Dekadensi Moral dan Akar Ideologisnya

Meninggalnya Michael Jackson yang kontroversial menambah daftar panjang para artis yang meninggal secara tragis. Terlepas dari gosip seputar keislamannya, tetap saja kematian Michael Jackson menyisakan catatan kelam kehidupan para artis. Catat saja Kurt Cobain -vokalis grup musik beraliran grunge Nirvana- meninggal karena bunuh diri. Jim Morrison -vokalis grup musik rock The Dorrs- meninggal karena over dosis, Michael Hutchence -vokalis grup musik INXS- meninggal karena bunuh diri.

Mereka semua meninggal dalam keadaan terkenal, muda, kekayaan berlimpah, dikelilingi wanita, namun menemukan diri mereka dalam kondisi “stress” tanpa sebab yang jelas. Akhirnya mereka berusaha melarikan diri dari “stress” tersebut dengan hura-hura, pesta-pesta, narkotika dan berbagai obat penenang.

Perilaku para artis tersebut merupakan puncak gunung es dari gambaran masyarakat barat pada umumnya, yang materealis sekuler. Seperti kita ketahui, dari permukaan laut puncak gunung es terlihat kecil namun jika kita melihat ke bawah permukaan laut akan terlihat gunung es yang tinggi dan terkadang dapat menenggelamkan sebuah kapal laut yang besar sekalipun, seperti halnya yang terjadi pada kapal Titanic yang tenggelam dan terkenal sepanjang sejarah.

Apa yang terjadi pada para artis tersebut menunjukkan apa yang juga terjadi dibawah permukaan, yaitu masyarakat barat pada umumnya. Suatu masyarakat yang menolak eksistensi ruh dalam kehidupan dan beranggapan bahwa kehidupan adalah dunia yang terlihat. Masyarakat barat menolak syariat Allah SWT dan memilih syariat “berhala–berhala” pemikiran manusia yang dikeluarkan oleh pakar-pakar syariat “thagut” sebagai syariat yang mengatur kehidupan mereka.

Gaya hidup masyarakat barat yang hedonis telah lama di kritik oleh para pemikir mereka sendiri, diantaranya John Schetineck, seorang penulis cerita besar Amerika( Yusuf Qordhowi,Islam Peradaban Masa Depan) : Problem yang dihadapi Amerika justru kekayaan negeri ini memiliki segalanya dalam jumlah melimpah, akan tetapi tidak memiliki ruhani yang cukup. Seandainya saya ingin menghancurkan suatu bangsa saya akan memberinya sesuatu yang lebih banyak dari yang ia butuhkan kekayaan yang melimpah ini membuatnya rakus, tak berdaya, dan sakit. bangsa kita tidak mungkin dapat hidup lebih lama dengan prinsip prinsip yang dianutnya

Kemajuan science, peradaban materi, yang dicapai barat dan selalu mereka bangga-banggakan ternyata tak mampu sedikitpun meredam kegelisahan yang menerpa jiwa-jiwa yang berusaha menolak fitrahnya untuk senantiasa beribadat kepada penciptanya, Allah SWT. Sehingga penyakit kejiwaan di masyarakat barat menjadi merajalela dan semakin menunjukkan trend yang beraneka ragam. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya istilah-istilah dan terminologi baru tentang penyakit jiwa yang tak pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya.

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka sehingga apabila mereka telah bergembira ria dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. maka orang orang zalim itu dibinasakan sampai ke akar-akarnya, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam (QS. Al An’am: 44-45)

Ideologi hippies, akar budaya kerusakan moral

Gaya hidup hedonis, seks bebas dan pengunaan obat-obatan penenang yang marak di kalangan artis dan masyarakat barat, dapat ditelusuri sejak kemunculan kaum muda yang menamakan diri mereka, kaum hippies. Mereka muncul di Amerika sekitar awal tahun 60-an yang dilatar belakangi oleh protes kaum muda terhadap perlombaan bom nuklir di era perang dingin antara dua blok penguasa dunia pada waktu itu, yaitu kapitalis Amerika dan komunis Soviet.. Mereka juga memprotes keikutsertaan AS dalam petualangan perang di Vietnam.

Lebih lanjut, kaum muda tersebut membentuk sebuah gerakan yang dikenal sebagai hippies atau flower generation. Mereka membentuk ideologi tersendiri untuk mencapai tujuan perdamaian yang mereka inginkan. Ideologi mereka kemudian dikenal bertumpu pada tiga hal yang saling berkaitan, yaitu music, love and drugs. Ideologi mereka menunjukkan eksistensinya ketika digelar Woodstock Festival tahun 1969, di mana lebih dari 500.000 kaum muda datang untuk berkumpul dan menggelar konser musi bersama musisi penganut ideologi hippies pada era tersebut, diantaranya: Carlos Santana, The Who, Jimy Hendrix, dan Janis Joplin.

Melalui musik mereka menyuarakan tujuannya, yaitu perdamaian dunia. Tema-tema musik mereka selain perdamaian adalah menyeru kepada dunia tentang pesan-pesan cinta atau ideologi love. Namun perlu digaris bawahi, love disini lebih cenderung dalam pengertian sebagai seks bebas. Ide mereka ini selanjutnya dikenal sebagai sexual revolution.

Mereka menolak tatanan masyarakat barat tentang kesucian seks yang harus di dapat melalui lembaga perkawinan. Bagi mereka seharusnya seks secara bebas didapatkan tanpa perlu ikatan perkawinan. Ide ini kemudian di populerkan oleh John Lennon, salah seorang personel band The Beatles dengan ungkapan “make a love not a war”. Lennon mengkampanyekan ide ini dengan cara cukup aneh, yaitu di tempat tidur dengan pakaian tidur bersama istrinya, Yoko Ono. Selain itu The Beatles pun menciptakan lagu yang kemudian menjadi credo bagi kaum hippies yaitu All you needed is love.

Di Woodstock para hippies mempopulerkan penggunaan zat-zat penenang dan minuman keras seperti cannabis (marijuana), LSD dan alkohol, untuk dikonsumsi sebagai bentuk protes terhadap perang dunia dan bentuk pelarian dari ketakutan terhadap perlombaan senjata.

Pada awalnya ideologi hippies ini mendapat tantangan keras dari masyarakat barat yang masih memegang moral kristiani. Sebelum era hippies ini masyarakat barat adalah pemegang teguh moral kristiani yang diantaranya melarang seks bebas dan menghormati institusi keluarga. Ditahun 30-an film film holliwood bisa dikatakan tak berani menampilkan adegan adegan seks secara vulgar.

Namun kini nampaknya ideologi hippies ini telah diterima luas bukan hanya di amerika namun merata diseluruh dunia. Hal ini ditandai ideologi hippies telah menjadi indrustri tersendiri yang menguntungkan. Kita bisa melihat bahwa grup grup band liar malah menjadi grup band terkenal dan berubah menjadi mesin penghasil uang. Kita bisa lihat pada grup musik Gun’s N roses, nirvana, linkin park dll. Semua lagu mereka rata rata berisi syair jorok, memuja syahwat, dan kebencian. Begitu juga dengan michael jackson yang lagu lagunya tak jauh dari memuja syahwat dan perdamaian dunia telah menjadi icon tersendiri bagi indrustri musik.

Hipies dan Zionisme

“Rangkul binatang-binatang yang suka mabuk, senangkan mereka dengan minuman. Hak yang berlebihan datang bersamaan dengan kebebasan bukanlah bagi kita dan masyarakat kita untuk menempuh jalan tersebut. Masyarakart goyimlah yang dibuai dengan minuman beralkohol; para pemuda mereka tumbuh bodoh dalam pengkelas-kelasan dan ketiadaan moralitas sejak dini, yang semua itu dilakukan agen khusus kita…

…..Kita akan mengalihkan mereka dengan hiburan, permainan, kegiatan waktu senggang, dorongan-dorongan syahwat, istana-istana rakyat……

…….camkan baik-baik keberhasilan yang telah kita buat dalam dariwinisme, marxisme dan nietzsche-isme, bagaimanapun juga, haruslah secara gamblang memahami dahsyatnya pengaruh merusak dari arahan ini pada pikiran orang goyim.

(Protocol of learned elders of zion).

Ada korelasi positip antara ide-ide kaum hippies dengan gerakan zionisme ini, sehingga tak ada alasan untuk menolak hubungan erat antara dua ideologi ini. Yang jelas pada umumnya ide-ide dalam protocol selalu dihembuskan dari belakang layar. Yang nampak di permukaan atau di panggung kehidupan kebanyakan adalah apa yang kaum zionis sebut sebagai “stupid pull parrot (pembeo yang bodoh)”. Zionis bekerja sebagai sutradara yang merancang semua skenario.

Sedangkan para aktor-aktornya secara sadar dan tak sadar mengikuti perintah sang tuan sutradara. Zionis secara halus bekerja merusak moral masyarakat menuju masyarakat tanpa agama, tanpa moral dan tanpa tuhan. Mereka bekerja dengan permainan istilah. Yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Perzinaan diistilahkan secara positif dengan sebutan sexual revolution. Budaya mengumbar aurat kaum wanita di istilahkan dengan modernisasi dan melepaskan kekangan tradisi lama. Bermabuk-mabukan diistilahkan sebagai style anak muda, dan lain-lain.

Bukti kuat lain bahwa zionis berada dibelakang ideologi hippies adalah munculnya ideologi new left pada generasi hippies ini. Ideologi ini merupakan reinkarnasi atau revitalisasi ajaran marxisme tentang kebencian terhadap sesama manusia yang disebut dengan dialetika materalisme. Dalam dialektika materialisme dipertentangkan antara kaum kaya (borjuis) di pihak yang antagonis dengan kaum miskin(proletar) dipihak yang protagonis.

Sedangkan dalam ideologi new left ini dialektika itu berubah menjadi pertentangan anata kaum muda yang anti kemapanan dengan kaum tua yang status quo. Jargon new left ini di populerkan melalui lagu Imagine yang diciptakan oleh John Lennon. Lagu ini menjadi salah satu simbol perjuangan kaum hippies dalam menentang peperangan. Lagu itu sarat dengan pesan-pesan marxisme : no heaven (tak ada surga), no hell (tak ada neraka), no possesion (tak ada kepemilikan), no country (tak ada negara). Dengan lagu inilah para hipies melakukan demo anti perang Vietnam namun dengan cara-cara anarki sehingga menimbulkan banyak korban baik sipil maupun dari kepolisian.

Kita dan ideologi hippies

Sesungguhnya negara Indonesia sejak awal Orde Baru telah menjadi laboratorium percobaan sekulerisme dan permisivefisme. Budaya hippies ini dapat dikatakan masuk tanpa hambatan berarti dari pemerintah Orde Baru. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya ijin secara mudah atas konser grup rock bercirikan hipppies, Deep Purple, di Indonesia pada era 70-an. Satu hal yang sebenarnya aneh bagi iklim politik Indonesia pada saat itu.

Karena regime Orde Baru di tahun 70-an menerapkan kebijakan politik yang represif terhadap setiap pertunjukan, sehingga untuk bisa tampil harus mendapatkan ijin yang panjang dan harus melalui screening institusi ABRI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa regime Orde Barulah yang paling tahu dan bertanggung jawab terhadap derasnya arus liberalisasi dan ideologi hippies ini.

Sejak saat itulah bangsa ini, terutama para pelajar dan mahasiswa akrab dengan ideologi dan kebudayaan barat terutama ideologi hippies yang sedang trend pada masa tersebut. Kaum muda kita mulai akrab sedikit demi sedikit dengan gaya hidup hippies seperti seks bebas, drugs, clubbing, disko dan acara maksiat lainnya.

Kampus-kampus mulai akrab dengan pertunjukkan musik yang memang didukung oleh pemerintah Orde Baru dan sponsor dari perusahaan-perusahaan kapitalis. Seks bebas, clubbing, disko dan drugs perlahan telah menjadi ukuran kemodernan kaum muda kita.

Kemudian muncullah grup-grup musik yang berciri hippies, yaitu lagu bertema cinta yang mendayu-dayu dan tentang perdamaian dunia. Kemudian semakin berkembang sejak reformasi melanda negeri ini dimana kemunculan grup band layaknya seperti cendawan yang tumbuh dimusim hujan.

Dan perlu dicatat, grup-grup musik tersebut rata-rata menjadikan cinta sebagai tema dalam lagu-lagunya, dan hal ini secara langsung maupun tidak langsung merupakan pengaruh ideologi hippies

Bukan hanya lagu yang terpengaruh gaya hippies, bahkan dalam perilaku keseharian pun tidak bisa lepas dari gaya-gaya generation flower ini. Kawin cerai, perselingkuhan, pamer aurat, clubbing, drugs adalah cerita yang selalu di tampilkan para artis di acara gossip di televisi. Di lapisan masyarakatpun budaya seks bebas semakin merajalela. Seks bebas pun tidak hanya terjadi pada kalangan mahasiswa namun juga sudah ke remaja SMP. Bahkan yang lebih mengerikan adalah munculnya budaya merekam adegan zinah. Sekarang banyak beredar rekaman adegan zinah remaja melalui handphone dan internet. Tampaknya remaja sekarang sudah beranjak dari zinah sembunyi-sembunyi menuju zinah secara terang terangan.

Musik dalam pandangan ulama

Yusuf Qordhowi dalam Buku Fatwa Kontemporernya cenderung membolehkan musik namun dengan syarat tidak berisi kalimat kotor. Berikut kutipannya: Masalah nyanyian, baik dengan musik maupun tanpa alat musik, merupakan masalah yang diperdebatkan oleh para  fuqaha  kaum muslimin sejak zaman dulu. Mereka sepakat dalam beberapa hal dan tidak sepakat dalam beberapa hal yang lain.   Mereka sepakat mengenai haramnya  nyanyian  yang  mengandung kekejian,  kefasikan,   dan   menyeret   seseorang   kepada kemaksiatan, karena pada hakikatnya nyanyian itu  baik  jika memang mengandung ucapan-ucapan yang baik, dan jelek apabila berisi ucapan yang jelek. Sedangkan  setiap  perkataan  yang menyimpang  dari  adab  Islam  adalah  haram.

Maka bagaimana menurut kesimpulan anda jika perkataan seperti itu  diiringi dengan  nada  dan  irama yang memiliki pengaruh kuat? Mereka juga sepakat tentang  diperbolehkannya  nyanyian  yang  baik pada  acara-acara  gembira, seperti pada resepsi pernikahan, saat menyambut  kedatangan  seseorang,  dan  pada  hari-hari raya. Mengenai hal ini terdapat banyak hadits yang sahih dan jelas.   Namun demikian, mereka berbeda  pendapat  mengenai  nyanyian selain   itu  (pada  kesempatan-kesempatan  lain).  Diantara mereka ada yang memperbolehkan semua  jenis  nyanyian,  baik dengan   menggunakan   alat   musik   maupun  tidak,  bahkan dianggapnya mustahab. 

Sebagian  lagi  tidak  memperbolehkan nyanyian  yang  menggunakan  musik  tetapi memperbolehkannya bila tidak menggunakan musik. Ada pula yang melarangnya sama sekali,  bahkan  menganggapnya haram (baik menggunakan musik atau tidak).   Dari  berbagai  pendapat  tersebut,  saya  cenderung   untuk berpendapat  bahwa nyanyian adalah halal, karena asal segala sesuatu adalah  halal  selama  tidak  ada  nash  sahih  yang mengharamkannya.  Kalaupun ada dalil-dalil yang mengharamkan nyanyian, adakalanya dalil itu sharih (jelas)  tetapi  tidak sahih,  atau  sahih  tetapi  tidak sharih.

Sedangkan Ulama saudi yaitu, Aid Al-Qorni berpendapat sebaliknya yaitu mengharamkan musik. Ibnu Khaldun dalam muqoddimahnya menyatakan bahwa ada hubungan antara kejatuhan sebuah peradaban dengan meluasnya musik ini. Lebih lanjut, beliau menyatakan bahwa pada periode akhir dan menjelang runtuhnya sebuah peradaban ditandai dengan merebaknya kemewahan dan permainan musik. Kemewahan dan musik biasanya adalah hal yang tidak produktif dan menghabiskan sumber daya suatu negara tanpa ada value added. Masyarakat pada saat itu biasanya akan rentan terhadap serangan dari luar yang akan menghancurkan peradaban mereka

Dari berbagai pendapat tersebut umumnya berkisar pandangan ulama tentang musik dalam kehidupan bermasyarakat bukan musik sebagai alat da’wah. Sebagaimana yang katakan sebagian orang bahwa salah satu Wali Sanga dalam menyebarkan Islam menggunakan media musik. Namun dari sejarah perjuangan Nabi belum ada literatur yang menyatakan bahwa Rosulullah SAW menggunakan media musik sebagai media dakwahnya. Padahal musik pada saat tersebut adalah sesuatu yang lumrah dan exist ditengah masyarakat. Kesimpulannya adalah musik sebagai media dakwah tidaklah pernah dicontohkan oleh Rosulullah SAW.

Adapun kasus Wali Sanga tidaklah dapat dijadikan sandaran tentang kebolehan berda’wah melalui media musik ini. Sehingga menjadi sesuatu yang janggal pula apabila terdapat partai yang berlabel partai dakwah menggunakan musik dan grup-grup band sebagai alat kampanye dan da’wahnya. Padahal ulama tidak ada yang membolehkan musik dijadikan sebagai alat da’wah apalagi mewajibkannya. Terlebih lagi, grup-grup band yang dipakai umumnya bercirikan kaum hippies, memuja-muja cinta dan gaya hidup pemain band juga hippies.

Penutup

Sebagai kaum muslimin hendaknya kita mematuhi perintah Rosullulah SAW. “diantara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak berguna baginya (HR Tarmizi.).

Musik yang berkembang sekarang bukanlah sesuatu yang bermanfaat, malah didalamnya terkandung ideologi sesat pemuja syahwat. Meninggalkannya adalah yang paling selamat. Sedangkan menggunakannya untuk kepentingan da’wah adalah sesuatu yang patut dipertanyakan.

Wallahu’alam bishawab

Profil Penulis :

Muhammad Herry, mantan Pimred Bulletin Robbani yang terbit di Universitas Andalas, dan merupakan karyawan swasta