kepada kedua wasiat itu, maka kita tidak akan tersesat. Dua wasiat itu ialah alQur’an dan Sunah.

Dalam memahami dua hal ini, haruslah kepada orang yang benar agamanya, benar ucapannya dan dikenal sebagai seseorang yang lurus, meskipun bukanlah seseorang yang tanpa salah. Namun ”kesalahan” yang diperbuat orang tersebut bukanlah sebuah kesalahan yang mendasar.
AlQur’an dan Sunah ialah pedoman bagi kaum muslimin dan untuk menyatukan kaum muslimin, bukan untuk memecah belah kaum muslimin apalagi untuk menjadikan kaum muslimin saling menyalahkan satu sama lain.

Wallahu’alam bishawab. Semoga Allah menuntun kita dengan kebenaran agama Nya.

Imanuddin Rahman, Mahasiswa S1 FMIPA UI, Alamat: Jl, Rawapule No 24 Kukusan Beji, Depok
Email:[email protected].
Terimakasih atas kritik, saran, dan perbaikan atas kesalahan yang ada pada tulisan ini.