Kisah Warga Lombok: Kami, Korban Pariwisata

Eramuslim.com – Bertakbir sambil menangis. Ya, dalam getar suaranya, mereka memang bertakbir sambil menangis. Lepas sholat Ied, Rabu (22/8), usai Ustadz Bachtiar Nasir memberikan ceramahnya, takbir berkumandang. Ada kesenangan berbalut duka yang kental. Bersyukur para korban ini bisa bertemu dengan Iedul Adha.

Catatan seorang warga terdampak gempa, salah satu warga Lombok Utara.

Alhamdulillah. Gempa ini sejatinya membawa berkah. Mengingatkan tradisi baik. Alih-alih membela devisa pariwisata malah  justru menganggap pariwisata membawa perubahan. Ya, devisa besar, tidak mampu membeli kebahagian.

Kalau anak-anak terbiasa melihat botol miras dan ikut menenggak isinya, macam bule-bule di pinggir pantai. Orang tua mana yang akan bahagia? Melupakan sholat, melupakan pendidikan, acuh pada masa depan. Orang tua mana yang akan bahagia?

Dulu, Ada banyak tradisi baik disini. Tapi ketidaksiapan masyarakat akan skema menjamu tamu, malah menggerus kearifan lokal. Keahlian dan mental masyarakat belum siap.