Menguak Tabir Di Balik Kota Bandung

bandungBandung, bagiku adalah sebuah kota dengan segala sumber daya yang melimpah. Sebuah kota yang memiliki potensi luar biasa, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia sehingga memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam pembangunan Indonesia. Namun ternyata di balik hal tersebut, ternyata Bandung juga memiliki segudang problematika yang membuat ruang kosong serta penundaan terhadap agenda perubahan bangsa.

Ada empat problematika utama yang sedang dihadapi oleh umat kota Bandung.

Pertama, adalah krisis moral yang semakin marak. Dalam buku Wajah Dunia Islam, Dr. Muhammad Sayyid al-Wakil mengutip pernyataan seorang orientalis, ”Gelas dan artis mampu menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Maka tenggelamkan umat Muhammad ke dalam cinta materi dan syahwat”. Banyak pemuda Bandung yang terjebak dalam gemerlapnya “dunia malam” melupakan kewajibannya sebagai umat yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman.

Kedua adalah sifat konsumtif masyarakat. Kota Bandung yang terkenal dengan sebutan “kota fashion”, dimana trend dan gaya busana menjadi sesuatu yang sangat diperhitungkan dalam penampilan. Tak hanya busana, tetapi makanan, peralatan elektronik, produk kecantikan dan lainnya juga seringkali menjadi dikonsumsi secara berlebih oleh masyarakat Bandung. Kebanyakan masyarakat tidak memikirkan apakah produk tersebut merupakan produk dari luar atau dari dalam negeri. Bagi mereka, produk high class yang dapat meningkatkan status sosial akan sangat penting untuk dikonsumsi. Hal ini dapat merintangi umat Islam untuk maju dan menjadikan mereka sebagai komunitas konsumen. Dengan strategi ini maka umat Islam senantiasa tergantung kepada bangsa Barat, dengan begitu umat Islam akan tetap terjajah melalui penjajahan pendidikan, ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya.

Ketiga, maraknya aliran sesat dan gerakan pemurtadan (gazwul fikri) di beberapa titik di kota Bandung. Dari investigasi dan data yang diperoleh jajaran Kemenag Bandung, beberapa gerakan ini memboncengi bantuan sosial sosial dan pemberian beasiswa dengan membawa misi tertentu..

Keempat, sikap apatis dan terlalu cinta dunia (tidak memikirkan kehidupan akhirat). Selain itu, kurang terasahnya sisi perasaan dan emosional dari masyarakat terhadapa keadaan yang berada di sekitarnya.

Rasulullah Saw. memberikan isyarat dalam sebuah hadits beliau. Dari Tsauban ra. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan makanan di atas nampan.” Kemudian ada sahabat yang bertanya, “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit sehingga bisa mengalami kondisi seperti itu?”Rasulullah Saw. menjawab, “Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih di atas air bah (yang dengan mudah dihanyutkan ke sana ke mari). Dan Allah Swt. akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.” Ada sahabat yang bertanya lagi, “Wahai Rasulullah Saw., apakah wahn itu?” Beliau menjawab, ”Cinta dunia dan takut mati.” (Hr. Ahmad)

Masa depan Indonesia pada umumnya, dan kota Bandung pada khususnya bergantung pada generasi penerus bangsa, yakni generasi yang tumbuh dalam lingkungan Islami, kebaikan dan cinta. Semua yang dicita-citakan tidak akan terealisasi tanpa adanya kemauan untuk bangkit, maju dan bergerak dari semua lini masyarakatnya. Saya yakin bahwa suatu saat nanti, Allah akan mewujudkan kota Bandung yang tangguh dengan masa depan cemerlang.

Wallahu’alam bissawab.

-Juli Trisna AS-