Melawan Hegemoni Yahudi

Hegemoni yahudi saat ini benar-benar fenomenal. Tidak ada satu negarapun yang tidak ada pengaruh yahudi. Tidak ada satu sendipun dalam kehidupan yang tidak dijarah yahudi. Guritanya sudah menjalar hingga ke sudut-sudut sempit sekalipun. Sehingga pergerakan mereka sudah sangat leluasa. Mereka dan seluruh anteknya bergerak tidak lagi sembunyi-sembunyi. Semua sudah dapat dibaca dengan kacamata biasa.

Bahkan dalam urusan menjajah palestina pun mereka sudah sangat berani. Sedikit sekali yang peduli – kalau bisa dibilang tidak ada – dengan seluruh sepak terjang mereka dimanapun berada.
Pertanyaannya adalah, mengapa mereka begitu sangat fenomenal seperti sekarang ini ? Jawabannya sederhana. Wahn. Penyakit inilah yang menyebabkan yahudi begitu sangat mudah melilitkan pengaruhnya pada dunia. Penyakit Cinta Dunia ini sudah diinformasikan Rasulullah SAW jauh-jauh hari sebelum ia meninggalkan umatnya menghadap Allah. Dari sinilah penyakit-penyakit lain bermunculan.

Bila wahn menjalar dalam darah seorang muslim, maka Allah bukan lagi satu-satunya Ilah dalam hidupnya. Allah perlahan-lahan akan digeser oleh duniawi yang begitu menyilaukan. Dan jalan kerusakan akan dengan mudah terbuka baginya. Rasa takut perlahan akan memudar. Dan puncaknya adalah lenyapnya kemampuan mengingat mati. Baginya dunia satu-satunya tempat meneguk seluruh kebahagian dengan gelimangan duniawi.

Melalui pribadi-pribadi inilah antek yahudi menusukan racunnya. Menebarkan ranjau-ranjau berbahaya. Dan bila wahn sudah akut dalam kehidupannya, maka dengan sangat mudah ia akan terperangkap. Perlahan-lahan namun pasti, mereka yang sudah masuk perangkap akan digiring menjadi domba-domba peliharaan yahudi. Merekalah yang akan menjalankan seluruh agenda tersembunyi yahudi.

Yahudi bukanlah makhluk tercerdas yang pernah ada. Mereka tidak berbeda dengan kita semua. Baik muslim, kristen, budha, hindu, konghuchu, maupun yang lainnya. Apalagi jika ditelusuri lebih jauh, yahudi yang tersisa sekarang bukanlah yahudi asli keturunan bani israel. Mereka keturunan Kabilah Tartar kuno yang hidup di Kaukus yang mengalami yahudisasi.

A. Koestler dalam bukunya “The Thirteenth Trible: The Khazar Empire and its Heritage, menunjukkan bahwa mayoritas yang menentukan Yahudi zaman sekarang ini bukanlah dari keturunan Bani Israel yang dulu pernah hidup di Palestina. Bahwa mayoritas Yahudi sekarang ini, mereka dari keturunan Yahudi Khazar, mereka aslinya dari kabilah Tartar Kuno yang hidup di kawasan Kaukas, yang pada abad ke-6 M mereka mendirikan kerajaan sendiri di wilayah barat laut dari laut Khazar (Khazwin). Pada abad ke-8 kerajaan ini mengalami Yahudisasi, hingga raja kerajaan ini yang bernama Polan masuk Yahudi pada tahun 740 M.

Kerajaan Khazar ini jatuh pada akhir abad ke-10 dan awal abad ke-11 di tangan kekuatan aliansi Rusia dan Bizantium. Selanjutnya orang-orang Yahudi menyebar di Rusia, Eropa Timur dan Eropa Barat. Sebagian dari mereka menatap di bumi Andalusia pada masa pemerintahan Islam. Setelah Andalusia jatuh ke tangan penjajah Spanyol, mereka orang-orang Yahudi ramai-ramai hijrah ke wilayah Afrika Utara hingga mereka mendapatkan perlindungan kasih sayang dari kaum muslimin di sana.”

Fakta ini bukanlah justifikasi bahwa yahudi keturunan bani israil lebih superior. Namun hanya sebatas fakta bahwa yahudi yang mengangkangi dunia saat ini bukanlah yahudi keturunan bani israil. Dan tidak ada kewajiban bagi kita menghormatinya. Selain itu, fakta ini menunjukan bahwa yahudi yang sekarang bukan tidak bisa dilumpuhkan. Meskipun guritanya sudah terlalu akut.

Karena jika melihat dari sepak terjang mereka, setidaknya ada beberapa senjata utama yang menjadi andalan yahudi. Pertama, Ekonomi. Ini adalah senjata utama mereka. Dengan kekuatan ekonomi, mereka bisa melumpuhkan siapapun. Tak terkecuali negara sekalipun. Ini dapat dilihat bagaimana mereka menggerakan revolusi perancis. Melalui kekuatan uang yang mereka punya, melalui dinasti Rothschild, mereka dengan mudah menjerat orang-orang berpengaruh dalam kerajaan. Dari tangan merekalah revolusi dimulai. Menguasai inggris raya dan Amerika.

Di Amerika sendiri, sebagian besar – jika bisa dibilang seluruhnya – pelaku ekonomi adalah orang yahudi. Sebagian besar dari mereka adalah pemilik modal. Tak heran jika seluruh media di amerika berorientasi zionis yahudi. Karena memang hidup dan tidaknya media di sana tergantung dari kantong pemilik uang yahudi. Jika mereka sedikit saja membangkang keinginan yahudi, aliran modal akan diputus. Dan itu artinya putus pula urat nadi media yang bersangkutan.

Dengan kekuatan uang pula yahudi mengikat leher senator-senator maupun presiden di amerika. Ebagaimana kita ketahui, setiap senator maupun presiden yang ingin melamgkah ke gedung putih haruslah melalui tahap kampanye. Tahap ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Celah inilah yang dimanfaatkan yahudi.

Terdapat 36 nama-nama penggalang dana kampanye bagi Obama yaitu: Sheldon Adelson seorang Republikan, neokonservatif dan seorang ‘mega-donor’, Sherry Lansing penggalang dana dan donatur utama Partai Demokrat, pernah menjadi perempuan pertama yang memimpin Paramount, salah satu studio film terkemuka di Hollywood, Eli Pariser memimpin situs MoveOn.org, situs advokasi online beraliran liberal yang menggalang dana untuk kandidat presiden dari Partai Demokrat, Penny Pritzker ketua nasional bidang keuangan kampanye Obama, seorang milyader berasal dari keluarga Yahudi yang dikenal kerap menjadi donatur besar, Denise Rich mantan istri milyader March Rich, seorang penggalang dana terbesar bagi Partai Demokrat, Barbra Streisand penyanyi terkenal yang menjadi ikon Yahudi-liberal dan penggalang dana bagi Yahudi, mendukung Obama dan berhasil menggalang dana sebesar 25.800 dollar dari kalangan selebritis Hollywood.
Dengan kekuatan tersebut, mereka dengan mudah membentuk bank-bank.

Dengan bank-bank ini mereka memberikan pinjaman yang sifatnya merugikan melalui konsep riba. Dengan riba ini mereka bisa menangguk keuntungan berlipat dan mengendalikan si peminjan dengan kebijakan yang berorientasi kepentingan global mereka.

Sampai saat ini kekuatan itu masih dengan tegap berdiri. Salah satunya yang paling berpengaruh adalah IMF. Lembaga yang satu ini benar-benar dimanfaatkan yahudi untuk mendikte negara donor. Dalam setiap penjaman, negara donor harus mensepakati letter of intent (LoI) yang isinya tentu saja sesuai kehendak donatur. Dan dengan ribanya, sebuah negara donor akan terus-menerus terikat secara ekonomi. Di sisi lain pemilik modal yahudi menginvestasikan modalnya di negara tersebut dan berusaha mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya. Akibatnya, perekonomian bukan semakin baik. Justru sebaliknya. Dan IMF kembali datang dengan topengnya seolah-olah penyelemat. Memberikan pinjaman kembali dengan bunga lunak.

Bisa di bayangkan, seberapa dalam negara tersebut terpuruk. Belum jika kita berbicara persentase dana yang dikorup pejabat.

Sampai saat ini IMF bercokol di banyak negara berkembang. Dan dapat dilihat, mereka yang menghiba dengan IMF selalu terkena imbas krisis. Baik krisis regional maupun global. Malaysia salah satu contoh negara yang tidak berhubungan dengan IMF melainkan IDB (Islamic Development Bank) tampak tidak begitu terpengaruh dengan krisis global saat ini.

Indonesia sendiri, sejak zaman soeharto sudah terikat kuat dengan IMF. Dan sampai saat ini, hutang tersebut masih mengikat leher bangsa kita. Entah berapa puluh tahun lagi kita bebas dari IMF. Dan celakanya, beberapa oknum dengan berani mengusung konsep ekonomi global dengan mengusung konsep American Consensus.

Ekonomi global yang dikembangkan yahudi benar-benar menguntungkan mereka. Melalui alat tukar uang kertas, mereka dapat dengan mudah mengendalikan perekonomian global. Padahal uang kertas sendiri di dalamnya sangat jelas mengandung konsep riba. Sebab nilai instrinsiknya berbeda dengan nilai ekstrinsik.

Arab Saudi tercatat negara yang nilai inflasinya 0 %. Selain kekayaannya melimpah, mereka menggunakan dinar dan dirham sebagai alat tukar. Walaupun dalam pasar global Arab Saudi masih menggunakan uang kertas real dengan kurs Dolar Amerika.

Oleh karena itu, satu-satunya jalan keluar dari kekangan hegemoni yahudi adalah keluar dari pasar bebas dan kembali ke konsep ekonomi islam dengan dinar dan dirham sebagai alat tukar. Atau paling tidak berhenti menghiba dengan IMF dan segera berpaling ke ADB.

Kedua, Pendidikan. Sebelum jauh yahudi menancapkan kukunya di palestina, mereka terlebih dahulu membangun Universitas Hebrew di sana. Yahudi tahu betul manfaatnya pendidikan. Selain itu, dengan iming-iming beasiswa, mereka merekrut sebanyak-banyak pemuda-pemudi islam yang potensial. Mereka diberi beasiswa dan semua fasilitas yang dibutuhkan. Namun dibalik itu, mereka menyimpan agenda terselubung. Yakni cuci otak. Atau paling tidak menjauhkan mereka dari millah islam untuk kemudian mengikuti millah kafir dan kalau bisa millah yahudi.

Sudah banyak contoh alumni luar negeri kita yang ‘kebelinger’ akibat studi di luar negeri. Celakanya lagi, mereka yang menerima beasiswa belajar adalah alumni perguruan tinggi islam. Mereka memperdalam islam bukan dari sumber islam semacam Al-Azhar melainkan universitas-universitas sekular. Bisa dibayangkan bagaimana hasilnya. Meskipun Profesor pembimbing mereka adalah profesor islam. Namun kebanyakan dari profesor tersebut adalah profesor pelarian yang salah jalan dan di deportasi dari alumni asalnya.

Padahal pendidikan memegang peranan penting dalam kedidupan. Rasul pernah bersabda: “Jika kamu mengiginkan dunia berilmu. Jika menginginkan akhirat berilmu. Dan jika menginginkan dua-duanya, berilmu.”

Dan kekalahan kita bukan karena Yahudi terlalu pintar buat kita. Melainkan kita yang mau dibodohi. Sehingga apapun yang ditawarkan tanpa filter dengan bangga kita serap dan telan mentah-mentah. Bukankan Allah sudah mengingatkan kita “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang pada mu sampai kamu mengikuti millah mereka.”

Dengan kepala yang kosong dari ilmu, yahudi akan sangat mudah mendikte dan menyeret kita ke dalam perangkap mereka. Dan dengan sadar dan bangga kita mengikuti semua millah mereka. Saat itulah kita akan sulit bangkit dan tahu bahwa yang kita banggakan adalah sesuatu yang justru berbahaya bagi kita.

Ketiga, Intelegen. Sampai saat ini, belum ada satupun negara atau badan yang mempunyai intelegen berbasis islam. Sejarah mencatat superioritas tentara islam saat itu. Rasul bukanlah anak manja yang harus selalu dibantu malaikat. Rasul bukan tipe demikian. Rasul tipe pejuang sejati yang tidak pernah merengek serta menggunakan semua kemampuan yg dimiliki. Dan perang tanpa inteligen sama saja dengan bunuh diri. Salah satu dari kemampuan itu adalah intelegen. Rasul punya intelegen yang sangat mumpuni. Terbukti seorang wanita yang mencoba mengirimkan surat ke makkah dalam rambutnya dapat diendus. Dan tanpa intelegen pula, maka hijrah rasul ke madinah tidak akan pernah berhasil.

Sayangnya umat islam belum mengembangkan ini. Sementara Mossad, CIA, KGB, dll benar-benar dimanfaatkan sebagai sarana menguasai lawan. Mereka bukanlah manusia-manusia super dan serba bisa. Kelebihan mereka hanya menghalalkan segala cara.

Iraq, afganistan, dan negara-negara lain yang dikangkangi amerika tidak lepas dari operasi intelegen. Mereka sengaja menagadakan spionase untuk kemudian menghembuskan kabar bohong dan fitnah pada dunia. Senjata pemusnah massal saddam sampai saat ini belum bisa dibuktikan kebenarannya. Lalu dari manakah Amerika bisa yakin bahwa senjta tersebut ada. Tidak lain dan tidak bukan adalah informasi intelegen.

Sekali lagi, intelegen mereka bukan tidak bisa dilumpuhkan. Hanya kita belum mau melirik ke arah sana sebagai sarana perlawanan. Saatnya intelegen islam bangkit. Setidaknya melawan usaha spionase pihak-pihak islamofobi terutama yahudi. Bukankah melawan pedang harus dengan pedang.

Keempat, Organisasi yang rapi. Syaidina Ali pernah berkata: “Kejahatan yang terorganisir akan bisa mengalahkan kebaikan yang tak terorganisir.” Yahudi memproklamirkan Israel Raya pada tahun 1948 bukanlah serta-merta. Usaha mendirikan negara tersebut jauh-jauh hari sudah diorganisir. Dimulai sejak tahun 1891 di bessel swiss. Melalui semua sayap organisasi yang ada mereka bahu-membahu membangun kekuatan. Dan kita, sejak runtuhnya khilafah, bagai buih di tengah laut.

Inilah beberapa hal yang menjadi kekuatan yahudi sekaligus kelemahan kita. Saatnya kita bangkit dengan kepala tegak melawan yahudi.

Dengan organisasi yang rapi dan menghilangkan semua perbedaan yang ada, kita bisa dengan mudah membangun kekuatan ekonomi dengan berpaling dari ekonomi kapitalis. Mengganti alat tukar dengan dinar dan dirham. Dengan ini dunia pendidikan akan sangat kita bangun untuk kemudian menggembleng putra-putri kita dengan ilmu yang bermanfaat dan menjauhkan mereka dari kerusakan akibat sistem pendidikan yang salah.

Saatnya kita bangkit. Menatap masa depan dengan penuh ridha dari Allah. Karena sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Dimulai dari diri pribadi dan rumah tangga kita. Menanamkan La Ilahailallah yang sedalam-dalamnya pada diri pribadi, rumah tangga, dan lingkungan.

Melalui momen pilpres, kita harus bijak menentukan pilihan. Mana dari pilihan-pilihan tersebut yang beraliansi kemaslahatan umat. Mana pula yang beraliansi menuju kerusakan. Mudah-mudahan Allah menurunkan rahmat dan pertolonganNya pada kita. Allahu wa’lam bishshawab.

Supriyadi, S.Si, warga Bandar Lampung yang sekarang bekerja di Banda Aceh NAD sebagai dosen Perguruan Tinggi Swasta di Banda Aceh, Pemerhati masalah Timus Tengah