Palestina dan Sesuatu Yang Lain di Athena

Ceritanya sederhana. Andreas Grigoropoulos yang berusia 15 tahun, tewas tertembak di Athewna, Sabtu, 6/12/08. Yang tidak sederhana adalah akibat yang ditimbulkannya. Unjuk rasa yang bernuansa kekerasan berkecamuk di 10 kota Yunani sepanjang dua pekan setelah itu. Mereka menuntut agar pemerintah Yunani harus segera turun kedua polisi yang menembak harus segera diadili. Nuansa kemarahan terasa tampak juga dari dua negeri jiran, Jerman dan Prancis.

Benar bahwa rakyat tidak suka lagi kepada pemerintah atas tuduhan korupsi dan salah urus, serta memburuknya ekonomi Yunani di bawah pemerintahan konservatif Kostas Karamanlis. Namun betapa kematian satu orang anak saja telah menjadi sebuah tragedi nasional bagi mereka, dan membangkitkan semangat untuk mengajukan tuntutan kepada pemerintah.

Di Darfur, Presiden Sudan, Omar Basher dituntut Luis Moreno Ocampo, hakim ketua International Criminal Court (ICC) agar diseret ke pengadilan internasional. Dalam pidato presiden Prancis, Nicholas Syarkozi, saat peringatan hari Hak Asasi Manusia Sedunia bahwa jika Omar Bashir tidak segera mewujudkan perdamaian di Darfur dalam waktu yang ditentukan, maka ia akan diseret ke mahkamah internasional. Sebelumnya, DK PBB atas provokasi AS mengeluarkan resolusi bernomor 1706 tentang pengiriman pasukan internasional ke Darfur. Dalam jangka waktu dua belas tahun, antara tahun 1996-2008 DK PBB sudah mengeluarkan 50 resolusi terkait masalah Darfur ini.

Sementara di negara tetangganya, Isreal masih dengan bebas membantai warga Palestina. Selama masa gencatan senjata, terhitung sejak 19 Juni 2008 hingga awal Desember kemarin Israel telah menewaskan tidak kurang dari 43 warga Palestina.

Bukannya menyampaikan tuntutan solidaritas, negara tetangganya, Mesir malah menutup pintu penyeberangan Rafah sehingga mengakibatkan warga Palestina kekurangan makanan dan obatan. Korban setiap hari makin bertambah. Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmad Abul Ghaiz, bahkan berjanji akan memotong kaki warga Palestina jika berani menyeberang ke Mesir (Surat Kabar Misr Alhurra 10/02(

Empat puluh delapan jam sebelum bombardir Gazza, menteri luar negeri Israel, Tzipi Livni, "sowan" ke Mesir dan sempat berjabat tangan erat dengan Ahmad Abul Ghaiz, seakan memberi tahu akan agenda penting ini. Alasan Israel melalukan penyerangan sederhana; mereka ingin membela diri (aljazeera.net 27/12). Sebuah alasan yang lucu dan patut diketawakan oleh dunia. Sama seperti alasan mereka saat membom Syekh Ahmad Yasin di atas kursi rodanya.

Seusai serangan brutal yang menewaskan 282 korban dan 750 orang luka-luka (28/12) itu pintu penyeberangan Rafah dibuka untuk para korban perang. Sama seperti sebelumnya dibuka untuk menyambut kedatangan utusan-utusan Abu Mazen.

Saat selesai penyerangan itu, seperti yang dilansir oleh Surat Kabar Mesir, Addustur (28/12), pemerintah Mesir menyampaikan pengumuman resmi bahwa Israel tidak bersalah. Kesalahannya adalah pada HAMAS. Sama seperti tuntutan pemerintah AS yang meminta agar HAMAS menghentikan serangan (islammemo.cc , 27/12)

Di Athena ada protes keras untuk satu nyawa, di Palestina ada keacuhan yang tak terkira untuk ribuan nyawa yang tak berdosa. Bahasa kepentingan ikut mempengaruhi keadilan dan kemanusiaan. Logika hukum seakan tak berjalan untuk negara yang bukan muslim. Kasus Darfur tidak lebih besar dari pada kasus Palestina. Kasus pemboman di Mumbai hanya sepersekian dari apa yang selama bertahun-tahun terjadi di kawasan Al-Aqsha. Apalagi dibandingkan dengan yang terjadi di Athena. Namun masih saja hukum itu tak menyentuh penjahat perang Israel yang sudah mendemonstrasikan kebiadabannya kepada dunia. Memang perlu sedikit keberanian dan secuil kepedulian untuk bisa mengangkat muka dan bebaskan diri dari belenggu ketakutan dan orientasi kepentingan.

—————

Profil Penulis

Umarul Faruq Abubakar, kelahiranTilamuta, 30 Juni 1985, sekarang berstatus sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar-Mesir, fakultas Syariah Wal Qanun jurusan Perbandingan Mazhab
Aktifitas : Koordinator Divisi Kajian Studi Informasi Alam Islami (SINAI), Majlis Penelitian dan Pertimbangan Relation Perpustakaan Mahasiswa Indonesia (PMIK) , Koordinator Departemen Keilmuan dan Kepakaran Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orsat Kairo