Perempuan di Tengah Gempuran Krisis Mesir

muslimah mesirMesir, kini negri ini tengah berdarah. Krisis politik ini berawal sejak demonstrasi besar-besaran untuk menggulingkan presiden Hosni Mubarak pada 2011 lalu. Hingga 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden Hosni Mubarak mundur, akhirnya pada tanggal 11 Februari 2011 Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri.  Pada tanggal 3 Juli 2013, Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdel Fatah Al Sisi mengumumkan adanya kudeta, yang bertujuan untuk menggulingkan Moursi yang baru satu tahun menjabat sebagai presiden menggantikan presiden Hosni Mubarak. Jenderal Abdel Fattah Al-Sisi adalah Panglima Militer yang merangkap sebagai Menteri Pertahanan Mesir. Sejak  kudeta tersebut dilancarkan, kita menyaksikan begitu banyak kebiadaban yang dilakukan oleh pihak rezim militer kepada rakyat mesir.

Selain kejahatan kemanusiaan juga terjadi kekerasan yang dilakukan secara brutal dari penembakkan warga sipil yang telah menewaskan ribuan  jiwa, dan ribuan lainnya mengalami luka-luka, hingga kekerasan seksual terhadap perempuan. Bahkan pasca revolusi jumlah serangan kekerasan seksual semakin meningkat.

“Mesir dipenuhi pelecehan seksual dan orang-orang menjadi tidak sensitif terhadap hal itu. Yang kita bicarakan di sini adalah serangan seksual. Mulai dari menelanjangi perempuan hingga menyeretnya ke tanah dan memerkosanya,” kata Soraya Bahgat, aktivis advokasi perempuan yang juga salah satu pendiri Penjaga Tahrir. Organisasi ini dibentuk untuk menyelamatkan perempuan dari serangan (shnews.co, 2013).

Inilah bukti bagaimana ketidakamanan yang dialami oleh para perempuan di tengah krisis politik dalam sebuah sistem bernama demokrasi yang mendera mesir saat ini. Tindak kekerasan yang brutal yang membabi buta ini seolah menjadi aktivitas yang legal dan tak terhindarkan.  Terlebih anak-anak yang tak memiliki ‘dosa’pun turut di serang. Tentu saja hal ini akan terjadi bila konflik dan peperangan ini digawangi oleh kafir penjajah. Siapapun pasti akan dibabat, tak peduli siapa dia, demi memenuhi kerakusan mereka, demi mencapai kekuasaan semata. Sungguh benar-benar tak beradab. Bukankah ini bentuk penjajahan? Dengan dalih demokrasi, melalui boneka yang ditancapkan di negri kaum muslim tersebut.

Berbeda sekali dengan Islam. Dalam sejarah kegemilangan kaum muslim, tidak ada kata penjajahan yang dilakukan atas nama kaum muslim. Ketika kaum muslim melakukan futuhat, mereka tetap diberi kebebasan. Malah diberikan kehidupan yang lebih layak dari sebelumnya. Teringan pesan yang disampaikan oleh Abu bakar saat mengirimkan pasukannya ke wilayah syam.  Diantara isi pesan beliau adalah

“. . .dan janganlah kalian menghancurkan tanaman buah-buahan maupun rumah-rumah peribadatan. Jangan pula kalian membunuh anak-anak kecil, orang-orang tua, maupun kaum wanita. Jika kalian menjumpai sebagian orang mencari perlindungan dirumah-rumah peribadatan, janganlah kalian mengganggu mereka. .”

Memang Islam satu-satunya agama yang sangat memperhatikan adab dalam berbagai kehidupan. Bukan hanya adab dalam kehidupan keseharian, tapi termasuk adab dalam berperang.

 

Nama        : Yasyirah
Email        : [email protected]
Aktivitas : Mahasiswi Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.