Ganja: Konspirasi Perusahaan Farmasi Dunia dan Faktanya (bag.1)

Tanaman ganja memang sangat unik karena memiliki efek yang berseberangan. Di satu sisi, tanaman tersebut dapat menyedapkan makanan yang dimasak. Tapi di sisi lain juga memberikan efek negatif karena masuk dalam salah satu jenis narkotika.

Keadaan itu sangat kontras dengan konsidi di dunia belahan Barat yang selalu mengedepankan riset atau penelitian. Di sana, masyarakat mengenal ganja sebagai bahan pembunuh sel kanker dan di legalkan alias diperbolehkan. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pernah menyatakan pendapatnya mengenai legalisasi ganja ini.

“Bahan apapun kalau dia jadi obat, itu sih boleh. Morphin itu kan enggak legal, tapi kalau dia jadi obat ‘kan boleh. Kalau segala sesuatu jadi obat, ya boleh. Asal bukan dilegalkan untuk hal-hal negatif,” paparnya.

Ganja Hentikan Penyebaran Sel Kanker

Ganja yang penjualan dan pemakaiannya dilarang, terbukti dapat menjadi obat alternatif kanker. Sebuah senyawa dalam ganja yang ditemukan oleh peneliti di  California Pasific Medical Centre, San Fransisco, dapat berpotensi mematikan sel-sel kanker. “Butuh waktu sekitar 20 tahun untuk penelitian ini, dan hasilnya sangat menggembirakan” ujat Pierre Despres, seorang peneliti pada Huffington Post.

Desprezm seorang ahli biologi molekuler, menghabiskan waktu tahunan untuk mempelajari gen penyebaran kanker.

Sedangkan, Sean McAllister mempelajari efekCannabidiol, atau CBD, senyawa kimia yang berada dalam ganja.

Akhirnya, pasangan ini pun mencoba memadukan dua penelitian yang telah mereka lakukan. Menggabungkan CBD dengan sel kanker dalam sebuah cawan petri.

“Kami menemukan Cannabidiol memiliki sifat dasar ‘mematikan’, dan ini terjadi pada sel kanker,” sambungnya. Meski telah berhasil pada hewan uji laboratorium. Penelitian ini belum dapat diterapkan pada manusia. Para ahli masih menunggu izin untuk uji klinik pada manusia.

Pengobatan Ganja (Medical Marijuana) Bukanlah Narkotika

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang menggunakan bahan-bahan sintetik atau semi sintetik dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia.

Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia (rasa gembira) yang berlebihan serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir.

Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya.

Untuk itulah maka ganja tak bisa dijadikan obat untuk semua manusia, apalagi yang tak suka mabuk. Maka ilmuwan akan membuat efek mabuk itu menjadi hilang agar semua orang dapat menggunakannya sebagai penyembuh dan pengobatan berbagai penyakit.

Astroglia (Astrocytes)

Para peneliti mempelajari bagaimana reaksi tikus terhadap komponen aktif ganja dan beberapa unsur kimia lain yang mirip. Perhatian difokuskan kepada reseptor pada sel-sel otak yang bereaksi terhadap zat kimia yang bernama cannabinoid, sebuah senyawa yang mirip dengan komponen aktif pada ganja, yaitu Tetrahydrocannabinol (THC). Reseptor otak yang bereaksi terdapat pada neuron (sel syaraf) dan astroglia atau disebut juga astrocytes.