Islam, Penguasa dan Terorisme

Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Ideologi Islam yang mulia, yang diajarkan dan dibawa oleh Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW, sejak dahulunya memang sudah mendapat perlawanan. Di jaman Rasulullah, kita pasti masih ingat akan golongan ummat yang tidak menyukai berkembangnya ajaran Islam, yaitu kaum kafirin Qurais. Mereka selalu melakukan teror dan perlawanan agar ajaran Islam tidak dapat tersebar dan menjadi ajaran baru yang tentunya berbeda dengan ajaran nenek moyang mereka yang kita ketahui bersama sangatlah tidak manusiawi dan biadab.

Begitulah sifat orang-orang yang tidak menyukai Islam. Ketika Islam dianggap membahayakan posisi mereka, mereka kaum kafirin akan selalu berusaha untuk menjatuhkan Islam.

Malangnya, model-model pemikiran kaum Quraisy ini sampai sekarang masih ada. Mereka menamakan diri mereka kaum liberalis, sekuler, dan pluralis. Mereka berusaha untuk melakukan “amandemen” terhadap ajaran Islam. Berbagai cara kemudian dilakukan untuk menyudutkan Islam. Mulai dari memunculkan berbagai fitnah yang kejam sampai kepada mencoba untuk merusak ajaran Islam yang sangat murni dan mulia ini.

Islam dianggap agama yang keras, kejam, suka membunuh, suka menimbulkan kerusuhan dan perlawanan dan menimbulkan ketidakharmonisan dalam kehidupan. Munculnya aksi-aksi terorisme oleh sekelompok orang yang memang kurang memahami konsep ajaran Islam yang utuh dijadikan alasan dan dimanfaatkan untuk membangun wacana dan opini bersama, bahwa Islam adalah agama teroris. Islam dianggap ajaran yang menghalalkan bunuh diri dengan membunuh orang-orang yang dianggap berbeda dengan Islam.

Kata-kata “jihad” yang mulia, yang selalu dipakai oleh Rasulullah untuk membangkitkan semangat kaum muslimin untuk menegakkan dan menjaga agama Allah ini sepertinya sudah menjadi kata-kata yang sangat biadab, keji, menakutkan dan siapa saja yang mengeluarkan kata itu akan ditekan, bahkan dianggap teroris yag harus diperangi dan dilawan. Dan itu semua adalah pemikiran dari kaum-kaum yang selalu ingin menghancurkan agama Islam yang mulia ini.

Islam oleh kaum liberal dianggap sebagai ajaran yang membahayakan. Kaum ini selalu berusaha untuk membangun wacana-wacana agar ajaran Islam yang murni dan mulia itu hanya berupa ajaran-ajaran yang sederhana saja, seperti sholat, puasa, zakat, infaq dan lain-lain. Tidak perlulah belajar jihad, kebangkitan ummat, dan sejenisnya karena ajaran seperti itu dianggap membahayakan kaum liberal. Dengannya akan muncul semangat perjuangan yang tentu saja oleh kaum liberal, plural, dan sekuler dianggap akan mengganggu pergerakan dari paham kafir ini.

Sangat keji opini yang dibangun di masyarakat. Setiap orang yang memakai simbol-simbol Islam dianggap teroris, seperti memakai jubah, peci, sarung, berjenggot, bersorban dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan keislaman, seperti Rohis di SMA-SMA, kegiatan pengajian di mesjid-mesjid, belajar agama, kegiatan dakwah kampus semuanya sekarang diawasi. Kegiatan seperti itu dianggap akan sangat berbahaya karena dikhawatirkan akan melahirkan dan menciptakan generasi-generasi terorisme.

Mereka-para teror akidah-menggunakan alasan ini untuk mematikan pergerakan kaum muslimin, para da’i, para pejuang agama, yang memiliki semangat yang tinggi dan ihklas untuk menyebarkan agama. Opini yang terbangun di masyarakat adalah bahwa Islam adalah ajaran yang sangat berbahaya, tidak sesuai dengan peri kehidupan manusia yang damai, aman, dan penuh kasih sayang. Padahal ajaran tentang kasih sayang berasal dari agama Islam.

Sungguh biadab para teror akidah ini. Malangnya teror ini dilakukan oleh para penguasa yang seharusnya melindungi setiap ajaran agama. Mereka padahal kebanyakan orang Islam juga yang dididik dengan ajaran Islam, sudah mengenal Islam sejak kecil. Namun anehnya malah mereka sendiri yang sepertinya tidak mengerti tentang ajaran Islam yang sejatinya sangat mulia dan luhur.

Semua pihak sepertinya saling mendukung untuk menyudutkan agama Islam, baik penguasa, media, dan tentu saja kaum kafirin dengan ajarannya yang sejatinya sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Dari sini kita dapat melihat bahwa mereka- para penguasa- telah benar-benar terpengaruh oleh paham-paham kaum liberal, sekuler, dan pluralisme dan mungkin sudah menjadi bagian dari mereka.

Sedikit demi sedikit ajaran Islam mulai hilang dari diri mereka. Yang ada tinggallah amalan-amalan sehari-hari, seperti sholat, puasa hanya demi menutupi identitas mereka agar tetap dianggap Islam. Namun secara bathiniyah, ajaran Islam yang murni dan mulia itu semakin lama semakin tergerus dari diri mereka. Setiap saat ejekan terhadap ajaran Islam yang dianggap “biadab” selalu dilontarkan, bahkan dari orang yang mengaku beragama Islam sendiri. Tidak ada lagi kebanggaan menjadi kaum muslim. Tentu saja lontaran itu dari mereka-mereka yang sesungguhnya tidak mengerti ajaran Islam dengan baik, ajaran Islam yang sangat mulia dan luhur.

Oleh karena itu, sebagai intelektual muslim, sebagai generasi penerus Islam, yang berusaha untuk selalu menghidupkan ajaran Islam, dan berjuang untuk tegaknya kalimah Allah SWT, kita harus selalu berjuang dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan ajaran yang mulia ini. Jangan takut terhadap penguasa karena merekalah yang sesunggunya teroris, yang selalu melakukan teror terhadap agama Islam, yang terang-terangan menyebutkan bahwa agama Islam adalah agama yang perlu untuk selalu diawasi karena dianggap sangat berbahaya.

Namun demikian, jangan lupa bahwa kita dituntut untuk selalu menunjukkan akhlak yang mulia, kata-kata yang baik dan sikap yang mulia dalam menyikapi setiap tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh para teror akidah itu. Hadapilah dengan sabar dan ikhlas karena Allah SWT akan selalu melindungi dan membantu kaum muslimin. Namun demikian, tekad untuk selalu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran harus selalu ditegakkan, dan jangan sampai melemah hanya karena takut akan dicurigai oleh para penguasa. Takutlah hanya kepada Allah SWT semata yang sejatinya adalah pemilik jasad dan ruh ini.

Lebih baik menjadi orang Palestina, yang terjajah secara fisik namun merdeka secara batin. Mereka bebas melakukan apa saja untuk berjuang menegakkan kalimah Allah, daripada merdeka secara fisik namun terjajah secara batin, sebagaimana kita yang selalu takut, mendapat tekanan, dan menjadi lemah untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini”.
Wallahua’lam.

Syaiful Amri Saragih; Fakultas Pertanian, UGM