Waspadai Dosa Syirik “Wishing On A Star”

Waspadai Dosa Syirik “Wishing On A Star”

Baru-baru ini detikcom memberitakan bahwa sebentar lagi akan terjadi “Hujan Bintang”. Di antara isi beritanya adalah sebagai berikut:

Fenomena hujan bintang atau hujan meteor memang sangat jarang terjadi di Indonesia tapi fenomena alam seperti ini sudah bisa diprediksi kapan terjadinya dikarenakan para ilmuwan sekarang sudah mampu menganalisa penyebab terjadinya hujan bintang yang terjadi secara periodik. Terjadinya hujan bintang dimulai dari kumpulan meteor yang meluncur masuk ke dalam lapisan atmosfir bumi dengan jumlah yang banyak, pada saat itu meteor-meteor yang bertebaran di langit menciptakan fenomena alam seperti curahan air hujan yang memijarkan cahaya dikarenakan oleh gesekan batu-batu meteor tersebut dengan lapisan atmosfir bumi. (Siap-Siap Ada Hujan Bintang- detikNews- Kamis, 27/09/2012 07:07 WIB)

Artikel tersebut juga menegaskan bahwa “Fenomena hujan bintang tidak pernah membahayakan penduduk bumi, Melainkan menjadi sebuah peristiwa yang dinanti-nanti karena pada saat fenomena berlangsung pemandangan di langit menjadi begitu menakjubkan, langit menjadi ramai oleh cahaya sekumpulan meteor yang sedang beterbangan, tak heran ketika fenomena ini terjadi banyak orang yang berusaha untuk bisa melihatnya secara langsung.” (Siap-Siap Ada Hujan Bintang- detikNews- Kamis, 27/09/2012 07:07 WIB)

Berarti jika seorang muslim berkesempatan menyaksikannya sungguh ia merupakan karunia Allah subhaanahu wa ta’aala yang patut disyukuri. Sebab fenomena tersebut merupakan salah satu di antara tanda-tanda kebesaran Allah subhaanahu wa ta’aala. Keindahannya akan membuat kita semakin kagum akan Penciptanya. Dan tentunya hal itu sepatutnya akan meningkatkan iman dan taqwa kita agar lebih serius dalam beribadah, beramal-sholeh, berda’wah bahkan berjihad fii sabilillah.

Tetapi di tengah arus kemusyrikan yang begitu meluas di era modern ini, tampaknya media-massa memandang perlu untuk turut serta –baik sadar maupun tidak sadar- menyebarluaskan fikroh (ideologi) penghambaan diri manusia kepada makhluk ciptaan Allah subhaanahu wa ta’aala. Alih-alih mengajak manusia untuk meningkatkan rasa syukurnya kepada Sang Pencipta saat terjadinya fenomena hujan bintang. Malah sebaliknya media menganjurkan masyarakat modern untuk segera mempersiapkan daftar harapan yang ia inginkan untuk diajukan saat fenomena tersebut berlangsung. Sehingga secara tidak langsung manusia dialihkan dari berdoa dan mengarahkan harapannya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala untuk selanjutnya justeru berharap dan berdoa kepada bintang jatuh. Seolah bintang punya kuasa merubah nasib manusia. Jelas ini merupakan logika dan keyakinan kuno kaum paganis (musyrikin). Na’udzubillaahi min dzaalika…!

Sehingga di dalam artikel lainnya ditulis sebagai berikut:

Pada suatu malam ada seorang anak lelaki yang sedang melihat pemandangan alam dari jendela kamarnya, dan tiba-tiba sebuah cahaya melesat jatuh dari langit, si anak bercerita kepada ibunya ‘tadi aku melihat cahaya yang jatuh ke bumi, cahaya apa itu?’ sang ibu menjawab ‘itu bintang jatuh nak’, segera sampaikan permintaanmu, si anak meminta agar esok hari dia memiliki teman yang setia dan selalu bahagia bermain bersamanya. Di pagi hari yang cerah si anak keluar rumah dan disambut oleh seekor anak anjing lucu yang tidak bisa diam, mereka pun bermain di halaman rumah hingga matahari terbenam, anjing itu menjadi sahabatnya sampai dia tumbuh dewasa.

Cerita tentang bintang jatuh memang banyak sekali macamnya, dari dongeng anak seperti diatas, kisah Superman yang jatuh ke bumi untuk menyelamatkan dunia sampai kisah cinta seorang wanita yang berharap ingin kembali bersama kekasih pujaannya telah mendefinisikan adanya kemakmuran di balik bintang jatuh. Bintang jatuh memang telah menjadi sebuah fenomena yang banyak dipercaya dan ada sejak dulu kala, dan dibalik kisahnya yang melegenda selalu ada kemakmuran yang senantiasa bisa dimiliki bagi orang-orang disekitarnya, kemakmuran memang bisa terjadi kapanpun dan milik siapapun tapi pernahkah Anda terbayang bagaimana bila Anda adalah salah satu dari jutaan orang yang beruntung bisa melihat bintang jatuh secara langsung, dan bila esok hari Indonesia akan dihujani bintang dan Anda adalah salah satu yang beruntung bisa melihatnya secara langsung, keinginan apa yang paling Anda inginkan?( Pernah Melihat Bintang Jatuh?- detikNews- Jumat, 28/09/2012 01:00 WIB)

Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ إِنْ تَدْعُوهُمْ لا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ

وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Dan yang kamu seru (sembah / berdoa kepada) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS Fathir 13-14)

Sedangkan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda:

من مات وهو يدعو لله نداً دخل النار

“Barangsiapa mati dalam keadaan berdoa kepada sekutu selain Allah, maka ia masuk neraka.” (HR Bukhari)

DR Abdul Latif di dalam kitabnya berjudul Pembatal Keislaman menulis: “Wajib diketahui bahwa barangsiapa berdoa kepada selain Allah, atau ber-istighatsah (memohon bantuan) atau ber-isti’anah (memohon pertolongan), maka dia kafir meskipun dia tidak meyakini bahwa sesuatu yang di-istighatsahi-nya itu mempunyai hak mengatur atau memberi pengaruh atau penciptaan.” (“Pembatal Keislaman” karya DR Abdul Aziz Abdul Latif – Pustaka Sahifa hlm 195)

Oleh karena itu Ibnu Taimiyah berkata: “Di antara pengikut orang-orang musyrik itu ada yang bersujud kepada matahari, rembulan, dan bintang-bintang, dia berdoa kepadanya seperti dia berdoa kepada Allah, berpuasa untuknya, menyembelih untuknya, mendekatkan diri kepadanya kemudian dia berkata: ‘Ini bukan syirik, akan tetapi syirik apabila kamu meyakini bahwa ia mengaturmu, tetapi jika kamu menjadikannya sebab atau perantara maka ia bukan syirik’, padahal sudah diketahui secara mendasar (dharuri) bahwa ia adalah syirik di dalam ajaran Islam.” (“Pembatal Keislaman” karya DR Abdul Aziz Abdul Latif – Pustaka Sahifa hlm 196)

Oleh karenanya, hendaknya kita berhati-hati menyikapi fenomena hujan bintang. Sebab di dalam dunia modern yang sarat dengan nilai-nilai kemusyrikan dan sepi dari nilai-nilai tauhid, banyak manusia yang dengan ringannya melakukan hal-hal yang dianggapnya ringan padahal sesungguhnya masuk ke dalam kategori perbuatan kufur bahkan syirik. Sedangkan perbuatan syirik menyebabkan pelakunya tidak berhak memasuki surga Allah di akhirat. Ia akan kekal di dalam neraka karena telah melakukan perbuatan yang tidak terampuni oleh Allah subhaanahu wa ta’aala, kecuali bila sebelum ajalnya ia sempat bertaubat dari perbuatan tersebut.

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ

لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisa 48)

Allah subhaanahu wa ta’aala menegaskan bahwa orang-orang beriman hendaknya hanya berdoa dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’aala semata bukan kepada selain-Nya. Itupun Allah mensyaratkan bahwa doa tersebut hendaknya diiringi dengan mematuhi segenap perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya dan beriman kepada Allah subhaanahu wa ta’aala sebagai Yang Maha Kuasa mengabulkan doa hamba-hamba-Nya.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ

إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah 186)