Surat Terbuka Dewan Da’wah Kepada Yusril Ihza Mahendra

Seperti Saudara ketahui, Partai Masyumi terdiri dari para ulama dan politisi muslim yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlakul karimah baik dalam sikap, tindakan maupun ucapan. Partai Masyumi menjadi besar karena teladan tokoh-tokohnya yang menunjukkan keserasian antara ucapan dan tindakan. Nilai-nilai besar dan sikap kenegaraan inilah yang diwarisi oleh Dewan Da’wah. Pada saat pembentukan awal PBB, Dewan Da’wah mengharapkan bahwa Saudara sebagai ketua umumnya dapat membawa ciri-ciri dan karakter para politisi Masyumi yang dikenal keunggulan dan kemuliaan akhlaknya. Dimana para tokoh Partai Masyumi selalu senapas dan sejiwa dengan ulama dan ummat Islam serta tidak bersebrangan atau meninggalkan ulama dan ummat.

 

Sikap Saudara yang tidak ramah bahkan cenderung melecehkan para ulama yang berkumpul dan telah memutuskan sikap dan dukungan politik bersama dalam Ijtima Ulama I dan II, telah menunjukkan karakter yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang selama ini dipedomani oleh para keluarga besar Dewan Da’wah.

 

Selama ini Saudara selalu mengaku sebagai kader Allahyarham Mohammad Natsir pendiri dan ketua Umum Dewan Dakwah. Tetapi yang kami pahami Allahyarham Mohammad Natsir tidak pernah punya karakter yang melecehkan para ulama apalagi berseberangan dengan mainstream ummat. Pada saat Saudara menyatakan menjadi lawyer Bapak Joko Widodo sebagai capres, kami telah mengundang dan meminta klarifikasi dari Saudara, tetapi ternyata klarifikasi Saudara tidak menjadi kenyataan. Kami sangat kecewa ketika Saudara pada akhirnya bukan saja sebagai lawyer tetapi bahkan menyebrang menjadi pendukung Paslon 01 dari rezim yang selama ini dipersepsikan tidak sejalan dengan aspirasi ummat Islam terutama para ulama yang berkumpul di ijtima ulama 1 & 2. Akhirnya kami dapat menyimpulkan, bahwa terlalu banyak pernyataan Saudara yang tidak konsiten dan tidak istiqamah dalam sikap dan perilaku.

 

Adalah hak Saudara untuk bersikap secara pribadi, akan tetapi pribadi Saudara dan kedudukan Saudara sebagai ketua imum partai Islam PBB adalah melekat dan tidak dapat dipisahkan, sehingga sikap Saudara telah menimbulkan tsunami politik di lingkungan PBB, padahal pada awalnya, ulama dan ummat telah memberikan harapan yang besar terhadap PBB sebagai wadah perjuangan politik penerus partai Masyumi. Tetapi dengan sikap dan pernyataan saudara yang cenderung arogan dan melecehkan, membuat ulama dan ummat ragu untuk memberikan amanah dan dukungan kepada PBB. Dan ini akan menyulitkan PBB untuk lolos dari parliamentary threshold 4 persen. 

 

Kami sangat menyesalkan sikap Saudara yang menafikan dan under estimate terhadap gerakan politik keummatan yang dimanifestasikan dalam gerakan “411” dan “212”, dimana para ulama tersebut telah berhasil menghimpun kekuatan ummat secara massif dengan menghadirkan jutaan ummat yang belum pernah ada presedennya dalam sejarah di Indonesia dan telah merubah konstelasi politik Indonesia khususnya DKI Jakarta dengan aman dan damai secara konstitusional. Seharusnya Saudara sebagai ketua umum PBB dapat melihat kenyataan yang jelas ini dan bersinergi bahu membahu dengan gerakan politik keummatan ini.