Merencanakan Kematian

Saat remaja misalnya, ada pula kematian yang membuat senyum keluarga yang ditinggalkannya. Betapa lekat dalam pikiran kita. Di Palestina, Suriah, Mesir, Rohingnya dan negeri kaum muslimin lainnya, tengoklah remaja-remaja di sana. Mereka yang baru memasuki episode kehidupan ingin mencoba banyak hal itu, diwafatkan oleh Allah Ta’ala melalui jihad yang mulia. Mereka syahid, insya Allah. Sebab, mereka dijajah. Jika pun melawan, niat mereka adalah pertahankan harga diri, tanah air dan agama. Betapa mulianya. Dan, betapa bedanya dengan remaja kita yang harus mati lantaran terlibat tawuran. Duh!

Jawaban atas kata tanya “di mana” adalah misteri yang ketiga.

Amat banyak kisah orang shaleh yang wafat saat mereka tengah bermunajat kepada Rabbnya. Baik dalam keadaan menuju ke masjid atau majlis ilmu, saat bertakbir pertama dalam shalat, rukuk, sujud, tahiyyat, berdzikir, bahkan ada banyak orang shaleh yang dijemput nyawanya saat baru keluar dari masjid seusainya shalat Subuh, ketika orang lain masih lelap dalam tidur lalainya.

Tak sedikit pula cerita memilukan yang sampai ke telinga kita. Betapa tak sedikitnya mereka yang mati di ranjang dalam keadaan berzina. Ada juga maling yang harus dikeroyok massa, kemudian meregang nyawa ketika belum sempat bertobat, ia mati tepat di lokasi ketika dihakimi masyarakat. Ada juga yang dicabut nyawanya dengan keras di meja judi atau saat menenggak benda-benda yang diharamkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

Maka sampai kapan pun, mati memanglah misteri. Namun, ada satu hal yang bisa kita upayakan: merencanakan kematian.