Hari Libur Sabtu-Ahad Serupai Yahudi-Nasrani?

Perhatikan saja, tulis lembaga yang kini diketuai oleh Syekh Syauqi Ibrahim Abd el-Karim Allam itu, para generasi salaf tidak pernah memperkenalkan libur pekanan, seperti Jumat ataupun dua hari raya, Idul Fitri dan Adha. Justru, hari-hari tersebut terlepas dari kesuciannya dan anjuran shalat, mendorong segenap umat untuk berkarya, bukan malah santai.

Simak ayat ke-9 dan ke-10 surah al-Jumu’ah. Dua ayat tersebut mengisyaratkan secara jelas seruan untuk beraktivitas atau bertransaksi sebelum atau sesudah shalat Jumat dilaksanakan. Sama sekali tidak menyerukan untuk bersantai-santai pada Jumat.

Dar al-Ifta’ menegaskan, bila pemerintah memberlakukan libur nasional Jumat-Sabtu, Sabtu-Ahad maka ketetapan itu tidak dikategorikan penyerupaan Yahudi atau Nasrani yang dilarang agama. Perkara dianggap penyerupaan bila memenuhi dua syarat, yakni pertama, aktivitas yang ditiru tersebut termasuk perkara yang dilarang dan kedua, yang bersangkutan memang berniat untuk menduplikat perilaku tertentu tersebut.

Umar bin Khatab mengikuti Romawi soal dokumentasi atau administrasi, ketika para sahabat menaklukkan Persia, mereka shalat menggunakan celana khas Persia, dan hal semacam ini bukan tasyabuh yang dikecam agama.

Ibnu Hajar al-Asqalani di Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari menguraikan persoalan ini dengan mencontohkan tren baju jubah thailasan yang familiar dalam tradisi ritual Yahudi, kini model baju itu menjadi mode dan tak lagi terbatas untuk mereka.

Oleh karena itu, boleh-boleh saja mengenakannya. Penegasan ini juga disampaikan oleh Imam Izzuddin Ibn Abd as-Salam. Demikian halnya, soal libur Sabtu atau Ahad. Dunia internasional, baik Yahudi, Nasrani, atau umat beragama lainnya, menggunakan hari ini sebagai libur nasional. Kedua hari itu, bukan lagi domain Yahudi atau Nasrani dan telah menjadi lumrah.

Maka penetapan kapankah harus libur nasional diserahkan kepada pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kemaslahatan umum. Tidak ada kaitannya dengan tasyabuh ataupun bid’ah yang digembor-gemborkan sebagian kalangan. []