Surat Terbuka untuk Para Pendemo Bela Kyai di Kudus

4. Terkait dengan puisi Fadli Zon, yang bersangkutan sudah melakukan klarifikasi, bahwa yang beliau maksud sama sekali bukan K.H. Maemoen Zubair, tapi pihak yang telah bersikap tidak sopan kepada Syaikhona K.H. Maemoen Zubair. Justru Fadli Zon prihatin terhadap pihak yang telah memperlakukan Syaikhona K.H. Maemoen Zubair tidak sebagaimana mestinya.

5. Demonstrasi di Kudus terhadap Fadli Zon mestinya tidak perlu ada karena yang bersangkutan telah melakukan klarifikasi ke publik. Hal ini justru bisa menimbulkan kegaduhan yang tidak diperlukan, dan menyebabkan berkembangnya opini yang kurang baik terhadap pesantren Sarang secara umum.

6. Demonstrasi yang mengatasnamakan “bela kiyai” justru rawan disusupi oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang dapat menimbulkan perpecahan diantara para santri.

7. Dalam rangka menghormati dan memuliakan Syaikhona, hendaknya tidak ada pihak-pihak, khususnya para santri yang menarik-narik Syaikhona K.H. Maemoen Zubair dalam kepentingan politik praktis. Terutama untuk kepentingan pilpres saat ini. Ini justru telah menimbulkan perpecahan diantara para santri.

8.. Saya berharap semua santri Sarang dan Muhibbin Syaikhona K.H. Maemoen Zubair lebih matang dan dewasa dalam menghadapi perbedaan, sehingga tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pragmatis jangka pendek dan bersifat duniawi,

9. Semua santri dan Muhibbin Syaikhona K.H. Maemoen Zubair diharapkan tetap terus menjaga ukhuwah antar santri, ukhuwah islamiah dan ukhuwah kebangsaan demi persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jakarta, 8/2/2019

Penulis: Dr. Tony Rosyid, Alumni Pesantren Sarang