Sebuah Tanggapan : Iblis Tak Pernah Memuliakan Tuhan

Eramuslim.com – Menanggapi tulisan yang dibuat saudara Iswandi Syahputra (Dosen Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga) yang dimuat eramuslim.com dengan judul : Iblis Juga Memuliakan Tuhan, kami dapati kekeliruan yang sangat mencolok dari tulisan tersebut yang dapat menimbulkan pemahaman bahwa Iblis menggunakan akalnya untuk menentang Allah dan mempertahankan ketauhidan dengan hanya menyembah kepada Allah.

Penulis artikel tersebut nampaknya mengabaikan alasan sesungguhnya dari Iblis dalam menentang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam yang dengan gamblang dikemukakan dalam Al Qur’an, diantaranya dalam surat Shad (38) : Allah berfirman : “Hai Iblis,apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi.” Iblis berkata : “Aku lebih baik daripadanya karena, karena Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Shad : 75-76).

Dalam surat Al Isra (17) ayat 76 dikemukakan : Dan, tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu semua kepada Adam”, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?”

Dalam surat Al Hijr (15) ayat 33 dikemukakan kembali alasan Iblis menolak bersujud kepada Adam : Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk”

Maka sangat jelaslah bahwa alasan Iblis menentang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam bukanlah sebagaimana dikemukakan penulis artikel Iblis Juga Memuliakan Tuhan : “Sujudnya hanya untuk Allah. Menolak perintah Allah untuk sujud pada Adam karena Iblis ingin menjaga kemuliaan-Nya.” Tetapi alasan penolakannya adalah karena kesombongan Iblis. Dan adakah makhluk yang dinilai oleh Allah sebagai sombong itu memuliakan Allah ? Tentu logika siapa pun akan menjawab : Tidak ! Apakah kalian tak memakai akal ?

Iblis, yang disebutkan sebanyak sebelas ayat dalam Al Qur’an bukanlah teladan dalam berfikir logis tetapi teladan dalam berfikir tidak logis. Bukan contoh dalam memuliakan Tuhan tetapi contoh dalam menentang perintah Tuhan, bahkan ia adalah mbahnya dalam penentangan kepada Tuhan. Bagaimana bisa logis, suatu makhluk diciptakan Tuhannya lalu menentang apa yang diperintahkan Tuhannya ? Logika mana yang membenarkan penentangan itu ? Bagaimana bisa dinilai memuliakan Tuhan jika dia menentang Tuhan ? Jika setiap penentangan dinilai sebagai sikap memuliakan maka betapa akal telah demikian direndahkan.

Kata fikir yang dalam berbagai bentuknya diulang sebanyak 18 kali dan kata akal yang diulang sebanyak 49 kali mayoritasnya menunjukkan makna agar akal dan fikiran dipergunakan untuk dapat memahami bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan satu-satunya yang harus disembah, ditaati perintah-Nya, dimuliakan dengan tidak menentangnya. Dan memang hasil dari berfikir dengan benar, menggunakan akal dengan tepat adalah keimanan dan ketundukan kepada Allah.

Tulisan saudara Irwandi Syahputra yang seakan mengambil Iblis sebagai teladan itu mengingatkan kepada wacana yang sekian tahun silam dikemukakan oleh Nurcholis Madjid yang mengatakan bahwa Iblis kelak masuk sorga, alasannya; Iblis menolak menyembah Adam demi memuliakan Tuhan. Nyatanya alasan Iblis bukanlah memuliakan Tuhan tetapi memuliakan dirinya sendiri, dihadapan Tuhan dan makhluk lainnya.Iblis Tak Pernah Logis.

Sekian, Trimakasi.

Abu Muhammad Syauqi Rahman
Pengajar di Majlis Ta’lim Hijrotuna-Karawang.