Janganlah Menjadi Begundalnya Amerika

Persahabatan Indonesia dan Amerika Serikat tampaknya semakin akrab saja. Padahal apabila merujuk pada falsafah politik luar negeri Indonesia yang anti penjajahan, amerika adalah negara yang sangatlah bertolak belakang dengan apa yang menjadi platform polugri Indonesia. Namun ternyata negri ini tidak konsisten dengan platformnya, akan tetapi malah berkawan dengan sang penjajah.

Kedekatan hubungan ini memang diakui sendiri oleh Presiden SBY dengan mengatakan bahwa Indonesia ingin memperbaharui komitmen kedua negara untuk meningkatkan hubungan kerja sama bilateral menyeluruh ke tingkat yang lebih tinggi, dan menyambut baik kerja sama antara Indonesia dan AS di berbagai bidang. (antaranews.com 16/05/09). Bahkan SBY juga pernah mengatakan bahwa Amerika adalah negara keduanya, ia berucap " I love the United State, with all its faults. I consider it my second country".

Sementara itu, Menurut Obama, hubungan AS dan Indonesia sangatlah baik hingga kini. "Hubungan AS dan Indonesia selalu penuh persahabatan dan berlanjut secara baik". Ujarnya

Sebagaimana kita ketahui, sampai detik ini, Amerika adalah negara penjajah. Terutama penjajahan dilakukan di negri-negri muslim. Sejatinya Indonesia juga tidak terhindar dari penjajahan ala kapitalisme Amerika, meskipun dalam bentuk penjajahan secara non fisik. Setidaknya terbukti, sudah sekian lama sumber kekayaan alam Indonesia di jarah oleh Amerika.

Sampai saat ini, dunia sudah dibuat menderita karena penjajahan AS. Baik secara hard power ataupun soft power. Tidak hanya di kawasan Asia namun benua Afrika tidak luput dari kekejaman Amerika, puncaknya adalah serbuan tentara Amerika ke Irak dan Afghanistan. Amerika dan sekutunya NATO telah membunuh 1,3 juta penduduk sipil tak berdosa. Di Afghanistan, 2116 warga sipil terbunuh pada 2008. Bahkan saat ini setiap harinya, rata-rata 26.500 anak-anak tewas akibat kekejaman ekonomi kapitalisme global. FAO memprediksi tahun 2009 jumlah orang kelaparan di dunia akan mencapai 963 juta jiwa (Kompas, 10/12/2008).

Pertanyaanya, apakah para elit di negri ini tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, sehingga tetap bersahabat dengan Amerika. Mereka seperti terbuai dengan kemajuan dan kemegahan di Amerika padahal sebenarnya keropos di dalamnya. Sebagaimana diberitakan, semenjak krisis global, ribuan perusahaan mereka bangkrut, lapangan pekerjaan menjadi berkurang sehingga angka pengangguran membludak. Belum lagi bicara moral, angka kriminalitas, seks bebas dan lainnya. Inilah buah dari demokrasi kapitalisme yang begitu diidam-idamkan.

Baru-baru ini, pemimpin kedua negara ketika bertemu disela-sela KTT G20 juga telah mencapai kesepakatan babak baru kerjasama, diantaranya adalah di bidang pendidikan, dimana AS siap menginvestasikan U$S 165 juta untuk 5 tahun.informasi ini disampaikan Juru Bicara Presiden RI, Dino Patti Djalal, dalam rilisnya kepada wartawan. Dino mengikuti pertemuan Presiden SBY dengan Presiden Obama di Metro Toronto Convention Centre (MTCC), Toronto, Kanada, Minggu (detik.com 28/07/10). Kerjasama ini juga perlu di waspadai, sebab selain amreika mengincar keuntungan materi, tampaknya juga mengincar keuntungan ideologi, sebagaimana banyaknya akademisi alumni pendidikan arahan amerika yang mindsite berfikirnya menjadi pola pikir sekuler, berkiblat pada Amerika.

Di bidang militer, kerjasama kedua belah pihak juga semakin erat, paling tidak hal itu tercermin dari beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh kedua angkatan bersenjata. Pada tanggal 30 Mei 2010, TNI AL bersama Angkatan Laut Amerika dengan nama Naval Engagement Activity (NEA) menggelar latihan militer bersama. Kegiatan ini mengambil tempat di Pusat Latihan Pertempuran Korps Marinir Karangtekok, Situbondo. yg perlu di waspadai adalah apabila Amerika kemudian hanyalah ingin membangun pangkalan militer di Indonesia, seperti halnya di tempat-tempat lain. Hal Ini tentunya harus dicegah karena berbahaya, hanyalah akan memperdalam penjajahan.

Selama Indonesia semakin mendekat dengan Amerika, maka negri ini hanyalah tetap menjadi korban. Secara ekonomi dirugikan, begitu juga secara politik, sosial maupun budaya. Senyum manis Obama tidak akan mengubah citra Amerika sebagai negara penjajah dengan status muhariban fi’lan.

Ingat pesan Allah: ”Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS Al Mumtahanah: 9).

Karena itu, apabila Indonesia mau menjadi negara yang kuat dan bermartabat, maka tidak perlu menjadi begundalnya Amerika. Namun harus berani tampil percaya diri menerapkan sistem Islam dalam bingkai negara khilafah Islamiyah. Syariah Islam akan menuntun Indonesia dan negri-negri Muslim lain menjadi negara maju dan sejahtera. Mandiri secara ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Wallahu a’lam.

Ali Abdurrahman
PemRed Majalah Bengawan Rise