Mana Pekikmu Jenderal?

Tak ada keluh, tak ada sesal. Semua dilakukan semata-mata berharap perbaikan. Semua ikhlas untuk perubahan.

Namun, di manakah engkau, Jendral? Mana pekikmu, Jendral? Mana lakonmu, Jendral? Mana timbul dan tenggelammu bersama rakyat, Jendral? Mana surat wasiatmu, Jendral?

Sunyi, senyap. Itu yang kami lihat. Lupakah engkau pada kami, Jendral? Atau, diam-diam engkau kibarkan bendera putih? Nauzubillah.

Jendral, saat ini, kami butuh pekikmu. Kami butuh kata-katamu. Kami ingin engkau menjawab teriakan tentang perjuangan. Kami ingin kita sama-sama mengatakan: “Tidak, tidak pernah ada perjanjian tersembunyi!”

Derek Redmond

Saya tak memilih contoh tentang perjuangan Rasul dan Ulama, terlalu tinggi. Saya pilihkan perjuangan seorang atlet berkulit hitam yang tak kenal menyerah.

Mengapa dunia olahraga? Karena engkau adalah tokoh olahraga yang berhasil menduniakan olahraga silat. Engkau amat dekat dengan dunia olahraga. Saya ingin contoh ini langsung mengena di dadamu, di hatimu, di pikiranmu, di ragamu, di nafasmu, Jendral.