M. Natsir: “Islam Beribadah Dibiarkan, Islam Berekonomi Diawasi, Islam Berpolitik Dicabut Seakar-akarnya”.

Dalam Capita Selecta, sebuah buku yang berisi tulisan-tulisan Natsir, ada beberapa pandangan Natsir mengenai hubungan Islam, politik serta negara yang sangat menarik untuk direnungkan, terutama saat pemerintah negara ini ingin mencoba mengubah negara berdasarkan ketuhanan menjadi negara sekuler.

Natsir menyatakan, bahwa sebagaimana kaum nasrani, fasis maupun komunis yang memiliki falsafah hidup atau ideologi, kaum muslimin pun memilikinya.

Natsir lalu mengutip nas Al Quran yang dianggap sebagai dasar ideologi Islam, (yang artinya), “Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS 51: 56).

Bertitik tolak dari dasar idiologi Islam inilah, Natsir menarik kesimpulan, cita-cita hidup seorang Muslim di dunia ini tak lebih hanya ingin menjadi hamba Allah agar mencapai kejayaan dunia dan akhirat kelak. (Muhammad Natsir, Capita Selecta, hlm. 436).

Untuk meraih puncak ketaatan sebagai hamba Allah, ada serangkaian tuntunan yang diberikan Allah. Tuntunan, aturan atau cara hidup tersebutlah yang dikenal sebagai agama.

“Aturan atau cara kita berlaku berhubungan dengan Tuhan yang menjadikan kita dan cara kita yang berlaku berhubungan dengan sesama manusia. Di antara aturan-aturan dan cara kita yang berlaku berhubungan dengan sesama manusia. Di antara aturan-aturan yang berhubungan dengan muamalah sesama makhluk itu, ada diberikan garis-garis besarnya seseorang terhadap masyarakat, dan hak serta kewajiban masyarakat terhadap diri seseorang. Yang akhir ini tak lebih-tak kurang, ialah yang dinamakan orang sekarang dengan urusan kenegaraan.” (Muhammad Natsir, Capita Selecta, hlm. 436).