Belajar Dari Permainan Politik Partai Hamas

Bila hendak berpartisipasi dalam sistem kafir Demokrasi ala Barat  sudah sepatutnya setiap organisasi, jamaah, da’wah, harokah (gerakan) dan partai Islam di manapun mengambil pelajaran dari permainan politik ala Partai Hamas di Palestina. Sebab secara keseluruhan kita dapati Hamas tidak pernah terjebak oleh sistem non-Islam ini sebagaimana yang banyak dialami oleh berbagai partai Islam di negeri lainnya termasuk Indonesia. Kebanyakan partai Islam bila masuk ke dalam sistem demokrasi gagal menjadikan demokrasi sebatas kuda tunggangan untuk menggolkan tujuan Islam yang agung. Umumnya mereka bukan mewarnai melainkan terwarnai bila sudah ikut dalam permainan politik ala Barat kafir ini. Alih-alih berhasil menawarkan dan memperkenalkan kepada publik cara berpolitik Islam, malah merekalah yang semakin tahun semakin terkooptasi oleh sistem dan ideologi sekularis-nasionalis.

 

Sedangkan Hamas sejak sebelum memutuskan terlibat dalam Pemilu di tahun 2006 sudah sejak awal  memandang "sistem Demokrasi" sebagai sebuah sistem di luar Islam. Jadi jika mereka akhirnya berpartisipasi di dalamnya mereka memastikan diri untuk memperlakukannya sekedar sebuah kuda tunggangan untuk meraih sasaran antara perjuangan Islam. Di dalam "sistem Demokrasi" terdapat unsur mafsadat (kerusakan) dan maslahat (manfaat). Hamas memastikan bila hendak berpartisipasi dalam Pemilu, maka partainya haruslah sudah cukup immune untuk tidak terkontaminasi oleh mafsadat "sistem Demokrasi" dan cukup yakin sanggup memetik maslahatnya. Oleh karenanya Hamas melakukan assessment yang akurat dan teliti mengenai tingkat dukungan masyarakat terhadap ide-ide Partai Hamas. Jika mereka menilai bahwa masyarakat telah cukup kuat menunjukkan dukungan kepada visi dan misi Hamas, maka barulah Hamas bersedia masuk dalam kancah permainan politik. Bila sebaliknya, maka Hamas akan memilih untuk mendahulukan kerja-kerja nyata berupa berbagai aktifitas da’wah, tarbiyyah, sosial-kebajikan dan  jihad-perlawanan di tengah grass-root masyarakat Palestina. Dan mereka akan menunda keterlibatannya dalam permainan politik. (Baca: ”Mengapa Hamas Ikut Permainan Demokrasi?” Undangan ke Surga 15/4/09)

 

Sebab sejak hari pertama Hamas senantiasa menekankan kepada para kader dan pendukungnya bahwa aspek politik merupakan salah satu saja dari sekian banyak aktifitas seorang muslim. Sedangkan da’wah dan tarbiyyah itulah yang merupakan asas gerakan Islam yang hakiki. Dari aktifitas da’wah dan tarbiyyah kontinyu itulah akan dilahirkan para kader handal berikutnya.  Tarbiyyah senantiasa dipandang sebagai awal dari segala-galanya walaupun tarbiyyah bukanlah segala-galanya. Dari tarbiyyah akan terbentuklah Syakhshiyyah Islamiyyah Mustaqiimah (pribadi muslim konsisten) yang memiliki aqidah yang kokoh dan fikrah Islamiyyah (pemahaman/ideologi Islam) yang komprehensif dan utuh. Bila di tengah masyarakat ditemukan muslim-mu’min yang ber-aqidah dan fikrah Islam mantap, maka mereka inilah yang akan menjadi pendukung/pencontreng loyal terhadap partai Islam manapun yang juga secara jujur memperlihatkan visi dan misi Islam secara mantap.

 

Adapun partai Islam pada umumnya hanya mengandalkan apa-apa yang juga diandalkan oleh partai-partai sekular. Mereka akhirnya terlibat dalam berbagai upaya kampanya murahan –maaf– yang hanya mengandalkan para selebritis, pemasangan iklan di TV, pemajangan foto caleg di berbagai tiang listrik, pohon-pohon sampai melibatkan berbagai musisi serta dangdutan. Sedangkan kegiatan utama berupa da’wah dan tarbiyyah Islamiyyah manhajiyyah (kaderisasi Islam sistemik) di tengah masyarakat tidak memperoleh perhatian yang semestinya. Kalaupun diupayakan kegiatan da’wah dan tarbiyyah, ujung-ujungnya lebih menekankan pada upaya promosi alias kampanye partai Islam terkait. Padahal yang dibutuhkan masyarakat bukanlah fanatisme kepada partai Islam, melainkan kesetiaan kepada nilai-nilai Islam yang abadi dan tidak mengenal batas kelompok dan organisasi buatan manusia.

 

Hamas menyadari dan meyakini bahwa dukungan masyarakat Islam kepada mereka sangat ditentukan oleh seberapa konsistennya partai Hamas dalam menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam segenap kiprahnya. Sehingga bila da’wah dan tarbiyyah Islamiyyah  yang diselenggarakan oleh Hamas di tengah masyarakat telah mengakar, maka dengan sendirinya dukungan kepada Hamas akan menguat. Namun tentunya dengan syarat bahwa Hamas sendiri menunjukkan komitmen kepada ideologi dan syariat Islam yang katanya mereka perjuangkan itu.

Hal lain yang memastikan dukungan masyarakat ialah keterpaduan Hamas dalam mengelola berbagai program selain da’wah dan tarbiyyah Islamiyyah. Hamas terkenal sebagai sebuah gerakan Islam yang sangat aktif mengadakan kegiatan khairiyyah-ijtima’iyyah (sosial-kebajikan). Hamas sangat peduli dengan nasib rakyatnya seperti para janda dan yatim syuhada, para keluarga yang kepala keluarganya dipenjara Israel, para petani, kaum fakir-miskin, pegawai negeri dan lain sebagainya. Dan para petinggi dan aktifis Hamas sangat terkenal dengan kejujuran dan kebersihan jiwanya. Mereka adalah orang-orang amanah yang dikenal bebas dari korupsi dan penyalah-gunaan dana ummat. Dipadukan dengan kegiatan da’wah dan tarbiyyah,  Hamas berhasil merajut ikatan ukhuwwah dan mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) masyarakat Palestina dengan menjadikan Al-Qur’an dan Masjid sebagai perekat utama hati ummat Islam. Hamas menjadikan masjid sebagai tempat dimana masyarakat  memperoleh berbagai bantuan baik ekonomi maupun pendidikan.

 

Lalu melalui aktifitas al-jihad wal-muqowwamah (jihad dan perlawanan) dalam menghadapi penjajah Zionis Yahudi Israel, Hamas berhasil menjadikan masyarakat Palestina menjadi masyarakat yang hubbul-jihad wasysyahadah (cinta jihad dan mati syahid). Sehingga masyarakat di bawah pengarahan dan kepemimpinan Hamas menjadi masyarakat yang memiliki al-’izzah (kehormatan diri) dan terbebas  dari penyakit al-wahan (cinta dunia dan takut mati).

 

Sedangkan di negeri ini berbagai Partai islam justeru meninggalkan komitmen kepada ideologi dan Syariat Islam serta Jihad fi sabilillah. Hal ini mereka lakukan dengan maksud tidak ingin membuat kalangan non-muslim (baca: kafir) lari dan takut akan Islam. Padahal Hamas dengan segala kiprah ”militan”nya tidak pernah terasa menjadi momok yang menakutkan bagi sesama warga Palestina yang beragama Nasrani. Banyak testimony dari kaum Nasrani di Palestina yang menunjukkan penghormatan dan dukungan kepada Hamas. Mereka dapat melihat dengan jelas bahwa Hamas dengan segala ruhul-jihad-nya jauh lebih baik daripada para politisi korup dari partai Fatah yang sekularis-nasionalis itu.

 

 

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.

Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.(QS Ali Imran 118-120)

 

Ya Allah, munculkanlah di tengah ummat ini suatu generasi yang Engkau cintai mereka dan merekapun mencintaiMu. Berlaku lemah-lembut kepada sesama orang beriman dan berlaku tegas/keras kepada kaum kafir. Mereka berjihad di jalanMu tanpa rasa takut akan celaan kalangan yang suka mencela.Amin ya Rabb.