Peran Al-Qur’an dalam Pengislamisasian Bahasa Arab

rahmat hidayatOleh: Rahmat Hidayat Zakaria

Penulis adalah Kandidat Master di Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation, Universiti Teknologi Malaysia (CASIS-UTM).

 “Pembebasan manusia yang diawali oleh pembebasan dari tradisi-tradisi yang berunsurkan magic, mitologi, animisme, kebangsaan-kebudayaan yang bertentangan dengan Islam, setelah itu pembebasan dari belenggu sekuler terhadap akal dan bahasanya. Oleh karena itu, manusia Islam adalah orang yang mana akal dan bahasanya tidak lagi dibelenggu oleh magic, mitologi, animisme, tradisi nasional dan kebudayaan, serta sekularisme.” (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, 1993, 44).

 

Masyarakat Arab secara naturalnya mempunyai kemampuan tinggi dalam bidang sastra—terutama puisi. Bakat ini telah diwarisi oleh nenek moyang mereka semenjak ratusan tahun sebelum datangnya Islam. Kualitas sastra yang mereka gunakan sangat tinggi dan mendalam, sehingga mampu membuat orang terpesona akan keindahan gaya bahasanya. Dalam suasana masyarakat Arab yang begitu terkenal dengan bahasa dan sastranya, Allah SWT menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW sebagai dasar ajaran dan syari‘at untuk makhluk seluruh alam. Al-Qur’an diturunkan berbahasa Arab dan mempunyai kekuatan serta keindahan bahasa dan sastra sehingga ia mampu melampaui kehebatan bahasa dan sastra Arab ketika itu. Inilah yang membuat Prof al-Attas semakin menguatkan, bahwa bahasa Arab telah dibebaskan melalui proses Islamisasi. Bahkan, beberapa leksikologis dari Orientalis Barat berasumsi, bahwa pada saat al-Qur’an diwahyukan di tanah Arab, bahasa Arab akhirnya mengalami proses perubahan yang sangat drastis. (al-Attas, The Concept of Education in Islam, 1999, 8-9).

Islamisasi bahasa telah dilakukan ketika pertama kali al-Qur’an diwahyukan. Islamisasi tersebut akhirnya mempengaruhi Islamisasi pemikiran dan akal. Islamisasi bahasa Arab dengan tuntunan Allah dan wahyu, telah mengubah kedudukan bahasa Arab menjadi satu-satunya bahasa yang masih hidup di antara bahasa-bahasa manusia. Ia telah menjadikan bahasa Arab terpelihara dari perubahan serta tetap hidup dan kekal sebagai bahasa yang baku. Setiap makna dari perkataan-perkataan tersebut ditentukan oleh perbendaharaan kata semantik dari al-Qur’an, dan bukan ditentukan oleh perubahan sosial (Islam and Secularism, 46).

Bahasa Arab yang dipilih Allah SWT sebagai bahasa wahyu tentunya mempunyai kekuatan dan keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Kenapa Al-Qur’an diturunkan berbahasa Arab? Karena Nabi Muhammad SAW adalah berbangsa Arab dan berbicaranya pun dalam bahasa Arab. Ditegaskan oleh Allah SWT, “Sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam. Ia dibawa turun oleh malaikat Jibril ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi perigatan, dengan bahasa Arab yang jelas”. (QS al-Syu‘ara’ [26]: 192-195). Sementara di ayat yang lain ditegaskan, “Sesungguhnya kami (Allah) menjadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahaminya”. (QS al-Zukhruf [43]: 3). Begitu juga dengan surat Fuṣṣilat, Allah menyatakan, “Dan jikalau kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selalin Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasūl adalah orang Arab)? Katakanlah: “al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin (QS Fushshilat [41]: 44).

 

Peran al-Qur’an dalam Pengislamisasian Bahasa Arab

Berikut ini akan dijelaskan beberapa peran al-Qur’an dalam mengislamisasi bahasa Arab:

  1. Menambah perbendaharaan kata Arab. Seperti kata munafiq. Sebelum kedatangan Islam, kata tersebut belum dikenal. Tetapi setelah Islam datang, munafiq mempunyai definisi tersendiri , yaitu orang yang mengaku Islam tetapi hatinya tetap kafir kepada Allah SWT.
  2. Memperluas pengertian beberapa perkataan Arab. Pada zaman jahiliyah, banyak kata-kata yang kemudian diubah maknanya oleh Islam. Seperti kata mu’min yang berarti  aman, muslim berarti tunduk, dan shalat berarti doa. Setelah Islam datang, kata-kata tersebut tidak lagi menunjukkan pengertiannya dari segi bahasa. Mu’min menjadi orang yang percaya kepada Allah SWT dan semua perkara-perkara yang wajib dipercayai, muslim telah menjadi orang yang tunduk atau taat kepada perintah Allah SWT (menunaikan segala perintahNya dan menjauhi segala yang dilarangNya), serta shalat menjadi ibadah kepada Allah SWT, dimulai dari takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.
  3. Menyatukan pelbagai dialek kabilah (tribe) Arab.

Kaum Qudha‘ah mengubah huruf (ي) menjadi (ج). Seperti ungkapan penyair berikut ini:

خالي عويف وأبو علج    المطعمان اللحم بالعشج

(Biarkanlah ‘Uwaif dan Abu Ali memberi makan daging di malam hari)

Kata (علج) sebenarnya (علي), demikian juga (بالعشج ) maksudnya (بالعشي).

Kaum Himyar mengubah ‘al’ al-ma‘rifah menjadi (أم) di awal perkataan, seperti kalimat berikut:                                                  أمن أمبر أمصيام فى أمسفر؟

Sebenarnya yang dimaksud dari rangkaian kalimat di atas adalah

هل من البر الصيام فى السفر؟

(Apakah puasa ketika sedang safar merupakan suatu kebaikan?)

Dan yang terakhir adalah kabilah Hudai, mereka mengubah huruf (ح) menjadi (ع). Seperti ucapan mereka: أعل الله العلال . Padahal sebenarnya yang mereka maksud adalah أحل الله الحلال  (Allah telah menghalalkan yang halal).

Ucapan-ucapan mereka terkadang jarang didengar dan menyusahkan lidah ketika mengucapkannya. Namun, perkataan tersebut sedikit demi sedikit hilang seiring dengan datangnya Islam dan ditukar dengan bahasa dan penyebutan yang mudah sebagaimana terdapat di dalam al-Qur’an.

  1. Al-Qur’an membantu penyebaran bahasa Arab ke seluruh dunia (khususnya negara-negara Islam). Tanpa disadari, bahasa Arab (bahasa al-Qur’an) banyak digunakan dalam aktivitas kita sehari-hari. Pengaruhnya disebabkan oleh meresapnya bahasa ini ke dalam jiwa kita dan umat Islam, seolah-olah bahasa ini menjadi bagian dari bahasa kita sendiri. Seperti kata yakin, ilmu, beriman, bertaqwa, adil, adab, haq, batil, musyawarah, wakil, hikmah, faham, fikir, syair, ibarat, kursi, sultan, garis khatulistiwa, aman, nama-nama hari dalam seminggu dan seterusnya. (lihat ed. Mohd Radzi Othman dkk, Warisan al-Qur’an: Sosiobudaya, 2009,110-15).

Demikianlah peran al-Qur’an ketika mengislamkan bahasa Arab. Allah SWT telah memilih bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an disebabkan bahasa tersebut adalah bahasa saintifik. Itulah yang membuat bahasa al-Qur’an sangat dikagumi. Melalui proses islamisasi terhadap bahasa Arab, worldview masyarakat pun akhirnya berubah menjadi Islam. Semua itu berangkat dari peran Al-Qur’an dalam pengislamisasian Bahasa Arab. Wallāhu a‘lam bishshawab.