Menggugat Mr. Khan

My Name is Khan adalah sebuah film yang mengangkat isu sensitif yang masih berkembang hingga saat ini di mata dunia barat. Rizvan Khan, dibintangi Shahruk Khan, adalah seorang muslim India yang menetap di Amerika. Statusnya sebagai seorang muslim mebuatnya terus-terusan mendapat gelombang tekanan yang hebat. Terlebih pasca kejadian 9/11. Suatu ketika istrinya mengalami depresi berat akibat terbunuhnya anak mereka dalam sebuah insiden. Kematian itu terasa sangat membekas dan meninggalkan luka yang menganga bagi Mandira, istri Rizvan Khan. Mandira mempersalahkan keputusannya menikah dengan seorang muslim sehingga menyebabkan terbunuhnya Sam, anak mereka. Secara sadar sang istri meminta suaminya memberitahukan kepada seluruh rakyat Amerika bahwa Rizvan Khan adalah seorang muslim dan ia bukan teroris. Entah pernyataan Mandira hanyalah luapan kekesalan semata atau memang ia meminta untuk itu dengan sengaja.

Perjalanan panjang ditempuh Rizvan dalam kondisi tidak normalnya akibat gangguan mental yang dikenal dengan sindrom aspergus. Rizvan membulatkan tekadnya untuk menemui presiden amerika guna menyampaikan suatu sikap yakni “My Name is Khan, and I’m not a Terrorist”. Berbulan-bulan dan berbagai upaya dilakukan demi niatan tersebut. Hingga akhirnya ia berhasil menemui presiden amerika dan menyampaikan pesannya. Pesan ini ternyata menjadi sebuah kekuatan tersendiri bagi muslim yang hidup di Amerika. Setelah berbagai perlakuan tidak menyenangkan pasca tragedi World Trade Center, apa yang dilakukan Khan memberikan sebuah harapan bagi muslim Amerika dan dunia pada umumnya untuk bangkit dan memulihkan citra mereka dari segala stigma negatif yang melekat selama ini. Bahwa Islam adalah teroris, cinta kekerasan dan berbagai pandangan sinis lainnya adalah sebuah kesalahan besar.

My Name is Khan menghadirkan gambaran tentang nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan yang dicitrakan pada sesosok pria yang tidak normal secara mental. Namun di tengah keterbatasan tersebut justru Rizvan-lah yang mampu mengetuk pintu hati jutaan rakyat Amerika tentang bagaimana agama itu mengajarkan keindahan. Agama tidak pernah mengajarkan kebencian, dendam, dan pembunuhan atas nama jihad.

Di tengah kegemilangannya menceritakan tentang persamaan dari segenap perbedaan. Film ini menurut hemat saya haruslah mendapatkan filtrasi secara sehat dalam mencerna dan memilah nilai-nilai yang ditanamkan. Secara tidak langsung saya menangkap adanya sinyal yang menceritakan bahwa semua agama adalah sama. Tidak ada perbedaan antara umat Islam dan umat Hindu. Yang ada hanyalah manusia baik dan manusia tidak baik. Seperti itulah salah satu dialog dalam film tersebut. Memang benar adanya bahwa agama secara substansial mengajarkan kepada kebaikan. Karena memang itulah definisi agama secara harfiah. A itu tanpa, gama berarti kerusakan. Sehingga agama berarti tanpa kerusakan. Namun Islam bukanlah sekedar agama, Islam adalah diin yang maknanya jauh melampaui makna agama itu sendiri. Islam bukan sekedar agama ritual. Islam adalah bagian kehidupan yang melekat dalam diri setiap muslim. Tidak ada suatu hal pun yang islam tidak ada di dalamnya. Dengan demikian konsep bahwa tidak ada yang membedakan antara Islam dan Hindu tidak bisa secara mutlak diterima. Tanpa disadari bisa jadi para penikmat film tersebut langsung beranggapan bahwa semua agama adalah sama dan itu berarti tidak adanya batasan yang berarti antar setiap agama. Jika penonton tidak cerdas dalam menikmati film ini maka akan terjadi distorsi dalam menafsirkan substansi ceritanya.

Mengenai konsep bahwa hanya ada dua manusia yakni manusia baik dan manusia tidak baik adalah sebuah konsep pemikiran yang sangat dewasa. Karena kebaikan dan keburukan sifatnya general sehingga harus dikembalikan kepada apa nilai tersebut bersandar.

Mandira, istri Rizvan, adalah seorang Hindu. Akan tetapi Rizvan Khan tetap berkeras untuk menikahi mandira meskipun pernikahan mereka ditentang dengan sangat keras oleh adik Rizvan sendiri, Zakir. Zakir berkata bahwa adalah haram menikahi wanita yang memiliki beda keyakinan. Lagi-lagi Rizvan mengatakan bahwa tidak ada yang membedakan antara Islam dan Hindu, yang ada hanyalah manusia yang baik dan manusia yang buruk. Lalu sebenarnya seperti apa Islam itu diposisikan? Apakah agama tidak menjadi pondasi, prinsip, landasan berpikir umatnya. Bukankah Islam seharusnya dijadikan pegangan dalam mengarungi kehidupan dunia untuk meraih kebahagiaan akhirat. Dengan demikian sudah selayaknya seorang muslim mengikuti segala aturan yang ditetapkan agamanya. Bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin. Setiap jengkal perintah dan larangan yang dijelaskan dalam al-quran dan sunah serta ijtihad para ulama adalah sebuah hal yang mutlak untuk diikuti. Karena Islam berlandaskan pada keyakinan, pada keimanan bahwa tidak ada diin selain Islam. Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa seorang muslim haruslah menikahi seorang muslim juga atau menikahi seorang ahli kitab. Lantas siapa ahli kitab? Ahli kitab adalah orang yang menjadikan kitabnya untuk memahami ayat-ayat Allah.

Lantas apakah seorang Hindu termasuk ahli kitab. Sementara agama mereka adalah agama ardi, buatan manusia. Lantas bagaimana seorang Hindu bisa memahami ayat-ayat Allah.

Liberalisme telah menjadi bagian dari kehidupan dunia barat. Semua bebas melakukan apa saja atas dasar pengakuan hak asasi manusia. Akan tetapi dalam keberjalanannya justru tidak jarang hak asasi manusia itu sendiri yang dilanggar. Seorang muslim tidak pernah dibenarkan untuk berdoa bersama dengan pemeluk agama lain. Setidaknya hal tersebut yang penulis pahami. Dalam salah satu bagian ceritanya, Rizvan Khan yang seorang muslim melakukan doa bersama dengan pemeluk agama Kristen di gereja. Fenomena yang terjadi seolah ingin menjelaskan bagaimana sebuah nilai kemanusiaan bisa melewati tembok keangkuhan yang sering terjadi antar pemeluk agama.

Islam sangat mengajarkan kasih sayang kepada umatnya. Tidak ada contoh yang lebih baik bagi umat manusia seperti apa yang ditunjukkan oleh Rasul Muhammad saw tentang arti kasih sayang sesama manusia. Akan tetapi untuk masalah akidah, Islam menggariskan bahwa untukku agamaku dan untukmu agamamu. Tidak ada toleransi kepada siapapun untuk masalah keyakinan. Bahkan untuk berdoa bersama dengan pemeluk agama lainnya.

Ini hanyalah pandangan pribadi saya sebagai seorang penikmat film My Name is Khan. Saya hanya ingin menawarkan sebuah sudut pandang lain dari film tersebut. Untuk mencoba mengubah arah distorsi yang mungkin terjadi untuk kembali pada sudut yang semestinya. Jangan sampai film ini menanamkan sebuah dogma yang salah ketika kita tidak bisa menangkap substansi film dengan bijak. Secara keseluruhan film ini cukup baik untuk ditonton karena cukup banyak hikmah yang bisa kita gali. Semoga kita menjadi penonton yang cerdas.

Andri