Kisah Kaum Yahudi Suruh Nabi Musa dan Allah Pergi Perang Berdua

Eramuslim.com – SEPERTIGA bagian isi kandungan al-Qur’an adalah kisah-kisah tentang umat terdahulu. Al-Qur’an banyak memuat kisah-kisah inspiratif yang patut diteladani oleh para pembacanya. Kisah-kisah itu menggambarkan akhlak para nabi dan rasul yang mulia.

Kisah-kisah al-Qur’an banyak menggambarkan bagaimana Allah mengajarkan akhlak yang mulia para nabi dan rasul dalam menghadapi tantangan dakwah. Dengan bekal akhlak mulia yang dimiliki oleh para pribadi pilihan tersebut, dan ajaran tauhid yang dengans angat dipegangi oleh mereka, di satu sisi para nabi dan rasul Allah menjadi suri tauladan bagi contoh yang baik bagi generasi selanjutnya.

Sementara umat mereka yang membangkang dan kemudian dikenai adzab (siksa) lantaran keingkaran mereka menjadi contoh jelek yang tidak boleh ditiru. Itulah hikmah yang bisa dipetik dari kisah-kisah al-Qur’an.

Beberapa untaian kisah dalam al-Qur’an juga mengandung ungkapan doa yang sarat makna, yang dari makna-makna itu dapat ditarik banyak hikmah, faedah, dan manfaat bagi para pembaca al-Qur’an di masa kini. Tulisan ini membahas satu fragmen yang digambarkan di dalam al-Qur’an tentang kisah Musa AS dan kaum Israil yang menolak berperang, lantaran mereka takut mati.

Sikap menolak berperang ini sangatlah mengherankan lagi, karena mereka menolak berperang untuk Allah, ketika Allah memerintahkan mereka untuk merebut kota suci dari penguasanya yang kejam dan zalim. Kota suci yang dijanjikan sebagai tanah tempat tinggal bagi mereka, setelah mereka terusir dari Mesir.

Menghadapi penolakan inilah Musa AS merasa putus asa, karena sebagai pemimpin Israil saat itu Musa AS merasa tidak lagi mendapatkan dukungan dari kaumnya sendiri. Hanya ada saudaranya Harun AS dan beberapa orang saja yang mendukung dan menerima perintah perang. Di tengah keputus-asaan ini Musa AS memohon pertolongan Allah.