Oase Iman Di Negeri Oman

sigitOleh : Hanan WDA [[email protected]]

Hari ini Ahad 30/3/2014 aku telah merencanakan untuk menghadiri Launching LDKI di Surakarta dengan pembicara ustadz Sigit Pranowo Al-Hafizh. Aku berangkat 15 menit sebelum acara dimulai karena jarak lokasi kajian dengan rumahku tidak terlalu jauh, hanya sekitar 5 km saja. Namun, subhanallah pukul 08.50 kutiba di masjid Istiqlal Surakarta ternyata ustadz Sigit beserta rombongan telah berada dalam masjid. Pemandangan yang secara pribadi sudah jarang terjadi di antara ustadz-ustadz masa kini : ON TIME. Lalu aku melaksanakan shalat tahiyyatul masjid kemudian duduk di barisan pertama. Lebih bahagia lagi ketika ustadz Sigit duduk persis di sampingku. Ustadz yang kutahu melalui dunia maya ketika aku masih kuliah di Oman sekarang duduk di dekatku. Kusapa dan kujabat tangan beliau. Ramah, santun dan tawadlu’ itu penilaianku kepada beliau. Pukul 09.05 acara pun dimulai dengan tilawah sebagian ayat-ayat yang terdapat dalam juz 1 oleh ustadz Tri Wahyudi membuat suasana semakin terarah.

Ustadz Sigit Pranowo maupun ustadz Ahmad Sarwat adalah 2 sosok ustadz yang kukumpulkan materi tanya jawab mereka dari internet. Bahkan di notebook ku ini aku memiliki 2 folder khusus untuk mereka. Semua itu kulakukan karena ketika masih kuliah di Oman, dunia ta’lim maupun taushiyah jarang kutemukan tidak seperti ketika masih kuliah di ma’had-ma’had di Indonesia dulu. Sehingga ilmu Islam yang kudapat selama di Oman kudominasi dengan membaca kitab-kitab ulama-ulama salaf, artikel-artikel internet dari Era Muslim, Dakwatuna, LPPI Makasar, Al-Manhaj, Muslim, VOA Islam dan STID DI Al-Hikmah maupun video-video taushiyah dari syaikh Muhammad Al-‘Arifi, syaikh ‘Aidl Al-Qarni, syaikh ‘Awwad Al-Maghamisi, syaikh ‘Utsman Al-Khumais dan syaikh Muhammad Hassan. Ternyata apa yang kurasakan akan keringnya siraman ilmu-ilmu Islam ini juga dirasakan pula oleh teman-teman kuliahku dari berbagai fakultas. Sehingga ketika mereka melihatku asyik mempelajari artikel-artikel tanya jawab dari kedua ustadz ini mereka memintaku untuk menerjemahkannya dalam bahasa Arab secara lisan. Kalau biasanya teks Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka ketika masa kuliah di Oman aku menjadi penerjemah teks Indonesia ke bahasa Arab. Alhamdulillah, kami merasa bahagia karena jiwa kami tersirami dengan taushiyah dengan metode anta tas’alu wa nahnu nujibu / as-sual wa al-jawab [tanya jawab]. Dan hal ini sangat kami butuhkan. Banyak pertanyaan-pertanyaan sederhana yang selama ini kami pendam ternyata telah ditanyakan oleh saudara-saudara kami dan disertai jawaban dari kedua ustadz ini. Syukron lakuma ya ustadzaina.

Memang aku sekarang sudah pulang ke Indonesia, metode belajar tradisi generasi salaf seperti mulazamah dan talaqi sudah kujalani kembali. Tetapi aku tidak akan melupakan jasa kedua ustadz ini ketika aku masih berada di Oman. Secara pribadi mereka berdua sangat berkesan bagiku karena metode mereka menjawab pertanyaan kutiru sampai sekarang. Dan aku juga teringat ketika aku didaulat menjadi murobbi oleh teman-temanku di Oman. Canggung, minder dan malu sempat kualami karena aku menjadi murobbi bagi orang-orang Arab. Metode tarbiyahku kepada teman-teman di Oman adalah memberikan ta’rif ‘am ‘anil Islam [definisi/gambaran umum tentang Islam] yang kumulai dengan materi ‘aqidah. Alhamdulillah, kami telah mengkhatamkan kitab syaikh Muhammad bin Jamil Zainu “Khudz ‘Aqiidata Minal Kitaab Was Sunnah”, kitab Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin “Syarh Ushul Al-Iman”, kitab Syaikh Muhmmad bin Shalih Al-‘Utsaimin “Ushul Fit Tafsir”, kitab syaikh Ibnu Rajab Al-Hanbali “Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam Fi Syarhi Khomsina Haditsan Min Jawami’ail Kalim” dan separuh kitab Syaikh ‘Abdul Ghani Al-Maqdisi “‘Umdatul Ahkam”. Sekarang kami telah lulus dari kampus kami dan kami pun bertebaran di berbagai negara akan tetapi wasiatku kepada teman-temanku seperjuangan dulu di manapun kau berada teruslah melakukan aktivitas at-tafaqquh fid din, berdakwah dan berjihad. Yang bisa kusampaikan kepada kalian dulu hanyalah materi-materi sederhana karena kitab-kitab tadi adalah sebagian kitab-kitab yang pernah kupelajari sewaktu di Indonesia secara talaqi di samping aku menyadari betapa minimnya ilmuku ini. Secara kondisi pun aku belum mampu membawakan kitab-kitab yang besar dan lebih berbobot untuk kalian. Tetapi melihat semangat kalian yang meminta kepadaku untuk taushiyah setiap hari membuatku bersemangat dan berdoa setiap malam “robbi zidnii ‘ilman” agar dikabulkan oleh Allah sehingga aku tergerak untuk muroja’ah kitab-kitab beserta syarhnya dari ustadz-ustadz dan ulama-ulama selama aku di Indonesia.

Sebelum dan setelah shalat Zhuhr berjama’ah aku sempatkan untuk berbincang lagi kepada ustadz Sigit tentang diriku dan diri beliau. Kukatakan dari taushiyah beliau aku semakin bersemangat untuk mengembangkan sayap dakwah. Bahkan kukatakan kepada beliau : Jika LDKI melakukan perekrutan anggota maupun relawan, saya adalah orang pertama yang akan mendaftar. Kuingin seperti Mu’adz bin Jabal ra. yang ketika diutus berdakwah sendirian ke negeri Yaman tanpa berpikir panjang segera melaksanakannya dan tanpa rasa khawatir apalagi takut. Dan kulepas kepergian ustadz Sigit beserta rombongan sampai mereka tidak nampak lagi oleh pandanganku. Syukron ustadz atas ilmunya dan semoga LDKI dimudahkan jalannya oleh Allah dan semoga perjuangan ustadz selancar mobil yang membawa ustadz ke berbagai daerah untuk berdakwah. Aamiin Wallaahu Akbar.