Pornografi dan Warisan Perang Salib

Perang melawan pornografi, tidak habis habisnya di alami kaum muslimin di Indonesia. Ada saja pihak pihak iseng yang demi tujuan komersil semata, menjadikan perang itu semakin besar. Dari terbitnya majalah majalah porno, penentangan beberapa pihak atas pengesahan UU APP, hingga kini, di undangnya seorang bintang porno ke Indonesia di saat luka bencana di Sumatra belum sepenuhnya sembuh. Sungguh sesuatu yang memilukan.

Blue film dan artis artisnya yang dulu masih di anggap tabu oleh kalangan masyarakat, khususnya pemuda, kini hadir di permukaan dengan bentuk yang lebih legal. Dulu seorang artis porno dan bintang porno masih di anggap sesuatu yang mamalukan sehingga tidak ada yang “berani” menganggkat mereka secara langsung ke permukaan. Artis dan film porno hanya menjadi sebuah perbincangan iseng di antara orang orang yang memang berpikiran jorok dan mesum. Namun kini, bahkan ada pernyataan bahwa semua laki laki dewasa sudah mengenal sang artis. Seolah olah, bagi yang belum mengenalnya dan belum menonton aksinya, harus menyempatkan diri untuk mengejar ketertinggalan itu. Entah dari mana datangnya pernyataan ini. Sejujurnya, saya secara pribadi, mengetahui nama sang artis dari pemberitaan media masa yang memberitakan kehadirannya. Dan saya yakin masih banyak yang seperti itu, terutama para ABG yang masih SD atau SMP.

Kedatangan sang artis yang banyak di gembor gemborkan oleh media masa, secara tidak langsung semakin memopulerkan artis tersebut. Bahkan menurut pemberitaan sebuah station televisi berita kedatangan sang artis, telah mendorong para remaja untuk mendapatkan “kasetnya” dan nama sang artis semakin banyak di cari di situs situs internet. Di tambah lagi, sebuah station televise dalam memberitakan kedatangan sang artis dalam sebuah acaranya, secara langsung menampilkan “gambar-gambar” nya.

Sehingga semua ini bisa juga menyebabkan, orang orang yang sebelumnya masih bisa bertahan untuk tidak mengenal sang artis lebih dekat, jadi semakin ingin “mengenalnya” dan yang lebih disayangkan lagi, acara itu di tampilkan pada jam sore hari, disaat anak anak sekolah baru pulang dari sekolahnya dan bisa menjadi kemungkinan besar duduk langsung di depan TV. Jadi bisa di katakana bahwa kedatangan sang artis dan pemberitaannya, sama saja dengan mempromosikan pornografi di Indonesia. Sehingga bisa saja ada yang belum mengenalnya, menjadi penasaran untuk “mengenalnya” lebih dekat.

Dalam beberapa hal, pornografi bisa jadi sama bahayanya dengan narkoba, bahkan mungkin lebih berbahaya. Pecandu narkoba, terlepas dari berbahayanya dzat itu dan semoga saja kita terhindar darinya, masih bisa di obati dan di rehabilitasi. Selain itu, saat ini, narkoba masih menjadi barang mahal dan sulit untuk di dapatkan secara terang terangan. Sedangkan pornografi, sangat mudah bisa di akses. Selain itu, menurut pantauan para ahli seperti yang diliput oleh Koran tempo sekitar tahun 2006 yang lalu, dengan menggunakan sinar Positron Emision Tomography (PET) bisa di dapatkan bagaimana reaksi otak seseorang ketika baru mengakses pornografi.

Dari pantauan itu di dapatkan bahwa pornografi yang di akses seseorang, bisa dikatakan, tidak mungkin hilang dari ingatannya. Gambar gambar yang telah di akses tersebut akan senantiasa mampir dalam pikirannya, sehingga akan menyebabkan seorang itu menjadi kecanduan dan cenderung selalu ingin menikmati semua itu. Orang orang yang sering dan kecanduan menikmati pornografi, akan menyebabkan kerusakan pada mental dan psikologisnya. Diantara kerusakan yang sederhana seperti gampang marah, suka malas malasan dan kerusakan kerusakan parah yang lain. Dan kerusakan ini, seperti halnya kecanduan pornografi tersebut, akan sangat sulit untuk di hilangakan. Jika memang tidak mustahil. Dan disinilah, penyebab kehancuran utama seseorang.
Dalam Shaidul Khatirnya, Imam Ibnul Jauzy, yang diterjemahkan oleh Samson Rahman, mengutip sebuah syair dari Sayyidina Hamzah yang pada bagian akhir syair itu menyatakan “Petaka kaum muda adalah larut dalam hawa nafsunya, Awal baru nafsu ada dalam tatapan mata.”
Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya menyatakan, “aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum pria dari pada fitnah wanita.”

Jika kita runut kepada sejarah, kita akan mendapatkan bahwa, antara muslim dan muslimah, ada sebuah “gap” yang membatasi mereka sehingga mereka saling menjaga diri satu sama lain. Percampuran atau interaksi yang kuat antara pria dan wanita adalah berasal dari kebudayaan barat. Ada banyak kebudayaan barat, yang akhirnya di kenal oleh kaum muslimin karena adanya persinggungan antara dunia barat dan dunia islam. Terutama ketika gencatan senjata saat perang salib.

Muhammad Sayd al Wakil dalam bukunya “Wajah Dunia Islam” menceritakan mengenai awal mula ketika barat memutuskan untuk melakukan gerakan ghowzul fiqri kepada umat islam. Beliau mengatakan, “ Ketika diadakannya perdamaian antara pasukan salib dan pasukan islam, mereka hidup berdampingan secara damai. Wanita wanita penghibur yang bertugas untuk “menghibur” pasukan salib ketika dalam perperangan juga hidup berdampingan dengan pasukan kaum muslimin.

Sejak itulah kaum muslimin mulai banyak mengenal mengenai kehidupan mereka. Dan ada beberapa pasukan islam yang tergoda dengan para wanita tersebut karena sikap mereka yang terbuka. Sejak itulah para pemikir mereka menyimpulkan bahwa ada cara yang lebih tepat untuk mengalahkan kaum muslimin.

Karena adanya percampura bauran tersebut, menurut Dr Al Wakil, pasukan pasukan kaum muslimin yang ada kerusakan dihatinya, menjadi tergoda dengan wanita wanita itu. Diantaranya ada beberapa orang dari kaum muslimin yang menikahi perempuan perempuan tersebut.
Sedangkan ibnu Katsir mengakatan, seperti yang dikutip juga oleh Dr Al Wakil, bahwa, “Banyak wanita perancis yang ikut terlibat dalam perperangan. Ada sebagian dari mereka yang ikut dengan maksud menghibur pasukan tentara lain dan berharap mereka mau menikahinya. Jadinya pasukan mendapatkan hiburan, kesegaran dan pelampiasan kebutuhan biologisnya kemudian mereka tetap terjaga semangat tempurnya dan tidak merasa asing meski jauh dari negeri dan anak istrinya.

Banyak juga pasukan islam yang fasik melakukan desersi dan bergabung kepada pasukan salib karena tertarik kepada wanita wanita pelacur tersebut. Kejadian inipun menyebar kemana mana”.
Pasukan islam yang terjebak pada fitnah tersebut telah kehilangan girahnya untuk menjadi pembela umat dan lebih memfokuskan diri kepada pemuasan hawa nafsu mereka.

Bukan hanya berdampak kepada pasukan islam saja, namun juga kepada wanita muslimah. Corak kehidupan wanita wanita barat tersebut, mulai memenuhi otak mereka dan menjadi “pertimbangan” mereka. Sehingga sejak terjadi persinggungan tersebut, wanita “timur” yang awalnya tertutup dan pemalu, menjadi lebih terbuka dan berani menunjukkan diri mereka.

Semua hal ini, mampu di kaji oleh beberapa pemikira barat, diantaranya seorang orientalis Syatulin yang menyatakan,
“ Gelas dan artis lebih dapat menghancurkan umat Muhammad dari pada seribu meriam, maka hancurkanlah mereka dengan menjerumuskannya pada kesenangan dunia dan syahwat”

Entah sampai kapan, kaum muslimin akan senantiasa berperang dengan pronografi. Setiap usaha yang di lakukan selalu mendapat serangan balik dari orang orang yang berpikiran dangkal. Entah apa maksud sebenarnya dari mereka. Namun senjata yang bernama pornografi ini bisa jadi merupakan warisan dari perang salib yang bertujuan untuk menjadikan generasi muslim menjadu generasi yang mesum, sehingga mereka tak sempat berpikir untuk kemajuan diri mereka ke arah yang lebih baik, apalagi untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negara mereka.

Pengundangan artis porno baru baru ini, meskipun secara tidak langsung atau tidak di sengajai oleh pengundangnya, merupakan bagian dari perperangan itu dan kedepannya, mungkin akan ada serangan serangan lagi. Semoga saja tidak. Namun jika memang nanti serangan itu kembali ada, kaum muslimin harus terus melawannya.

Wallahu’alam bishawab.

Imanuddin Rahman, Mahasiswa S1 FMIPA UI, Alamat: Jl, Rawapule No 24 Kukusan Beji, Depok
Email:[email protected].
Terimakasih atas kritik, saran, dan perbaikan atas kesalahan yang ada pada tulisan ini.