Meriam Raksasa Andalan Sultan Muhammad Al-Fatih

Meriam
Pasukan Utsmani antara lain mengandalkan meriam dalam menyerang Konstantinopel. Mereka menempatkan meriam-meriam khusus di dataran tinggi di sekitar Bosphorus dan Tanduk Emas.

Meriam-meriam ini membidik kapal-kapal Byzantium dan kapal-kapal lain yang berniat membantu mereka di Tanduk Emas, Bosphorus, dan perairan laut yang bersebelahan dengannya. Hal itu semakin melumpuhkan gerak kapal-kapal Byzantium dan mengepung mereka dari segala arah.

Banyak meriam dimiliki pasukan Utsmaniyah. Namun ada satu meriam yang paling istimewa. Meriam itu diberi nama “The Muhammed’s Greats Gun”. Meriam ini dibuat oleh seorang ahli teknik mesin dan kimia asal Hongaria. Kisah meriam ini lumayan menarik.

Pada awal tahun 1452, seorang ahli pembuat meriam Hungaria bernama Orban tiba di Konstantinopel untuk mencari kekayaannya di istana kekaisaran. Dia menawarkan kepada Kaisar Constantine XI salah satu keterampilan paling berharga saat itu: kemampuan membuat meriam perunggu besar.

Sayang sungguh sayang, bagi Konstantinus dan kekaisaran Kristen Byzantium yang dikuasainya, ini adalah hari-hari yang sulit. Selama 150 tahun perbatasan Bizantium telah runtuh sebelum kemajuan Turki Utsmani. Pada saat Constantine naik takhta pada tahun 1449, kerajaannya yang miskin telah menyusut dan dikelilingi oleh tanah Utsmaniyah dari segala sisi.

Sultan baru Utsmani, Muhammad II atau Mehmed II atau Sultan Muhammad Al-Fatih, membuat persiapan militer di Edirne yang hanya berjarak 140 mil ke barat Konstantinopel. Sultan Muhammad Al-Fatih berniat meneruskan rencana penguasa Utsmani sebelumnya: menguasai Konstantinopel.

Kaisar Constantine sangat tertarik dengan tawaran Orban dan mengizinkannya tinggal tetapi dengan gaji kecil. Constantine hanya memiliki sedikit dana untuk pembangunan senjata baru. Meriam perunggu sangat mahal, jauh di luar kemampuan kaisar yang sedang bokek.

Gaji kecil Orban bahkan tidak dibayar secara teratur, dan seiring berlalunya waktu ahli senjata ini pun jatuh miskin. Maka pada tahun yang sama dia memutuskan untuk mencoba peruntungannya di tempat lain. Dia berjalan menuju Edirne dan berusaha bertemu dengan Sultan Muhammad Al-Fatih.

Pada saat itu, Sultan tengah gelisah memikirkan bagaimana cara menaklukan Konstantinopel. Kota ini adalah hadiah utama yang akan memberikan modal penting untuk Kekaisaran Utsmani. Dia juga bertekad mewujudkan sabda Nabi Muhammad untuk menaklukkan Konstantinopel.

Hanya saja, Konstantinopel telah berkali-kali memukul mundur serangan Pasukan Muslim sejak abad ke-7. Situsnya yang segitiga membuat semuanya tidak bisa ditembus: Dua sisi dikelilingi oleh laut, dan sisi ketiga dilindungi oleh Tembok Besar Theodosius, garis pertahanan sepanjang empat mil, benteng terbesar di dunia abad pertengahan.

Dalam seribu tahun kota itu telah dikepung sekitar 23 kali, tetapi tidak ada tentara yang menemukan cara untuk membuka dinding-dinding tanah itu.

Benteng Theodosius memiliki struktur bangunan tingginya 18 meter dan ada 3 lapis. Di lapisan pertama, ada parit. Pasukan berkuda hanya sampai sebelum parit. Parit itu panjangnya 20 meter, dalamnya 10 meter. Siapapun pasukan yang mencoba berenang akan dipanah dari lapis kedua.