Benarkah Meninggal pada Hari Jumat Akan Terbebas dari Siksa Kubur?

 

https: img.okezone.com content 2021 09 30 330 2479516 benarkah-meninggal-pada-hari-jumat-akan-terbebas-dari-siksa-kubur-7aL2m05G5i.jpgIlustrasi meninggal pada hari Jumat. (Foto: Sindonews)

eramuslim.com – BANYAK Muslimin bertanya-tanya terkait wafat secara mulia. Mereka bertanya, “Benarkah meninggal pada hari Jumat akan membuat terbebas dari siksa kubur ?” Mari bersama-sama simak penjelasan berikut ini.

Meninggal pada malam Jumat atau hari Jumat  adalah salah satu sebab diselamatkan dari siksa kubur. Tentang hal ini dijelaskan dalam hadis yang sahih. Adapun yang menjadi dalil dari hal tersebut yakni hadits ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَـا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَـوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ.

“Tidaklah seorang Muslim meninggal pada hari Jumat atau malamnya, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.”

Imam Al Hakim At Tirmidzi berkata, “Siapa saja yang meninggal pada hari Jumat, maka penutup yang ada padanya di sisi Allah akan terbuka, karena pada hari Jumat, api neraka tidak dinyalakan dan pintu-pintunya pun ditutup, penjaganya tidak bekerja seperti pada hari-hari biasanya.

Maka itu, jika seorang hamba meninggal pada hari Jumat, maka hal tersebut merupakan bukti kebahagiaannya dan kabar gembira bagi tempat peristirahatan yang indah baginya.

Tidaklah seseorang dicabut nyawanya pada hari Jumat kecuali dia adalah orang-orang yang telah ditetapkan untuk mendapatkan kebahagiaan, dengan itu dia dibebaskan dari fitnah kubur, karena fitnah kubur merupakan pembeda antara seorang mukmin dan munafik.

Dikutip dari laman Almanhaj, disebutkan oleh Asraf bin ‘Abdil Maqsud bin ‘Abdirrahim dalam bukunya berjudul bahasa Indonesia ‘Kubur yang Menanti Kehidupan Sedih dan Gembira di Alam Kubur’ bahwa ada amal orang lain yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur atau amal salih dan sedekah jariyah yang ditinggalkannya.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Terkadang seseorang terputus dari siksa kubur dengan doa, sedekah, istigfar, atau pahala ibadah haji …”