Mengapa Benda Rasul SAW Hingga Nabi Musa a.s Ada di Turki?

Meskipun banyak turis melihat relik dengan terkagum-kagum, mereka mungkin melewatkan fakta sejarah penting lainnya, bahwa bangunan putih bersih tempat mereka berdiri itu telah berfungsi sebagai rumah dan kantor sultan Ottoman. Ruangan ini disebut Has Oda yang artinya ruang privat.

Keputusan untuk menjaga relik di Has Oda, atau kamar pribadi, yang bisa dibilang sebagai kompleks paling dijaga di istana, memiliki makna simbolis. Dalam Has Oda, para sultan Ottoman naik takhta mengambil sumpah setia (biat).

Di Has Oda pula mereka tidur dan dimandikan secara ritual setelah meninggal dunia. Ruang itu pertama kali dibangun oleh Mehmed II, penakluk Istanbul.

Sejak Mehmed II, bangunan tersebut telah direnovasi beberapa kali. Pada saat Selim I membawa relik suci, rumah kekaisaran tiba-tiba berubah menjadi semacam tempat suci Muslim, di mana para sultan dan pejabat mereka mengadakan upacara untuk mencium jubah Nabi, sambil memberi penghormatan kepada relik lain untuk menunjukkan keyakinan mereka pada Islam.

“Alhasil, ibu kota Ottoman mendapat reputasi sebagai pusat politik dan agama dunia Islam,” tulis Kucukasci dalam salah satu artikelnya.

Pada abad ke-17, kepala arsitek istana, Mustafa Safi, menyebut Has Oda Beytu’l-hilafe, yang berarti Rumah Khilafah, dan meletakkan beberapa relik suci di ruangan tersebut, dan mendefinisikannya sebagai ruang visualisasi kekhalifahan Utsmaniyah, jelas Kucukasci.

photo

Sandal Nabi Muhammad yang tersimpan di Istanan Topkapi, Istanbul, Turki. – (Tangkapan layar dari buku Mengenal Pribadi Ag)

Ahmet Cevdet Pasha, salah satu negarawan dan ahli hukum Ottoman paling terkemuka di akhir abad ke-19, berpendapat bahwa kekhalifahan Abbasiyah telah kehilangan cengkeraman sebagian besar dunia Islam, karena Mamluk menggunakannya sebagai instrumen untuk mendapatkan legitimasi di dunia Islam.

Menurut Pasha, kepemimpinan Ottomanlah yang memulihkan tatanan Islam setelah Selim I mengalahkan Mamluk dan merebut kekhalifahan dari Abbasiyah.

“Bergabung dengan kesultanan dengan kekhalifahan, negara Utsmaniyah mencapai tingkat yang lebih tinggi, yang memang pantas didapatkan. Dengan persatuan ini, Nation of Islam yang diperkuat menemukan arahnya,” kata Cevdet Pasha dalam tulisannya.