Urgensi Menjaga Kesehatan Ruhiyah Saat Mudik

Sepuluh hari jelang lebaran, penulis mendapatkan kiriman pesan singkat dari beberapa pengurus teras KAMMI Kepulauan Riau. “Saya izin mau pulang kampung” demikian tulis pesan singkat pertanda penulis dan sebagian pengurus yang lain harus siap-siap bekerja tanpa rekan-rekan yang pulang kampung atau mudik tersebut. Artinya, aktifitas dan beragam pekerjaan organisasi menjadi dua kalilipat untuk pengurus yang tinggal di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Nah, fenomena pulang kampung atau dikenal dengan istilah mudik bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia bahkan untuk sebagian besar masyarakat ini sudah menjadi suatu kewajiban untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal yang menurut penulis mengapa aktivitas mudik lebaran menjadi suatu tradisi yang sulit sekali untuk ditinggalkan.

Pertama, momentum berkumpulnya keluarga besar. Libur yang cukup lama diberikan pemerintah maupun perusahaan adalah suatu hal langka dan hanya dijumpai satu tahun sekali, sehingga sebagian masyarakat berpikir cukup disayangkan jika tidak dimanfaatkan waktu libur ini dengan aktivitas mudik.

Kedua, momentum silaturahim dan meminta maaf pada keluarga terdekat dimulai dari ayah, ibu, om, tante dan lain sebagainnya. Kedua momentum inilah yang penulis pikir yang membuat masyarakat muslim Indonesia berbondong-bondong untuk mudik dan penulis yakin masih banyak alasan-alasan lain yang mendorong mereka melakukan aktifitas mudik tersebut. Kepada rekan-rekan pengurus KAMMI Kepri dan masyarakat muslim Indonesia yang mudik penulis hanya mampu memberikan bekal catatan ini untuk dibaca sebagai renungan.

Pelan tapi pasti, bulan Ramadan akan segera meninggalkan kita. Aktivitas ibadah puasa dan ibadah lainnya yang rajin kita kerjakan sebenarnya menuntut kita untuk menjadi lebih baik lagi dari bulan-bulan sebelumnya. Akan tetapi, sangat disayangkan fenomena mudik di saat sepuluh hari atau sepekan jelang lebaran terkadang membuat sebagian muslim melupakan aktivitas ibadah yang mampu menyehatkan kesehatan ruhiyah.

Disamping penjagaan kesehatan fisik, kesehatan ruhiyah menurut penulis adalah satu hal yang sangat penting untuk dijaga sebagai bukti komitmen kita sebagai muslim sejati, jangan sampai kemudian aktifitas mudik kita justru mengikis kesehatan ruhiyah kita saat mudik, ditambah lagi dengan kesenangan hedonis di saat lebaran adalah suatu hal yang mestinya kita hindari.

Namun, bagi sebagian orang memang rasa-rasanya sulit untuk melakukan aktivitas ruhiyah di saat mudik karena harus bersiap siaga mengantri di pelabuhan atau bandara yang dipadati oleh orang ramai, belum lagi harus senantiasa waspada dari tindak kejahatan yang lazim terjadi.

Pertanyaannya, mengapa kesehatan ruhiyah perlu dijaga? Kita semua sudah mengetahui tujuan dari beragam ibadah khususnya puasa Ramadan yang dijalankan selama sebulan adalah untuk memperoleh derajat takwa sebagaimana firman Allah SWT yang lazim kita baca dan dengar pada QS. Al-Baqarah 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”. Disini terlihat jelas bahwa tujuan puasa itu adalah untuk mewujudkan ketakwaan kita.

Itulah sebabnya, mengapa kemudian kita penting untuk menjaga kesehatan ruhiyah kita karena bukan tidak mungkin gara-gara aktifitas mudik kondisi ruhiyah yang telah kita pupuk menjadi tidak sehat karena pada hakekatnya kesehatan ruhiyahlah yang kelak menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat.

Bagaimana Kita Menjaga Kesehatan Ruhiyah?

Pertanyaannya, bagaimana kita mampu menjaga kesehatan ruhiyah di saat mudik? Ini memang tidaklah mudah, tapi bukan berarti sulit. Tidak ada yang sulit jika kita mau. Jadi memang keinginan yang kuat untuk menjaga kesehatan ruhiyah itu adalah jawabannya. Menurut penulis, jawaban dari pertanyaan di atas juga sangat sederhana yaitu tetap konsisten menjalankan ibadah seolah-olah kita dalam keadaan tidak sedang mudik.

Maksudnya, jika sebelum mudik kita senantiasa membaca Alquran, jangan sampai di saat mudik kita tidak membacanya. Jika sebelum mudik kita rajin qiyamulail (salat malam) jangan sampai kemudian dengan mudik dan rasa lelah yang menghantui semangat kita untuk qiyamulail justru menjadi mengendur. Inilah hal yang harus dijaga jika kita ingin kesehatan ruhiyah kita tetap stabil saat mudik.

Perintah atau keistiqomahan dalam beribadah kepada-Nya juga telah tersirat Allah SWT sampaikan dalam firman-Nya dalam Surat Hud ayat 112 Allah berfirman, “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,”.

Selain itu, ditambahkan juga oleh Allah SWT di ayat yang lain yakni dalam Surat Fushilat ayat 30, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Dan kepada segenap umat muslim ada beberapa hal untuk menjaga keistiqomahan beribadah kita pasca Ramadan nanti yang penulis sarikan dari berbagai sumber dan website yang penulis kutip ada sekitar sepuluh sarana yang dapat membantu kita untuk istiqamah melakukan amal shalih setelah Ramadhan berlalu.

Pertama, Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah agar di berikan hidayah dan keistiqamahan. Di dalam al-qur’an Allah memuji orang-orang yang berilmu ketika berdo’a: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”.QS. Ali Imran (3) : 8.

Kedua, memperbanyak bermajelis dengan orang-orang shalih dan majelis-majelis dzikir seperti, ceramah-ceramah yang didalamnya dikaji permasalahan-permasalahan agama.

Ketiga, mempelajari perjalanan hidup para ulama melalu buku-buku yang membahas hal tersebut atau dengan mendengarkan kaset-kaset dan cd-cd terutama perjalanan hidup para Sahabat -radhiyallah anhum ‘ajma’in- karena dengan hal tersebut bisa membangkitkan semangat-semangat kita untuk meneladani mereka.

Keempat, banyak mendengarkan kaset-kaset ceramah yang berisi nasehat dan wejangan yang bisa membekas dalam hati-hati kita.

Kelima, bersemangat dalam mengerjakan ibadah-ibadah wajib seperti, shalat lima waktu dan mengganti puasa ramadhan. Karena dalam ibadah-ibadah wajib tersebut terdapat kebaikan yang besar dan banyak.

Keenam, besemangat dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunnah meskipun hanyak sedikit, karena sesungguhnya amalan sunnah yang senantiasa kita kerjakan meskipun sedikit itu lebih disukai Allah ta’ala ketimbang amalan yang banyak tapi tidak selalu dikerjakan sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Ketujuh, mulai menghapal Al-Qur’an dan senantiasa membacanya dan membaca apa yang telah dihapal di shalat-shalat wajib maupun sunnah.

Kedelapan, memperbanyak istighfar dan dzikir kepada Allah karena sesungguhnya ia adalah amalan yang ringan tetapi manfaatnya sangat besar yang mana dzikir bisa menambah keimanan dan memperkuat hati.

Kesembilan, Menjauhi sejauh-sejauhnya segala perusak-perusak hati seperti, teman-teman yang buruk, peralatan-peralatan elektronik yang merusak seperti televisi dan lain-lain.

Kesepuluh, atau yang terakhir adalah dengan bersegara bertaubat kepada Allah ta’ala dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubah an-nasuha) karena sesungguhnya Allah sangat bergembira dengan taubat hamba-Nya.

Nah, terakhir marilah kita sama-sama berdoa agar Allah SWT menjaga kesehatan ruhiyah kita terkhusus untuk rekan-rekan kita yang mudik dan Allah SWT tetap memberikan keistiqomahan kepada kita semua umat muslim untuk senantiasa menyembah-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Amin!

R. DACHRONI
Ketua Umum Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PD KAMMI) Kepulauan Riau