Mu’min Rindu Kampung Halaman Sejati

eramuslim.com – Tahukah saudara bahwa ketika seorang Mu’min telah lulus menyelesaikan segenap rangkaian pemeriksaan atas dirinya di yaumul hisab (hari perhitungan amal), maka barulah ia diizinkan Allah memasuki Al-Jannah (surga), negeri keabadian penuh kebahagiaan hakiki? Ia tidak diizinkan memasuki surga bilamana terbukti ia masih mempunyai permasalahan dengan sesama manusia, walaupun dengan Allah Ta’aala ia tidak lagi punya masalah apa-apa. Segenap dosanya yang bersifat hablun minallah telah diampuni Allah Ta’aala. Namun karena ia masih memiliki masalah hablun minannaas dengan sesama manusia, maka ia ditahan di suatu tempat dekat sekali dari baabul-jannah (pintu surga) guna menyelesaikan berbagai perkara (melakukan rekonsiliasi) dengan sesama manusia.

Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkannya sebagai berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَيَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَيَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ النَّارِفَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍبَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِفَيُقْتَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْبَعْضٍ مَظَالِمُكَانَتْ بَيْنَهُمْفِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَاهُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْفِي دُخُولِ الْجَنَّةِفَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِلَأَحَدُهُمْ أَهْدَى لِمَنْزِلِهِفِي الْجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِكَانَ فِي الدُّنْيَا

Dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang-orang yang beriman pada hari Kiamat selamat dari neraka, lalu mereka ditahan di jembatan antara surga dan neraka, lalu sebagian akan diqishas atas sebagian yang lain karena kezhaliman mereka waktu di dunia, sehingga setelah mereka dibersihkan dan telah suci, maka barulah mereka diizinkan memasuki surga. Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, seseorang di antara mereka lebih mengetahui rumahnya di surga dari pada rumahnya di dunia.” (HR. Ahmad No. 10673)

 

Dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggunakan istilah “ditahan di jembatan antara surga dan neraka” untuk menggambarkan masih menggantungnya masalah orang-orang beriman yang belum berhak masuk surga karena masih adanya problema antara dirinya dengan manusia lainnya yang pernah ia zalimi. Perbuatan menzalimi manusia lain merupakan perbuatan tercela yang sangat dibenci Allah Ta’aala. Dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan sebagai berikut:

إِنِّي حَرَّمْتُ عَلَى نَفْسِيالظُّلْمَ وَعَلَى عِبَادِيأَلَا فَلَا تَظَالَمُوا

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Allah berfirman, “Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR. Ahmad No. 20451)